dan yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman). walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha gagah lagi Maha Bijaksana.Q.S Al Anfal (Rampasan perang) 08:63
Ukhuwah tidak lahir dan tumbuh karena harta, dunia atau semua alasan semu lainnya, namun ukhuwah itu berkembang dari kesamaan rasa yang membuahkan cinta, rasa akan kebutuhan akan nikmatnya iman, indahnya islam, kesamaan rasa yang membuahkan rindu, rindu akan sebuah peradaban yang bernaung di bawah ayat – ayat al – qur’an, sehingga dari semua hal tersebut melahirkan sebuah visi, yaitu untuk sama – sama mengemban risalah suci, membangun kembali bangunan kokoh peradaban umat, dari visi ini muncullah sebuah komitmen, komitmen untuk menyusun misi bersama serta mengeksekusinya bersama untuk sebuah nilai – nilai yang penuh makna, berjalan bersama berlari bersama untuk sebuah cita.
Dalam perjalanan ukhuwah ini kita akan menemukan banyak hal,ada selingin canda dan tawa, ada celupan cinta yang memberi warna, dan adakalanya tangis serta kesedihan akan memberi rasas tersendiri dalam kanvas kebersamaan ini.Sehingga semua hal itu memperkuat ikatan kasih yang kita beri nama ukhuwah .
Canda, tawa,tangis serta rasa cinta mustahil akan tumbuh begitu saja tanpa interaksi, tanpa pertemuan, tanpa pergerakan, tanpa pertentangan, kadang di balik pertentangan serta perbedaan tersebutlah muncul keserasian.
Menyatukan perbedaan dan persepsi adalah pekerjaan yang paling rumit untuk meraih kemenangan suatu jama’ah, namun dengan menyatunya persepsi yang berbeda maka akan menghasilkan prestasi untuk jama’ah, memunculkan prestasi yang kita kenang sebagai kemenangan dakwah, jadi pada hakikatnya kemenangan dakwah adalah kemengan dalam berukhuwah, pasti ada perbedaan dalam setiap orang, namun seringkali kita kurang cerdas dalam menyikapinya, terkadang ketika melihat sebuah kekurangan atau ke khilafan saudara kita hanya kritik yang langsung muncul, saling hujat, saling menyalahkan, seolah – olah diri kita yang terhebat, mungkin hal ini pernah terjadi dalam bait – bait perjalanan panjang senandung dakwah, hal tersebut terjadi karena kita adalah manusia yang memiliki banyak kekhilafan, nah mulai sekarang marilah kita memaknai ukhuwah menjadi lebih berharga, menjadi lebih berarti, mencoba merasakan dan memberi rasa yang baik dan menyenangkan.
Tak hanya menkritisi tapi sering jugalah memuji, tak hanya mengevaluasi tapi berikan juga motivasi, bukan hanya mengoreksi sebuah sisi negatife tapi coba jugalah mempelajari sisi positive, jangan sampai kebaikan serta kelebihan saudara kita hilang begitu saja hanya karena ke khilafan yang sedikit, memang benar kata pepatah “karena nila setitik rusaklah susu sebelanga”, namun pepatah ini kurang tepat rasanya kalau kita gunakan sebagai hal dalam memaknai ukhuwah, karena ukhuwah itu kalau di ibaratkan adalah perekat dari batu bata – batu bata yang akan menyusun suatu bangunan yang kokoh, tak ada batu bata yang terbuang, bahkan yang telah hancur sekalipun bisa kembali di lebur dan di bakar untuk menjadi batu bata baru, yang patah bisa untuk menyisipi celah serta rongga, bahkan ada batu bata yang sengaja di patahkan untuk menjadi pengisi rongga kosong, yang seperti itulah dalam bingkai ukhuwah, tak ada yang sia – sia semuanya memiliki nilai.
Ukhuwah adalah sebuah proses yang penuh pembelajaran, di dalam bingkai ukhuwah ada banyak hal yang kita lalui ada proses mengenal, memahami serta mengerti dan ikut merasakan apa yang di rasakan saudara kita, yang mana untuk menyelami semua itu di butuhkan interaksi serta komunikasi, sementara gerbang pertama untuk memulai komunikasi serta interaksi di perlukan satu hal penting yaitu bahasa, bahasa memang kelihatan sederhana namun bisa memberikan efek luar biasa kalau kita bisa memaknainya, bahasa ukhuwah adalah bahasa cinta, penuh kasih serta di selimuti rasa sayang, kita belajar bagaimana bahasa ukhuwah Muhammad rasulullah SAW, kepada sahabat Umar ibnul khattab, ketika sang sahabat saat itu mau menghardik serta mengusir seorang badui yang terkencing dimasjid, namun rasullullah melarang, dan di akhirnya sang baginda menyuruh sahabat umar untuk membersihkannya, sang sahabatpun tersadar kalau dia tadi mengusir se badui dan badui lari sambil terkencing maka akan tambah repot membersihkannya, di sinilah tersirat makna – makna indah penuh nuansa dalam bahasa ukhuwah, bahasanya penuh cinta mengena memberi rasa, namun tak membuat luka.
