Belakangan ini, kasus NII mencuat begitu cepat. Respon masayarakat terhadap kasus ini pun bagaikan rumput yang tumbuh di kala musim hujan, begitu banyak dan cepat. Isu seperti ini menjadi isu dominan di negeri muslim terbesar di dunia, yakni di Indonesia. Ya.. kalau tidak tentang isu terorisme, islam radikal (fundamentalis), aliran sesat, atau tentang pluralisme. Dan ketika di amati dari waktu ke waktu, isu akan berkutat itu-itu saja yang pada akhirnya akan membawa dampak buruk kepada kaum muslim. Lantas ada apa dibalik semua ini ? Ada baiknya untuk kasus NII yang belakangan ini mencuat dilakukan anlisis dimulai dari sisi historis NII di Indonesia.
Awal Mula NII di Indonesia
Negara Islam Indonesia (disingkat NII) juga dikenal dengan nama Darul Islam atau DI yang secara bahasa berarti "Rumah Islam" adalah gerakan politik yang diproklamasikan pada 7 Agustus 1949 (ditulis sebagai 12 Syawal 1368 dalam kalender Hijriyah) oleh Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo di Desa Cisampah, Kecamatan Ciawiligar, Kawedanan Cisayong, Tasikmalaya, Jawa Barat. SM. Kartosuwiryo yang merupakan orang kepercayaan H.O.S Cokroaminto.
Gerakan ini menginginkan Indonesia menjadi negara teokrasi (negara Ketuhanan) dengan agama Islam sebagai dasar negara. NII ini dibentuknya sebagai buah dari usaha untuk merekonstruksi runtuhnya khilafah Islam Turki Usmani pada tahun 1924 akibat penghianatan besar oleh Mustafa Kemal [1]. Gerakan ini menginginkan Indonesia menjadi negara teokrasi (negara Ketuhanan) dengan agama Islam sebagai dasar negara.
Setelah peristiwa itu, tidak ada lagi komando terpusat kepemimpinan islam yang menyatuakan dan menyelaraskan gerak langkah dakwah islam. Ini adalah tonggak dasar bahwa pada detik itu ummat islam berada ditengah-tengah laut yang tidak tahu kapal apa yang ia ada diatasnya dan akan kemana perginya tanpa seorang nahkoda.
Dalam perkembangannya, DI menyebar hingga di beberapa wilayah, terutama Jawa Barat (berikut dengan daerah yang berbatasan di Jawa Tengah), Sulawesi Selatan dan Aceh, hingga pada akhirnya Kartosoewirjo ditangkap TNI dan dijatuhkan hukuman mati kepadanya pada pengadilan Mahadper tanggal 16 Agustus 1962 [2]. Paca peristiwa ini pergererakan NII menjadi terpecah-belah.
NII masa kini (KW9)
Dalam proses pencapaian suatu tujuan akan turut terpengaruh oleh orang-orang yang akan membawanya. Inilah sebuah statement yang dirasa pas untuk menanggapi kasus NII belakangan ini. NII yang pada awalya dibentuk dengan tujuan murni yakni menginginkan Indonesia menjadi negara teokrasi (negara Ketuhanan) dengan agama Islam sebagai dasar negara sekarang telah tercampur oleh orang-orang yang ada didalamnya. Dia adalah Abu Toto Panji Gumilang, tokoh utama gerakan ini yang sekarang lebih dikenal dengan NII KW9 (komandemen wilayah 9).
Dalam prosesrekrutmen anggotannya, setiap anggota yang masuk NII KW 9 harus dibaiat dan membayar shodaqoh hijrah dalam jumlah yang telah ditetapkan sebagai pembersih jiwa dan tanda perpindahan kewarganegaraan RI menjadi warga negara NII KW 9. Setelah masuk ke dalam organisasi NII KW 9, setiap anggota diwajibkan menjalankan program, seperti binayah al-aqidah (pembinaan akidah), binayah al-dzarfiyah (pembinaan teritorial), binayah mas’uliyah (pembinaan aparatur), binayah maliyah (pembinaan keuangan), dan binayah al-shiilah wal al-muwashalah (pembinaan komunikasi).
Mereka Jelas Berbeda
Dalam sebuah wawancara antara pihak detik.com dengan Chaidar (mantan NII), Chaidar menyebutkan bahwa NII KW9 adalah program palsu yang memakan banyak korban. Berikut petikan wawancaranya [3]
Detik.com : Anda pernah masuk lingkaran dalam Ponpes Al Zaytun? Dan apakah benar ada doktrinasi NII dalam Al Zaytun?
Chaidar : Iya, seperti misalnya mendoktrin orang di luar itu adalah kafir, menipu boleh, mencuri.
Detik.com : Jadi sebenarnya, tujuannya itu mengumpulkan harta atau benar-benar untuk mendirikan negara Islam?
Chaidar : Ya mengumpulkan harta, tidak berniat untuk mendirikan (negara Islam).
Detik.com : Apa imbauan Anda terhadap masyarakat dan pemerintah agar kasus-kasus NII KW 9 ini berhenti?
Chaidar : Harusnya memang dihentikan program defeksi, palsu, ini karena sangat merugikan masyarakat.
Detik.com : Bagaimana dengan NII Crisis Center yang dibentuk di berbagai kampus?
Chaidar : Iya sebenarnya itu suatu antisipasi yang cukup bagus, cuma saja perlu lebih dikenalkan bahwa ini bukan NII, ini adalah NII palsu karena NII asli nggak menghalalkan segala cara.
