Di dalam aktivitas dakwah kampus, mentoring merupakan gerbang awal pembinaan keislaman. Karena posisinya yang cukup krusial tersebut, maka kualitas keberjalanan proses mentoring merupakan hal yang sangat penting. Dan dalam keberjalanannya itu terkadang timbul permasalahan-permasalahan yang membuat proses mentoring tersebut tidak efektif.
Berikut adalah beberapa problematika yang sering timbul yang dibagi dalam 3 aspek utama mentoring, yakni mentor, materi dan mentee (peserta mentoring). Pada bagian awal ini saya ingin membahas tentang mentor terlebih dahulu.
Mentor merupakan stakeholder utama dalam mentoring. Baik buruknya keberjalan mentoring sangat ditentukan oleh mentor. Sederhannya seperti ini, jika mentee (peserta mentoring) bermasalah sepeeti malas hadir, maka mentoring tetap akan jalan tetapi tanpa si mentee yang bersangkutan tersebut.
Tetapi jika yang bermasalah adalah mentornya, maka mentoring tersebut akan tidak jalan sama sekali. Itulah salah satu alasan kenapa mentor adalah stakeholder utama dalam kegiatan mentoring. Sebenarnya bukan karena hanya alasan itu saja yang membuat mentor merupakan "stakeholder utama" program mentoring di dalam dakwah kampus. Tetapi karena dialah yang berinteraksi langsung dan membina para mentee (peserta mentoring) tersebut.
Idealnya, seorang mentor bisa menjadi seorang sahabat, guru, sekaligus pemimpin. Sebagai seorang sahabat dia harus bisa menjadi tempat curhat, berdiskusi tentang permasalahannya, dan memiliki kedekatan emosional.
Sebagai seorang guru dia harus bisa memberikan pemahaman yang benar tentang islam, memberikan wawasan baru tentang islam, dan memberikan pemaknaan yang benar tentang kehidupan dunia. Sedangkan sebagai seorang pemimpin dia harus mengarahkan mentee-menteenya ke arah yang benar sesuai petunjuk Allah, memotivasinya untuk terus beramal sholeh dan membimbingnya untuk terus memperbaiki diri.
Jika ketiga peran ini telah dijalankan dengan baik oleh para mentor, insya Allah mentoring itu akan menjelma menjadi telaga kehidupan bagi mentee-menteenya.
Akan tetapi kenyataannya di lapangan hal ini belum terjadi seluruhnya. Baik seluruh mentor maupun seluruh peran dari mentor tersebut. Saya pikir permasalahan terbesarnya adalah para mentor belum memahami hakikat mentoring tersebut.
Beberapa contoh pobelmatika mentoring yang disebabkan oleh mentor adalah sebagai berikut. Pertama, ketidakberjalan mentoring yang disebakan oleh ketidakhadiran mentor. Kedua, adalah materi atau suasana mentoring yang kurang kondusif. Untuk permasalhan kedua akan lebih saya bahas di bagian selanjutnya tentang metode atau materi, karena hal ini sangat berkaitan erat.
Salah satu permasalahan terbesar mentoring adalah ketidakberjalan mentoring yang disebabkan oleh ketidakhadiran mentor. Seperti yang telah sampaikan sebelumnya, jika mentee ada yang tidak hadir maka mentoring tetap berjalan, tetapi jika mentornya tidak hadir maka mentoringnya tidak akan jalan, kecuali mentor tersebut mencari orang untuk menggantikannya tapi hal ini jarang terjadi.
Banyak sekali alasan para mentor yang menyebabkan dia hadir. pertama, karena kesibukan aktivitas organisasi baik oragnisasi dakwah maupun orgnisasi kemahasiswaan lain. Seharusnya hali ini tak perlu terjadi jika para mentor memahami pentingnya mentoring dan menempatkan mentoring di prioritas utama. Karena inti program kaderisasi di dakwah kampus adalam mentoring.
Kalau pun dia sedang jadi panitia acara dakwah kampus, tak perlu dibentur-benturkan dengan mentoring. Seharusnya dia bisa mengatur waktunya supaya tidak berbenturan.
Kedua, karena mentor tersebut sedang malas atau futur. Hal ini sangat berbahaya dibandingkan alasan kedua. Biasanya mentor tersebut tidak mungkin akan mengatakan bahwa di malas, tapi biasanya mentor yang sedang malas atau futur, dia sangat sulit dihubungi dan banyak alasan yang tidak masuk akal.
Sebenarnya futur adalah sifat yang manusiawi, tetapi tidak boleh berlangsung lama. Sekalipun dia futur dan mulai kurang atau tidak aktif dalam kegiatan dakwah kampus, seharusnya dia tetap menjalankan tugasnya sebagai mentor. Tidak boleh dijadikan alasan dia jenuh aktivitas dakah kampus, tetapi mentoring nya menjadi korban kefuturannya juga.
Seharusnya dia beristriahat hanya di aktivitas lembaga dakwah formalnya saja dan mentoringnya tetap jalan, toh yang membuat jenuh bukanlah mentoringnya. Kalau dia futur dan tidak menjalankan mentoring, apalagi yang bisa menjaga dirinya untuk tetap istiqomah di jalan dakwah ini.
Karena dengan menjadi mentor secara tidak langsung mengingatkan dirinya sendiri. Untuk menjadi generasi robbani adalah adalah dakwah dan tarbiyah,
"Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani , karena kamu selalu mengajarkan Al Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya" (QS Ali Imran : 79)
Jika dakwah dia di wajihah formal tidak jalan minimal menjadi mentor tetap jalan. Mentoring bukanlah segalanya, tetapi segalanya berawal dari mentoring
Penulis : Aditia Rifa’i (Kepala Badan Koordinasi Mentoring LDK GAMAIS ITB)