Dalam bahasa ukhuwah tak hanya di butuhkan kemampuan untuk beretorika dan ber kata – kata yang menyastra, namun ketepatan serta kepantasan kata – kata itulah sebenarnya yang memberi makna, dengan kata – kata tepat, sopan penuh hormat akan memberi kekuatan tersendiri dalam proses memahami perasaan saudara kita, karena bahasa ukhuwah itu adalah bahasa rasa yang menyelam ke ufuk jiwa, seperti di katakan seorang penulis bernama joseph corrad “berilah perkataan yang benar serta aksen yang benar, dan saya akan menggerakkan dunia.”
Setelah di buka gerbang ukhuwah melalui bahasa, maka lahirlah proses komunikasi dan interaksi disinalah kita memasuki tahapan belajar selanjutnya yaitu saling memahami, saling mengerti, pada tahapan ini biasanya sedikit agak sulit dalam memaknainya, namun membuahkan hal indah kalau kita berhasil, di tahap inilah saling muncul hama – hama ukhuwah seperti iri, dengki, berprasangka negative, hanya melihat kesalahan serta kekurangan saudara – saudara kita, hal ini di sebabkan minimnya pengetahuan serta ke –egoisan yang tinggi, memang hal – hal tersebut bersifat manusiawi, namun bisa menjadi syetani jika terlalu berlebihan.
Temuilah setiap orang dengan sikap positif dan harapkan agar setiap pertemuan menghasilkan sesuatu yang positif kata john C.Maxwell, berikan penghargaan yang jujur serta tulus tulis Dale Carnigie dalam bukunya how win friends and Influence people, disini semakin jelaslah bahwa dalam berhubungan dengan manusia, dalam memaknai ukhuwah itu yang terpenting adalah merasakan, memberi rasa serta berbagi rasa, merasakan setiap hal – hal positif dari saudara kita menghargainya sekecil apapun itu, memberi rasa, berikan rasa tersebut melalui senyuman yang tulus ikhlas, memuji, memotivasi, sekali lagi selalu melihat hal – hal positif, dan yang terpenting lagi adalah berbagi rasa, ketika kita bisa merasakan hal itu kepada saudara kita, akan menjadi sangat indah lagi kita bisa membagikan rasa tersebut kepada saudara kita yang lain, sehingga saudara kita yang lain juga bisa melakukan hal – hal seperti itu kepada setiap saudaranya, sehingga menyebarlah energy positif.
dan Dia (menundukkan pula) apa yang Dia ciptakan untuk kamu di bumi ini dengan berlain-lainan macamnya(beraneka warnannya) . Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang mengambil pelajaran. Q.S An – Nahl (Lebah ) 16 : 13, sebuah nikmat kita di ciptakan dalam beraneka dan berbeda – beda, dengan beragam kekurangan juga namun di balik semua itu setiap pribadi kitapun pasti sudah di paketkan juga dengan potensi, keunikan serta keunggulan, di samping kelemahan pasti ada kekuatan, di setiap kekurangan pasti ada kelebihan itulah kebesaran Allah, Allah menciptakan segala sesuatunya dengan ke seimbangan, mungkin hari ini hal itu sudah mulai kelihatan dan muncul dalam pribadi kita, saudara kita, namun terkadang juga belum terlihat dalam diri kita serta diri saudara kita, di situlah fungsi – fungsi penting dari memaknai ukhuwah, dengan bergaul saling menghargai serta memuji di tambah memotivasi secara tulus dan ikhlas akan memancing timbulnya ke unikan – keunikan dan ke khasan dalam diri kita masing – masing sehingga dengan hal itu kita bisa mensinergikan kekuatan itu satu sama lain, saling memberi dan mengisi untuk membangun pondasi peradaban Islam yang kokoh, mengembalikan ke jayaan umat, dan semoga dengan saling bergandengan tangan dalam ikatan ukhuwah ini kita raih kesuksesan dunia dan kita masuki syurga bersama….
Profil penulis:
Agus ariwibowo, Mahasiswa Pendidikan Matematika, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2009 ,aktif Kajian strategis KAMMI UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan LDK Syahid UIN