Belakangan ini kita mendengar ramai pembicaraan soal hari kiamat, tentang tahun 2012, tentang kalender Maya, dan hal-hal yang terkait dengannya. Hangatnya persoalan ini ikut dipicu oleh populernya film 2012: Apocalypse yang tengah diputar di berbagai bioskop di dunia, termasuk di Indonesia. Banyak orang menjadi bertanya-tanya apakah pada tahun 2012 benar-benar akan terjadi kiamat? Kekhawatiran soal masa depan ini pada gilirannya membuat masyarakat yang kurang keyakinan dan pengetahuan agama asyik berkonsultasi kepada para peramal. Tampaknya ini juga yang mendorong Majelis Ulama Indonesia beberapa waktu lalu melarang masyarakat menonton film yang kami sebutkan tadi.
Bagi masyarakat Indonesia isu ini tampaknya menjadi sangat sensitif karena kita telah merasakan bencana besar secara beruntun dalam lima tahun belakangan ini. ’Kiamat’ demi ’kiamat’ terjadi secara beruntun di beberapa wilayah di tanah air, masing-masing menelan korban yang sangat besar. Mulai dari gempa dan tsunami di Aceh pada akhir 2004, lalu gempa bumi di Sumatera Barat baru-baru ini, serta berbagai bencana yang terjadi di antara keduanya (gempa di Yogyakarta, lumpur panas Lapindo di Porong, gempa Tasikmalaya; terlalu banyak untuk disebutkan semuanya di sini).
Apakah bencana-bencana itu telah memberi apocalyptic sense (kepekaan terhadap bencana besar) yang lebih bagi masyarakat Indonesia? Tidakkah semua bencana itu merupakan pertanda? Mungkin demikian banyak orang di tanah air bertanya-tanya. Tidakkah semua ini mengisyaratkan akan datangnya bencana yang lebih besar, bahkan mungkin saja kiamat (doomsday)? Kini dengan adanya film 2012, kekhawatiran masyarakat terhadap kemungkinan terjadinya bencana dahsyat menjadi lebih besar lagi. Isu ini tampaknya sangat mengganggu sensitifitas masyarakat.
Tapi benarkah kiamat akan terjadi pada akhir tahun 2012? Darimana ide ini muncul? Mengapa harus tahun 2012? Sekarang ini kita sudah tahu bahwa semua ini bersumber dari penafsiran terhadap kalender Maya. Kalender ini dibuat oleh peradaban Maya kuno yang mendiami wilayah Meksiko beberapa abad lalu, sebelum peradaban mereka dihancurkan oleh para pendatang Spanyol.
Para pendeta dan ahli astronomi Maya telah menyusun kalender yang berbeda dengan kalender yang kita gunakan sekarang. Mereka menggunakan siklus 13 hari dan 20 hari untuk menandai hari-hari mereka (mungkin ini setara dengan satu minggu atau satu bulan bagi kita). Mereka juga mengenal dua macam siklus tahunan yang masing-masing lamanya 260 dan 365 hari.
Berdasarkan siklus tahunan 356 hari, mereka membuat suatu kalender yang panjangnya 52 tahun (Calendar Round), atau kira-kira setara dengan satu generasi. Tentu saja siklus ini terlalu pendek untuk menandai peristiwa sejarah yang terjadi lintas generasi. Namun, orang-orang Maya memiliki satu kalender lainnya (Long Count) yang mencakup masa 5126 tahun. Masalahnya adalah apa yang akan terjadi sekiranya hitungan kalender ini berakhir? Apakah akan berlaku hal-hal yang buruk, seperti bencana dahsyat yang akan menghancurkan peradaban manusia, atau hal itu hanya akan menghantarkan manusia memasuki siklus waktu yang baru, dengan kata lain memulai kalendernya dari awal lagi?
Para ahli menghitung bahwa permulaan kalender Maya (Long Count) bersamaan dengan tanggal 11 Agustus 3114 sebelum masehi. Siklus kalender Maya tersebut akan berakhir 5126 tahun kemudian, atau tepatnya tanggal 21 Desember 2012. Lalu apa yang terjadi setelah tanggal tersebut? Apakah dunia akan berakhir (kiamat) bersamaan dengan berakhirnya kalender Maya? Ataukah akan terjadi sesuatu yang buruk dan bencana yang luar biasa bersamaan dengan berakhirnya siklus kalender tersebut? Bukankah rentang waktu 5126 tahun merupakan masa yang sangat panjang; tidakkah akan terjadi suatu yang istimewa pada akhir siklus tersebut?
Dari sinilah bermulanya penafsiran tentang hari kiamat atau bencana besar-besaran pada tanggal 21 Desember 2012. Tapi apakah orang-orang Maya sendiri mempercayai penafsiran tersebut? Apakah menurut mereka dunia akan berakhir bersamaan dengan berakhirnya siklus kalender mereka? Tampaknya sebagian besar orang-orang keturunan Maya yang ada sekarang tidak terlalu ambil pusing dengan persoalan yang ditimbulkan oleh kalendernya (khususnya melalui penafsiran Hollywood) terhadap masyarakat dunia lainnya. Dan mereka yang mengetahui tentang siklus ini tidak menganggap akan terjadi kiamat di akhir 2012. Mereka mempercayai akan terjadinya perubahan penting di akhir siklus tersebut. Setiap siklus akan berganti dengan siklus yang baru, dan mereka cenderung melihatnya sebagai akan bermulanya sesuatu yang positif, sesuatu yang lebih baik bagi peradaban.
