Harta merupakan sumber penghidupan bagi kita, baik kaya maupun miskin, akan terus berhubungan dengan harta karena fungsinya sebagai alat pemenuhan kebutuhan manusia.
Kita menyadari begitu banyaknya tantangan yang harus kita jalani baik dalam hal memperoleh harta maupun mengelolanya. Tantangan itu bisa saja mempengaruhi prilaku kita kedepannya.
Contoh, ketika seorang yang fakir, yang kesulitan mendapatkan harta, hal ini akan mempengaruhi pola hidupnya, ia bisa saja memperoleh harta dari meminta-minta, selanjutnya ia akan sangat berhemat agar masih ada sisa uang hari ini untuk kebutuhan besok.
Namun lain halnya dengan seorang yang kaya, ia tidak perlu memikirkan akan makankah saya besok, karena harta yang melimpah yang ia miliki sehingga hari esok tidak ada keruguan baginya atas ketidakcukupan. Malah tidak jarang, semakin kaya seseorang semakin banyak kebutuhan yang harus dia keluarkan.
Dari 2 fragmen diatas, kita tahu bahwa setiap individu di dunia telah diberikan oleh Allah kadar harta dan kebutuhan masing-masing. Ini disesuaikan dengan seberapa besar usaha dan pengorbanan yang diberikan untuk mendapatkannya. Namun kenapa harus ada perbedaan itu, Allah berfirman
Katakanlah”, sesungguhnya Tuhan-ku melapangkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki-Nya diantara hamba-Nya dan menyempitkan bagi (siapa yang dikehendaki-Nya).” Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, Allah akan menggantinya dan Dia-lah pemberi rezeki yang sebaik-baiknya”. ( Q.S Saba,34: 39)
Disinilah indahnya Islam, bagi yang kaya ada amanah baginya untuk menyedekahkan sebagian hartanya bagi fakir miskin dan orang yang membutuhkan senantiasa mau untuk menerima harta tersebut. Selain untuk menjaga silaturrahim, hal ini juga dapat membersihkan harta dan membantu saudara yang membutuhkan.
Kenapa harus bersedekah? Karena dengan bersedeqah merupakan salah satu cara bagi kita untuk mendapatkan keberkahan harta.
Abdul Fadhil Abu Al-Hamdi, menjelaskan bahwa makna berkah (Al Barokah) ialah berkembang dan bertambah. Artinya ada proses perbanyakan, berlipat ganda dan semakin meluas. Hal ini bisa terjadi jika kita telah memenuhi beberapa syarat, seperti ikhlas, mensyukuri nikmat, qona’ah dalam mencari harta dan menjaga amalan lainnya. Hal ini merupakan prilaku dan sifat yang saling melengkapi.
Berkah juga berarti kebahagiaan. Karena sama artinya kita membagi-bagikan kebahagiaan kepada orang lain. Banyak sahabat Nabi seperti Abu Bakar Ash Shiddiq, Umar bin Khattab, Usman dan lainnya, bersedeqah menjadi hal yang sangat ringan bagi mereka.
Berkahnya harta mereka dibalas oleh Allah dengan janji pahala yang besar disisinya. Kita lihat, dalam setiap prilaku mereka, terpancarlah aura kebahagiaan, suasana cinta pada Allah Maha Pencipta dan Pemberi Rizki.
Bagi fakir miskin, bagaimanakah bentuk keberkahan harta yang mereka rasakan. Sama, mereka akan merasa cukup dengan apa yang dimiliki dan mereka bersyukur atas itu, disanalah bentuk rahasia Allah. Kita tidak tahu manakah ujian yang paling berat, apakah memiliki harta yang banyak ataukah harta yang sedikit, keduanya memiliki tantangan dan godaanyang sama. Intinya ketika dasar iman dan taqwa ada dalam diri masing-masing, kekhawatiran atas dunia bukanlah menjadi agenda utama dalam hidupnya.
Sesungguhnya Allah Azza Wajalla menguji hambanya dalam rezeki yang diberikan Allah kepadanya. Kalau dia ridho dengan bagian yang diterimanya maka Allah akan memberkahinya dan meluaskan pemberianNya. Kalau dia tidak ridho dengan pemberianNya maka Allah tidak akan memberinya berkah (HR. Ahmad)
Satu hal yang harus kita sadari, bahwa harta adalah amanah yang sungguh berat, karena Allah akan menanyakan kemanakah kita gunakan harta yang dikaruniakan kepada kita, jangan sampai dihadapan-Nya kelak, kita akan tertunduk lesu tidak sanggup menjawab pertanyaan itu. Marilah kita meraih dengan sungguh-sungguh nikmat keberkahan harta karena Allah telah menjanjikan balasan yang indah pada kita.
Arif Irvan; Mahasiswa S1 Fakultas Ekonomi Universitas Padjadjaran 2007, Direktur Laboratorium Pembelajaran BMT ISEG Unpad 2010-2011.