Ramadhan menjelang. Bulan yang selalu kita nantikan kehadhirannya. Bulan yang akan memperbaharui kehidupan kita, agar menjadi hamba yang muttaqin. Kehidupan menjadi bersih. Sebersih bayi yang baru dilahirkan. Dijauhkan dari segala bentuk nafsu. Selayaknya lah di bulan Ramadhan ini, kita bersegera menggapai maghfirah-Nya.
“Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu, dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa”. (Surah Ali ‘Imran: 133).
Tak ada waktu lagi yang kita sia-siakan. Kecuali hanya untuk mendekatkan diri kepada Rabb. Agar kita mendapatkan ampunan-Nya.
Betapa, Ummu Salamah berkata, “Wahai Nabi Allah. Apakah tidak kita sampaikan kabar gembira ini kepada Ka’ab bin Malik?”, ucapnya. Beliau menjawab, kalau diberi tahu sekarang, maka orang-orang akan menyusahkanmu dan mencegahmu tidur sepanjang malam”.
Ummu Salamah wanita yang sangat baik terhadap Ka’ab, dan ia sedih dengan masalah yang dihadapi Shahabat Ka’ab. Kemudian Ka’ab datang kepada Nabi Shallahu Alaihi Wa Sallam,dan Beliau sedang duduk di masjid. Beliau dan dikelilingi para Shahabat. Wajah Beliau tampak bersinar cerah bagai cahaya bulan, dan jika Beliau dalam keadaan senang, maka cerah sekali wajahnya. Beliau bersabda, “Bergembiralah wahai Ka’ab bin Malik dengan hari terbaik yang pernah engkau lalui sejak engkau dilahirkan ibumu”. Ka’ab berkata, “Wahai Nabi Allah. Apakah kabar gembira ini dari Allah atau darimu?”, ucapnya. “Dari Allah”, ucap Nabi Shallahu Alaihi Wa Sallam. Lalu Nabi membacakan ayat kepada para Shahabat :
“Sesungguhnya Allah telah menerima tobat Nabi, orang-orang Muhajirin dan Anshar, yang mengikuti Nabi dalam masa kesulitan, setelah hati segolongan dari mereka hampir berpaling, kemuian Allah menerima tobat mereka itu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada mereka, dan terhadap tiga orang yang ditangguhkan (penerimaan tobat) mereka, hingga apabila bumi telah menjadi sempit bagi mereka, (pula terasa) oleh mereka, serta mereka telah mengetahui bahwa tidak ada tempat lari dari siksa Allah, malaikan kepada-Nya saja. Kemudian Allah menerima tobat mereka, agar mereka tetap dalam tobatnya. Sesungguhnya Allahlah yang Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang”. (Surah At-Taubah :117)
Betapa Ka’ab telah menyadari akan hal dirinya,kelalaiannya, meninggalkan perintah Allah, dan kemudian Allah, menerima tobatnya, dan menjadikannya orang yang shidiq.
“Bertaqwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang benar”. (Surah At-Taubah :119).
Karena itu, Ka’ab berkata, “Tidaklah Allah memberi nikmat yang paling besar padaku setelah keislamanku lebih dari kejujuranku pada Rasulullah Shallahu ‘Alaihi Wa Sallam, saat saya dan kedua Shahabat saya berkata jujur kepada Beliau, sehingga kami dikucilkan. Semoga, saya berharap cobaan yang diberikan Allah kepada saya ini tentang kejujuran tidak dialami oleh orang lain, dan saya bertekad untuk tidak berbohong lagi”. Tiga Shahabat, Ka’ab bin Malik, Hilal bin Umayyah, dan Mararah bin Rabi’, mereka disalahkan, karena tidak ikut berjihad, karena disibukkan urusan dunia. Inilah sepenggal kisah perang Tabuk.
Kepada seluruh pengunjung dan pembaca Eramuslim, menjelang Ramadhan ini, agar dibukakan pintu maaf seluas-luasnya kepada kami, yang sudah membuat banyak kesalahan dan khilaf. Dan, rubrik dialog selama bulan Ramadhan ini kami tutup, hingga Syawal nanti. Dan, sebagai penggantinya, kami mengharapkan nasehat, bimbingan dan tausiahnya, berupa ayat-ayat al-Qur’an, al-Hadist, serta nasehat-nasehat dari para Shalafus Shaleh, yang akan bermanfaat bagi mukminin.
Kami berharap selama bulan suci Ramadhan ini, kita semua saling ‘watawaa shaubil haq watawaa shaubis shabr’. Sehingga akan dapat memperbaiki kehidupan kita semua sebagai sesama mukmin. Dan, kita menjadi hamba-hamba yang muttaqin, yang selalu mendapatkan ridho-Nya.
Kami menyampaikan jazakumullah khairul jaza’ atas segala perhatian dan partisipasi di media Eramuslim ini.