Di bulan November ini, kata pahlawan menjadi sesuatu yang lazim untuk dibicarakan publik. Karena di bulan inilah, para pahlawan diperingati sebagai pejuang dan orang yang sangat berjasa untuk Republik Indonesia ini.
Namun, ada sesuatu yang lain dari biasanya di November tahun ini. Hal yang tidak biasa itu adalah ketika nama Soeharto dijargonkan sebagai pahlawan dan guru bangsa.
Mantan penguasa Orde Baru ini, dijadikan figur iklan oleh sebuah parpol Islam sejajar dengan Bung Tomo, KH Ahmad Dahlan, M Natsir, dan Jenderal Sudirman. Di iklan itu dikatakan, mereka, termasuk Soeharto adalah pahlawan dan guru bangsa.
Sontak saja, sejumlah aktivis mahasiswa 98 heran. Bagaimana mungkin mantan presiden Soeharto yang mereka tumbangkan sebagai penguasa zhalim dan korup, bisa disebut sebagai pahlawan dan guru bangsa.
"…Iklan itu keterlaluan, siapa bilang Soeharto itu pahlawan nasional? Sampai saat ini, belum jelas kedudukannya apakah sebagai pahlawan atau penjahat…," ucap Ray Rangkuti, seorang mantan aktivis 98 yang saat ini sebagai Direktur Eksekutif Lingkar Madani Indonesia (LIMA).
Senada dengan Ray Rangkuti, mantan aktivis 98 lain seperti Budiman Sudjatmiko pun memberikan kritik, "Soeharto sampai akhir hidupnya terindikasi korupsi dan melanggar HAM. Jadi, tidak pantas dijadikan pahlawan atau pun guru bangsa. Iklan itu menyesatkan." (Harian Rakyat Merdeka, 11 November 2008)
Namun, Fahri Hamzah, seorang mantan aktivis 98 yang juga sebagai Ketua Bidang Media parpol yang dimaksud berpendapat lain. "Kita tetap akan pertahankan (iklan Soeharto). Iklan ini berangkat dari satu desain kita melakukan komunikasi politik tentang kepahlawanan yang dirancang Oktober 2008. Jadi kalau ada tuduhan PKS jualan figur itu tidak benar."
Lewat iklan itu, menurut Fahri, PKS hanya ingin menyampaikan pesan agar bangsa Indonesia bersatu, berhenti bertikai, dan gigih membangun bangsa. Kalau ada perbedaan itu dalam cara bukan substansi. Jangan meributkan yang tidak penting," ujarnya.
Dikatakan dia, pertimbangan memasang gambar mendiang penguasa Orba ini karena dinilai memiliki jasa dalam membangun bangsa Indonesia.
"Kata sejarahwan, pahlawan itu ada arti formil konstitusional, diberi gelar oleh presiden. Tetapi, ada pahlawan yang berjasa untuk bangsa. Kalau debat jasa Soeharto, menurut saya ada jasanya. Salah satunya, saat mengambil alih pemerintahan dan mencetuskan Repelita. 10 Tahun pemerintahan Soeharto, tidak ada yang mencela," beber Fahri yang saat ini sebagai anggota DPR.
"Kalau kesalahan, dia kan manusia dan setiap orang punya kesalahan. Walau dia sudah meninggal ada yang baik untuk kita. Yang jelek yang dibuang dan jangan ditiru," lanjut dia. (Detik.com, 11 November 2008)