Seorang direktur lembaga penelitian Mesoamerican, Sandra Noble, menolak bahwa kalender Maya menafsirkan akan terjadinya kiamat. Menurutnya orang-orang Maya kuno justru akan membuat perayaan besar untuk menandainya berakhirnya seluruh siklus (dan tentunya untuk menyambut siklus yang baru). Baginya penggambaran terjadinya kiamat pada akhir 2012 merupakan ”pemalsuan total dan kesempatan bagi banyak orang untuk meraup keuntungan.” Dan jelas inilah yang sedang dilakukan oleh Hollywood melalui film mereka: ’meraup keuntungan.’
Roland Emmerich, sutradara film 2012, tidak menganggap dunia benar-benar akan kiamat atau mengalami bencana maha dahsyat pada tahun 2012 seperti yang diprediksi oleh filmnya. Ia hanya ingin membuat sebuah film tentang bencana hebat, seperti film-film yang pernah dibuat sebelumnya, Independence Day dan The Day After Tomorrow. Kali ini ia ingin membuat bencana banjir yang menenggelamkan dunia, dengan mengambil inspirasi dari kisah Nabi Nuh dan kapal yang menyelamatkannya. Kemudian ia menggabungkannya dengan fakta berakhirnya kalender Maya pada tahun 2012. Terkait dengan tahun 2012 ini ia mengakui bahwa “… ada begitu banyak (teori) sehingga, dalam satu cara, kamu bisa membuat sendiri teorimu.”
Emmerich mungkin bermaksud mengingatkan manusia agar bersikap baik terhadap alam; agar dunia tidak hancur karena ulah manusia sendiri. Tapi jelas bukan pesan ini yang ditangkap oleh penonton. Banyak yang justru terpaku pada penafsiran tentang akhir dunia serta ramalan tentang bencana yang menghancurkan peradaban manusia. Apa pun yang dikatakan Emmerich, ia jelas mempunyai keinginan mendapat untung sebesar-besarnya dari film itu, sebagaimana pada kasus film-film Hollywood lainnya.
Kalau masyarakat menjadi takut, khawatir berlebihan dan percaya terhadap ramalan yang aneh-aneh, maka itu urusan mereka sendiri. Asalkan film itu ditonton orang ramai dan bisa membawa keuntungan besar, maka target industri film tercapai. Then, it’s bait, don’t bite. Jangan mudah terpancing dengan umpan yang mereka berikan.
Dalam Islam sendiri persoalannya sangat jelas. Tidak ada yang mengetahui kapan terjadinya hari kiamat kecuali Allah.
Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat … (QS 31: 34)
Peristiwa kiamat berlangsung sangat cepat dan tidak akan sempat disadari oleh manusia.
… kedatangan kiamat kepada mereka secara mendadak, sedang mereka tidak menyadarinya …. (QS 12: 107)
… Tidak adalah kejadian kiamat itu, melainkan seperti sekejap mata atau lebih cepat …. (QS 16: 77)
Jadi pada saat terjadinya kiamat manusia tidak akan sempat berkirim sms, menelpon, mendengarkan berita TV tentang guncangan yang sedang terjadi. Dan tidak ada manusia yang bisa melarikan diri darinya.
Kita juga mengetahui bahwa ada banyak peristiwa penting yang akan terjadi sebelum terjadinya hari kiamat: munculnya imam Mahdi, keluarnya Dajjal, turunnya nabi Isa ’alaihis salam, munculnya Ya’juj Ma’juj, terbitnya matahari di Barat dan tenggelamnya di Timur, dan masih ada lagi peristiwa-peristiwa lainnya. Jadi mungkinkah kiamat akan terjadi dalam tiga tahun lagi? Wallahu a’lam, hanya Allah yang mengetahui kapan akan terjadinya kiamat. Ia mungkin terjadi pada tahun 2012, sebagaimana ia juga mungkin terjadi pada tahun 2010, 2013, 2021, atau 2133. Ia bisa datang kapan saja, kita tidak bisa mengetahuinya secara pasti.
Adapun bencana besar, maka bisa saja ia berlaku pada tahun-tahun yang berdekatan ini, sebagaimana ia juga berlaku tanpa diduga pada masa-masa yang telah lewat. Kita tidak perlu khawatir secara berlebihan terhadap itu semua. Berusaha saja sebaik mungkin untuk merawat bumi ini dan mengantisipasi datangnya bencana. Dan yang terpenting dari itu semua, jagalah iman kita masing-masing. Karena musibah apa pun yang datang pada orang beriman, maka itu tidak akan berdampak kepada mereka kecuali kebaikan belaka. Wallahu a’lam bis showab.
Kuala Lumpur, 1 Desember 2009
Alwi Alatas, Mahasiswa PhD International Islamic University Malaysia (IIUM) dan penulis buku