Banyak yang menilai sejak terjadinya perubahan politik di AS, di mana Presiden George Walker Bush, digantikan oleh Barack Obama dari Partai Demokrat telah terjadi perubahan mendasar dalam kebijakan luar negeri AS, khususnya terhadap dunai Muslim.
Karena, Presiden AS itu, ketika berkampanye diseluruh negeri AS, menjanjikan perubahan. Terutama kebijakan luar negeri AS, yang selama ini menampakkan sikap ‘perang’ terhadap negara-negara Islam, berubah dengan perubahan yang ‘lunak’. Benarkah?
Maka, ketika sudah menjabat Presiden, dan berkantor di Gedung Putih, pertama Obama melakukan kunjungan ke negara yang penduduknya mayoritas Islam, Turki, dan menjanjikan perubahan tentang hubungan antara AS dengan Dunia Islam. Kemudian, Obama mengunjungi Mesir, dan Arab Saudi.
Ketika, di Mesir dan Arab Saudi, Obama mendapatkan sambutan yang luar biasa, terutama dari kedua pemimpin negara itu. Obama selama kunjungannya ke dua negara Arab, sama juga menjanjikan perubahan hubungan dan pendekatan. Inilah yang banyak mempengaruhi sikap para pemimpin Dunia Islam, yang memandang positip terhadap Obama.
Sejumlah kalangan menilai semenjak Obama naik ke Gedung Putih, perlahan-lahan hubungan Dunia Muslim dengan AS mengalami perubahan. Sekarang Obama memprakarsai dialog langsung antara Palestina-Israel, yang diwakili oleh Mahmud Abbas – Benyamin Netanyahu, yang selama ini menolak hubungan langsung dengan Abbas.
Bahkan, seorang Rabbi Israel dari kalangan Ortodok, Ovedia, melaknat rakyat Palestina dan para pemipinnya agar binasa. Tetapi, langkah-langkah yang dilakukan oleh Obama tetap mendapat perhatian, di mana Obama membawa masalah konflik Palestina-Israel, yang merupakan episentrum (pusat) konflik di Timur Tengah ke ke meja perundingan di Washington. Dengan tujuan terbentuknya dua negara Palestina-Israel, sebagai sebuah solusi secara abadi.
Kemudian, munculnya pemimpin baru AS ini, mendapatkan perhatian dari seorang Menteri Pakistan yang menginginkan Presiden AS Barack Obama untuk melaksanakan shalat Idul Fitri di lokasi Ground Zero di New York dan menjadi "Amir-ul-Mukminin" atau Khalifah umat Islam se-dunia.
Tak heran, kemudian seorang Menteri Negara untuk Industri Pakistan Ayatullah Durrani, yang merupakan menteri dari partai yang berkuasa, mengatakan hari raya Idul Fitri mendatang, diharapkan dapat jatuh pada tanggal 11 September, yang akan menjadi "kesempatan emas" untuk Obama melaksanakan shalat Idul Fitri dan menyatakan dirinya sebagai pemimpin semua umat muslim.
"Dengan cara ini, semua masalah dunia Islam akan dipecahkan," kata Durrani kepada surat kabar The Nation, Pakistan.
Durrani, seorang mantan anggota Dewan Ideologi Pakistan, dan berpendapat bahwa Dunia Islam membutuhkan lebih dari seorang Khalifah dan sosok yang ada pada diri Obama, dan Obama layak diberi gelar sebagai "Mullah Barack Hussain Obama" atau "Allamah Obama".
Selanjutnya Durani mengatakan : "Waktunya sudah dekat. Barack Hussein Obama harus bertindak sekarang. Ini adalah kesempatan emas, Muslim sangat membutuhkannya."
Perhatian Obama terhadap kekhalifahan Islam akan menjadi kunci keberhasilan, klaim Menteri Pakistan tersebut, tanpa merinci maksud dari pernyataannya. Akankah pandangan ini dapat dipahami dan dimengerti, khususnya tentang Obama?
+++
Dengan ini rubrik dialog sebelumnya kami tutup, dan kami menyampaikan terima kasih atas perhatian para pembaca.