Umat Islam kalian biarkan sibuk urus dunia. Kalian biarkan umat menutup mulut, mata, dan telinga terhadap kenyataan penguasa yang nyata benci Islam dan ingin habisi umat Islam.
Kalian malah membela rezim dengan dalih NKRI sudah bersyariah hanya karena negeri ini sudah banyak embel-embel syariah; bank syariah, pegadaian syariah, hotel syariah, kolam renang syariah, dan seterusnya. Namun, saat bersamaan, kalian biarkan penguasa legalkan miras, judi, zina, dan riba.
Apakah kalian sudah disumpal bantuan dan hadiah karena sering dikunjungi dan mengunjungi penguasa, sehingga dosa-dosa besar rezim kalian anggap sebagai kebaikan?
Kemaksiatan yang lahir dari sistem kufur, kalian bela habis-habisan dengan dalih, hanya karena ada musyawarah, demokrasi tidak bertentangan dengan Islam.
Bendera tauhid kalian larang berkibar, tapi bendera pelangi kalian lindungi atas nama HAM.
Tidakkah kalian ingat mati atau paling tidak ingat waktu dulu belajar Islam di syura, musola, mesjid, atau di pesantren?
Tidakkah kalian ingat pepatah Kiyai kalian, Ustadz kalian, dan Ajengan kalian untuk menjadi seorang yang alim dan menjadi penerang kegelapan umat?
Mengapa saat dunia hinggap di jiwa kalian, karena mungkin kalian punya gelar akademik, jadi pengurus Ormas Islam, atau karena banyak yang mengundang untuk mengisi seminar, kajian, dan pengajian dari level lokal, nasional, sampai internasional, kalian perlahan lupa sebagai penerang umat?
Perlahan, kalian pun bermain mata dengan penguasa. Satu kedipan mata penguasa membuat kalian buta melihat siapa diri dan apa fungsi kalian di tengah-tengah umat. Kalian pun semakin mabuk dunia.
Saat semakin sering di undang ke istana, ngisi pengajian di rumah-rumah dinas penguasa, sampai kalian mulai rajin mengajukan proposal untuk bangun mesjid, pesantren, sekolah, perguruan tinggi, rumah sakit, rumah tahfidz, dan membangun istana impian menjadi ulama dan cendikiawan yang kaya harta dan jabatan, saat itulah, hilanglah wibawa kalian, hilanglah fungsi utama kalian, dan musnahlah gelar kalian sebagai pewaris Nabi.
Wahai ulama dan cerdik pandai, berhentilah memikirkan diri sendiri hanya untuk mengejar nikmat dunia yang hina!
Cukuplah kemarin kalian dukung penguasa zolim!
Cukuplah kemarin kalian dukung partai sekuler dan luberal!
Cukuplah kemarin kalian berada dibarisan para penista agama, para pembenci syariah dan khilafah, dan para penghalang perjuangan Islam menjadi penguasa dunia!
Cukuplah kemarin kalian jadi stempel penguasa untuk melegalkan kezoliman atas nama ayatNya!
Cukuplah kemarin kalian jadi tim sukses para penguasa demokrasi!
Hari ini, waktunya kalian kembali pada pangkuan umat untuk menyadarkan umat membela agamanya dan memperjuangkan tegaknya kalimat Allah di muka bumi, dengan penuh keikhlasan dan keberanian menentang dan melawan segala kezoliman rezim dan sistem demokrasi. Takbir! Wallahu a’lam. (end/swamedium)
*Penulis: Uus Rusad (Sastrawan)