Sudahkah kita saat ini mersakan KEMERDEKAAN? Sebagian orang akan menjawab iya, sebagian lagi mengatakan BELUM dan sebagian lagi bahkan ragu.
Untuk meyakinkan jawaban kita sejenak mari kita ungkap tabir kehidupan masyarakat saat ini, di bidang ekonomi negara Indonesia masih menggunakan mata uang Dollar sebagai standar sehingga harga barang-barang dan kebutuhan masyarakat harganya bergantung pada fluktuatif nilai rupiah terhadap Dollar. Kita sibak tabir lain pengangguran ternyata masih merajalelea sampai awal 2011 ini jumlahnya masih mencapai 9,25 juta jiwa (jarno.web.id).
Terus kita susuri ternyata masih banyak anggota masyarakat yang tidak memperoleh tempat hunia yang layak sementara para anggota dewan menuntut peningkatan kesejhateraan. Di bidang kesehatan; obat-obatan mahal, banyak obat yang dipatenkan oleh perubsahaan-perusahaan obat asing. Di bidang pendidikan; arahan pendidikan tinggi Indonesia mengikut standar WCU yang merupakan agenda global AS dengan payung PBB. Program kerjasama di bidang pendidikan membawa Indonesia pada tuntutan hasil didik yang sesuai dengan arahan pasar. Dengan kata lain, para lulusan akan disipakn untuk menjadi “buruh” di perusahaan-perusahan baik itu yang ada dinegeri sendiri maupun yang ada di luar negeri.
Di bidang sosial budaya; budaya barat sudah tidak terbendung masuk ke Indonesia, budaya hedonis, individualis, apatis, dll menjadi karakter budaya generasi saat ini yang notabene semuanya merupakan karkater budaya barat. Semuanya masuk begitu mudahnya, terformulakan dengan rumus 3F (Fun, Food, and Fashion) + 3S (Sex, Song and Sport).
***
Sungguh sangat ironis karena masyarkat tidak menyadari bahwa semua itu adalah bentuk dari penjajahan. Artinya kemerdekaan itu belum kita rasakan. Kemerdekaan itu masih menjdi sebuah mimpi. Sadarlah masyarakat Indonesia teriakkan dengan lantang bahwa KITA BELUM MEREDEKA!
Lantas apakah kemerdekaan itu hanya akan terus menjadi mimpi? Apakah penjajahan ini terus dan terus menggerus ummat, menidurkan ummat dan menindas ummat hingga titik nadir. Bahkan menghncurkan ummat berkeping-keping tak tersisa.
Sekali kali tidak kemerdekaan itu bisa kita raih, kemerdekaan itu bisa kita nikmati. Kemerdekaan yang tidak hanya sekedar bebas dari penjajahn fisik tapi juga kemerdekaan hingga pada ranah berfikir. Kita tidak perlu didikte oleh bangsa lain, tidak perlu mengikuti segala pengaruh asing. Karena kebradaan itu semua hanyalah sebuah ilusi, tidak kekal dan tidak akan menghantarkan kita pada hakikat kemerdekaan.
Ideologi Islam adalah ideologi yang membebaskan manusia dari belenggu penjajahan. Karena ideologi Islam akan mengatur manusia alam semseta dan kehidupan sesuai dengan porsi penciptaannya masing-masing, yang tentunya telah ditetapkan oleh Allah azza wa jalla.
Dengan Islam kita sanggup untuk menjadi bangsa kuat, mandiri dan terdepan. Kita sanggup menciptakan masyarakat yang memiliki ikatan yang kokoh tidak mudah digoyahkan oleh godaan apapun karena ikatannya adalah Aqidah Islam bukan ikatan nasionalisme, bukan pula ikatan manfaat, ikatan suku, apalagi hanya ikatan kepentingan.
Masyarakat yang tercipta juga merupakan masyarakat yang memiliki perasaan ukhuwah yang dalam, kepekaan emosional dan empati yang tinggi, serta kedalaman perasaan tentang segala permaslahan yang sedang terjadi ditengah-tengah mereka serta berfikir cara untuk menyelseaikannya. Tidak hanya itu masyarakat akan diikat oleh aturan yang sama sehingga semua paham akan segala konsekuensi yang akan siap untuk diotanggung ketika melakukan pelanggaran. Dan aturan yang berlaku di tengah-tengah masyarakat akan mampu menempatkan dan menciptakan secara proporsional hak dan kewajiban, individu, masyarakat dan negara.
Kondisi ini puna yang pernah dicetak oleh Rasulullaah saw ketika diutus 14 abad silam. Pada waktu itu beliau menghadapi sebuah masyarakat yang mengalami tiga penjajahan sekaligus: disorientasi hidup, penindasan ekonomi, dan kezaliman sosial. Namun dengan kegemilangan dakwah dan keberhasilan perjuangan Islam Rasulullaah mampu melepas rantai belenggu tersebut, beliau juga mampu mengembalikan hak-hak ekonomi rakyat, serta membuat semua suku dan strata bisa hidup berdampingan secara damai dan penuh keberkahan.
Tentunya kitapun akan merasakan kondisi yang sama jika dalam hati, fikiran dan perbuatan kita mengalir ruh perjuangan untuk mengembalikan Islam sebagai cahaya yang akan menyinari kehidupan ini. Wallahu a’laam.
Aridha Nur Salim;Redaktur Re Id Minimagz Ideologis, Mahasiswi STIE Hamfara