Dari petikan wawancara diatas jelas sudah terdapat perbedaan yang besar dan mendasar antara NII saat awal mula dibentuk oleh Kartosoewiryo dengan NII KW9 oleh Abu Toto Panji Gumilang. NII pada awal berdiri benar-benar murni didasarkan pada Al-Quran dan As-Sunnah, sedangkan NII KW9 sekarang telah menghalalkan segala cara untuk meraih tujuannya dan di dalamnya banyak penyimpangan yang terjadi dalam tataran syariat.
Penyimpangan tersebut antara lain dalam hal mobilisasi dana yang mengatasnamakan ajaran Islam yang diselewengkan, penafsiran ayat-ayat Al-Quran yang menyimpang, dan mengkafirkan kelompok di luar organisasi mereka serta dalam zakat fitrah dan kurban [4].
Layaknya analogi pembentukan kekebalan tubuh terhadap suatu virus penyakit. Untuk mendapatkan anti virus dari suatu virus penyakit, maka dapat dilakukan dengan jalan memasukkan virus penyakit tersebut (yang sudah dilemahkan) ke dalam tubuh manusia, sehingga dengan sendirinya sistem yang ada didalam tubuh akan membentuk anti virus dari virus penyakit yang telah dimasukkan.
Jika dianalisis lebih jauh, ini sama halnya kasus NII KW9 yang menumpang dengan embel-embel gerakan islam sengaja dihembuskan dalam sistem masyarakat, sehingga masyarakat dengan sendirinya akan memberikan “sikap antipati” terhadap semua gerakan islam.
Dari sinilah titik balik untuk mendapatkan kesadaran secara penuh, dari petikan dialog dengan mantan NII sendiri diatas sudah sangat tergambar jelas latar belakang NII yang sekarang (KW9). Saat ini telah terjadi konspirasi global yang mencoba untuk melemahkan kubu islam. Mulai dari mengobok-obok internal umat islam seperti isu-isu berbagai aliran sesat dalam tubuh islam, tudingan islam radikal hingga mencemari islam dengan budaya-budaya barat.
Di saat terjadi peristiwa ledakan bom dengan serta merta tudingan itu mengarah kepada pihak islam. Ada sebuah pertanyaan mendasar yang seharusnya dijawab dari sini, ketika paham barat sangat menonjolkan konsep demokrasi, kebebasan berekspresi dan menjunjunga tinggi hak asasi manusia, maka jika dibandingkan dengan skala yang lebih besar lagi seperti serangan Amerika ke Afghanistan, serangan israel ke palestina yang sampai saat ini masih berkelanjutan, ini jelas-jelas sebuah tindak kriminalisme yang lebih besar. Akan tetapi dunia hanya bungkam, konsep demokrasi dan menjunjung tinggi hak asasi manusia yang mereka elu-elukan mereka jawab dengan sebuah pengingkaran.
Dakwah Kampus ?
Dengan adanya isu ini mau tidak mau akan meberikan efek negatif kepada gerakan dakwah kampus. Orang tua akan was-was dan mebatasi anak-anaknya untuk mengikuti kegiatan keagamaan seperi Asistensi Agama Islam atau sekedar kajian keislaman apalagi untuk bergabung dalam sebuah organisasi berlabelkan islam.
Jika dakwah kampus dikatakan sebagai sebuah sistem, dan bisa jadi ada aliran “sesat” yang mencoba untuk menyusupi sistem tersebut, maka solusinya adalah dengan menciptakan imunitas bagi sitem tersebut (dakwah kampus) dan konsep monitoring agar dakwah kampus berjalan sesuai dengan fitrahnya (mengajak kepada kebaikan, mencegah dari kemungkaran dan mengimani pencipta Jagad raya ini), bukan berari sistem itu yang malah ditiadakan.
Dakwah kampus adalah salah satu penopang pendidikan karakter di kampus, peranannya pun sangatlah penting. Jadi isu seperti ini tidaklah dijadikan untuk melemahkannya. Justru dengan adanya isu-isu seperti ini, sudah seharusnya ummat islam lebih giat lagi dalam menuntut ilmu agama dan meningkatkan sikap kritis terhadap segala sesuatu dengan Al-Quran dan As-Sunnah sebagai landasan dasar berpikir.
Isu-isu miring tentang islam yang sering terjadi ketika disandingkan dengan Al-Quran dan As-Sunnah maka semuanya akan terjawab sudah. Islam ialah agama langsung dari Tuhan, agama yang paripurna dan memberikan konsep secara lengkap untuk menjawab dialektika kehidupan. Rasulullah SAW pernah bersabda bawasannya “Aku tinggalkan dua perkara untuk kalian. Selama kalian berpegang teguh dengan keduanya tidak akan tersesat selama-lamanya, yaitu Al-Quran dan As-Sunnah. Dan tidak akan terpisah keduanya sampai keduanya mendatangiku di haudh (Sebuah telaga di surga, Pen.).” (HR. Imam Malik)
Wallahu a’lamubishowab…
By : Ardian Umam, Mahasiswa Teknik Elektro 2009
Note:
[1] http://kasatrianstks.wordpress.com/2011/03/10/refleksi-3-maret-1924/
[2] http://imammusafir.blogspot.com/2011/01/biografi-kartosoewiryo.html
[3] http://ihwansalafy.wordpress.com/2011/04/28/beda-nii-kw-9-abu-toto-panji-gumilang-dan-nii-karto-soewiryo/
[4] http://www.tempointeraktif.com/hg/politik/2011/04/27/brk,20110427-330454,id.html