Bencana datang silih berganti. Berupa banjir, gempa bumi, tanah longsor hingga letusan gunung berapi. Bila dipandang dari sisi geologi, Indonesia memang merupakan negara yang rawan akan bencana. Menurut data, ada Sekitar 282 kabupaten di Indonesia atau setara dengan 2/3 wilayah Indonesia masuk dalam kategori rawan bencana alam.
Negri ini dilingkupi oleh cincin api atau ring of fire yang ditandai dengan adanya rangkaian pegunungan yang membentang dari Sumatera hingga kebagian timur, yakni Nusa Tenggara Timur dan Maluku, sebuah jalur rangkaian gunung api aktif di dunia.
Secara histografi, Indonesia merupakan wilayah langganan gempa bumi dan tsunami. Negri ini dikepung oleh lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia, dan lempeng Pasifik. Sewaktu-waktu jika lempeng ini bergeser patah menimbulkan gempa bumi. Selanjutnya jika terjadi tumbukan antar lempeng tektonik dapat menghasilkan tsunami, sebagaimana terjadi di Aceh dan Mentawai.
Akhir-akhir ini terjadi beberapa bencana yang menimpa saudara-saudara kita. Di Wasior, banjir bandang menelan banyak korban jiwa dan menghanyutkan rumah-rumah penduduk. Diikuti dengan musibah tsunami di Mentawai. Kemudian disusul meletusnya gunung merapi di Jawa Tengah. “Wedhus gembel” mengamuk, menerjang serta memanggang beberapa wilayah di kabupaten Sleman, Boyolali dan Magelang.
Pertanyaannya, apakah semua ini hanyalah sebuah fenomena alam semata yang dikarenakan letak wilayah Indonesia yang rawan terjadi bencana? Tentu saja tidak. Semua itu adalah atas kehendak Allah (Al-Jabbar). Meskipun secara geografis menjadi wilayah rawan bencana, jika Allah tidak berkehendak, maka bencana alam takkan mungkin terjadi. Dia-lah yang menguasai langit dan bumi beserta isinya. Dzat yang mengatur atau memerintah segala makhluk ciptaan-Nya sesuai dengan kehendak dan iradah-Nya.
“Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.” (QS. al-Hadid : 22)
Ini merupakan bukti kebesaran Allah swt dan betapa kecilnya manusia. Betapa kuasanya Allah atas segala sesuatu. Maka kita harus berusaha untuk mengambil hikmahnya. Mengevaluasi atas apa yang telah dilakukan selama ini.
Adzab, cobaan atau peringatan
Bencana yang menimpa negri muslim terbesar di dunia ini bisa berupa adzab, cobaan atau peringatan dari Allah swt. Hal ini disebabkan oleh ulah tangan-tangan manusia itu sendiri yang telah melanggar tuntunan Allah swt. Menyekutukan Allah, tidak mau sholat, tidak mau zakat, homo seksual, dll. Lebih-lebih yang merupakan kemungkaran terbesar yakni ketika negri ini mencampakkan hukum-hukum Allah swt (syariah Islam) dan memilih kukum sekuler buatan manusia.
Sebagaimana kaum-kaum yang terdahulu. Maka masing-masing (mereka itu) Kami siksa disebabkan dosanya, maka di antara mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu kerikil dan di antara mereka ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur, dan di antara mereka ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan di antara mereka ada yang Kami tenggelamkan, dan Allah sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri. (QS. al-Ankabut : 40)
Musibah adalah cobaan bagi orang-orang yang beriman sekaligus penebus kesalahan yang pernah dilakukan.
Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun (seusngguhnya kami milik Allah dan sesunnguhnya kami sedang menuju kemabali kepada-Nya) Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. Al-Baqarah : 155 -157)
Abu Hurairah r.a. berkata: "Ketika turun ayat ‘man ya’mal suuan yujza bihi’ (Siapa yang berbuat kesalahan akan mendapat balasannya (QS . An-Nisa: 123), kaum muslimin kelihatan dalam keadaan susah. Rasulullah Saw bersabda kepada mereka; ‘Bidiklah dan dekat-dekatkan sasaran. Sesungguhnya dalam setiap musibah yang menimpa orang Islam, ada kaffarah sampai pun duri yang mengenainya dan kecelakaan yang menimpanya”. (HR. Muslim, at-Turmudzi, dan an-Nasai)
Kembali ke syariah-Nya
Semoga semua bencana ini dikarenakan Allah (Ar-Rahim) masih menyayangi kita. Ibarat orang tua yang masih menyayangi anaknya, sudah semestinya ia akan selalu memperingatkan dan memberikan teguran kepada buah hatinya yang nakal, entah dengan jeweran atau apapun itu. Semoga Allah menampuni kita, dan semoga negri ini segera sadar untuk meninggalkan hukum-hukum kufur kemudian menggantinya dengan syariah Islam secara kaffah dalam bingkai Negara khilafah, niscaya Indonesia mendapat berkah. Amin.
Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka menolak (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. Maka apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di malam hari di waktu mereka sedang tidur? Atau apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di waktu matahari sepenggalahan naik ketika mereka sedang bermain? Maka apakah mereka merasa aman dari azab Allah (yang tidak terduga-duga)? Tiada yang merasa aman dan azab Allah kecuali orang-orang yang merugi. (QS. Al-A’raf : 96 – 99). Wallahu a’lam bi ash-shawab.
Ali Mustofa Akbar; Ketua Riski (Remaja Islam Ngruki); Website: mustofa.web.id; Saran/kritik: HP. 085728670098/ E-mail. [email protected]