Menjelang pemilu 2009, sejumlah partai mulai bermanuver. Ada manuver yang bisa dipahami oleh publik, tapi tidak sedikit yang sulit dipahami masyarakat termasuk para konstituennya. Di antara yang bermanuver itu adalah partai-partai Islam.
Partai Persatuan Pembangunan, misalnya. Sebulan terakhir ini, PPP getol mengumpulkan capres/cawapres dari partai lain. Sejumlah pihak yang pernah diundang adalah Sri Sultan Hamengkubuwono X (Golkar), Prabowo Subianto (Gerindra), Hasyim Muzadi (PBNU), hingga Amin Rais (PAN),dan pernah menyatakan tetap mendukung Presiden SBY.
Terakhir, ini yang mungkin mengejutkan, PPP mengundang Megawati (PDIP) untuk menyampaikan visi dan misinya soal pemilu presiden mendatang. "Beliau (Megawati) telah bersedia untuk hadir dalam Forum PPP Mendengar," ujar Suryadharma Ali, Ketua Umum PPP. (Republika, 23/12/08)
Padahal, posisi Partai berlambang Ka’bah saat ini masih dalam koalisi dengan pemerintah yang dipimpin oleh presiden dari partai Demokrat. Selain itu, PDIP dianggap umat Islam sebagai partai yang bersebrangan dengan aspirasi umat Islam. Di antaranya kasus Undang-undang Anti Pornografi yang ditentang keras oleh PDIP dan PDS.
Begitu pun dengan Partai Kebangkitan Bangsa. Kini publik paham kalau partai berbasis nahdiyin ini sedang mengalami perpecahan. Dan yang menarik, sebelum terjadi perpecahan, PKB sempat mencantumkan Artalita Suryani (yang akhirnya menjadi tersangka penyuapan kepada staf Jaksa Agung) sebagai bendahara umum, yang kemudian namanya dihilangkan dari daftar pengurus.
Bicara soal perpecahan, bukan hanya PKB yang mengalami itu. Beberapa partai Islam pun pernah mengalami. Di antaranya Partai Amanat Nasional yang memunculkan Partai Matahari Bangsa.
Begitu pun dengan Partai Bulan Bintang. Beberapa tahun lalu, perpecahan pernah terjadi antara kubu Hartono Marjono dengan kubu Yusril Ihza Mahendra. Pada tahun ini, publik juga dikejutkan dengan pemanggilan beberapa tokoh PBB oleh KPK dalam kasus dugaan korupsi. Di antara mereka yang dipanggil adalah MS Ka’ban (Ketua Umum), dan Yusril (Ketua Majelis Syuro).
Perpecahan juga terjadi di Partai Bintang Reformasi. Partai yang berasal dari pecahan PPP ini, pun akhirnya pecah lagi. Dua tokoh sentralnya, Zainuddin MZ dan Bajeber telah lama meninggalkan partai ini dan pindah ke partai lain.
Partai Keadilan Sejahtera atau PKS adalah partai Islam yang lebih kuat untuk tidak pecah dibanding partai-partai Islam lain. Tapi, beberapa bulan terakhir ini, publik dibuat bingung dengan manuver-manuvernya.
Di antaranya, koalisi dengan PDIP di beberapa pilkada yang sempat heboh dengan isu judi dan korupsi (pilkada Sumbagsel dan Jateng), iklan Soeharto sebagai guru bangsa yang diikuti dengan silaturahim dengan anak-anak pahlawan termasuk yang hadir adalah puteri mantan presiden Soeharto pada Nopember lalu.
Dan yang terakhir, pertemuan petinggi PKS dengan sejumlah pengusaha di antaranya Sofyan Wanandi (Asosiasi Pengusaha Indonesia), Franky Welirang (wakil presdir PT Indofood), Patrick Waluyo (Northstar Pacific), dan lain-lain di Jakarta. (Vivanews.com, edisi 23/12/08)
Jika mengacu pada kiprah Partai Islam Masyumi di era Pak Natsir dulu, ada perubahan mendasar dalam paradigma partai Islam saat ini. Menurut Ahmad Syafii Maarif, kalau Masyumi menjadikan politik kekuasaan sebagai kendaraan untuk mencapai tujuan dakwah. Kini, partai Islam sebaliknya: menjadikan dakwah sebagai kendaraan untuk tujuan politik kekuasaan dengan segala akibat buruknya. (Resonansi Republika, edisi 23/12/08)
Syafii juga menulis, tidak ada di antara pemimpin Masyumi yang menjadikan politik sebagai sawah-ladang untuk menopang kehidupan keluarga mereka. Di antara guru mereka adalah H Agus Salim yang hampir sepanjang hidupnya berada dalam lingkungan penderitaan dan kemiskinan.
Jadi, apakah partai-partai Islam masih layak menjadi wasilah bagi perjuangan umat Islam untuk mencapai tegaknya dinul Islam di Indonesia? Topik ini sebagai bahan muhasabah di penghujung tahun 1429 Hijriah.
Redaksi mengucapkan terima kasih atas masukan para pembaca pada Dialog edisi lalu. Semoga bermanfaat sebagai masukan untuk kita semua.