Hanya tinggal menghitung hari, Presiden SBY akan kembali menjadi presiden untuk periode kedua. Dan tentu saja, SBY juga tidak lama lagi akan mengumumkan siapa-siapa saja yang pantas menurutnya menjadi menteri di kabinet yang akan datang.
Sejumlah partai koalisi pendukung SBY pun saat ini harap-harap cemas. Apakah proposal mereka tentang jumlah, nama calon menteri, dan pos yang akan diduduki bisa dikabulkan SBY atau tidak. Dan tidak satu pun dari mereka menolak bahwa semua terserah SBY.
Harap-harap cemas itu kian hari kian membuat rungsing sejumlah partai koalisi SBY. Pasalnya, ada pendatang baru yang kemungkinan besar turut ’diundang’ SBY untuk masuk koalisi. Sejumlah indikasi mengisyaratkan bahwa Golkar akan masuk kabinet SBY. Bahkan sinyalemen terakhir mengatakan bahwa bukan hanya Golkar yang akan ’diundang’, PDIP pun akan diajak SBY.
Buat partai-partai peserta koalisi yang sebagian besar partai Islam, semboyan Bersama Kita Bisa ala SBY, mungkin saat ini menjadi semboyan yang menggelisahkan. Bayangkan kalau itu diterapkan di kabinet mendatang, akan terjadi pemangkasan jatah menteri dari partai-partai Islam.
Padahal, sejumlah pengorbanan sudah mereka lakukan untuk pemenangan SBY di pilpres lalu. Mulai dari pengerahan massa buat kampanye, pamer jargon untuk kelayakan SBY, konsolidasi jaringan untuk pencontrengan SBY, hingga mungkin menggadaikan nilai-nilai Islam (aqidah), yang mestinya diperjuangkan oleh partai-partai Islam.
Sudah bukan isu lagi bahwa sosok SBY sangat dekat dengan kekuatan asing yang begitu dominan di perpolitikan dunia saat ini, Amerika. Belum lagi KPU mengumumkan secara resmi kemenangan SBY, Presiden Amerika Barack Obama sudah mengucapkan selamat atas kemenangan SBY. Dan ucapan itu, untuk level kepala negara seperti Amerika, tentu bukan sekadar basa-basi. Melainkan, mempunyai nilai dukungan dan tentu saja isyarat kompensasi yang tidak sedikit. Bahkan kabarnya dalam waktu dekat, Obama akan bersilaturahim ke SBY di Jakarta.
Apakah fenomena kedekatan ini tidak menjadi sesuatu yang blunder buat perjuangan partai-partai Islam yang mendukung penuh perjuangan rakyat Palestina. Dan Palestina saat ini tidak akan menderita kalau tidak dijajah oleh Israel yang seratus persen mendapat dukungan dari Amerika. Dan bukankah Amerika yang selalu menjadi biang kerok terhadap kesengsaraan dan penindasan negeri-negeri muslim di seluruh dunia. Mulai dari Irak, Afghanistan, Pakistan, dan lain-lain.
Seperti apakah format kabinet SBY dan partai-partai Islam besok? Setimpalkah kompensasi yang diperoleh partai-partai Islam dengan pengorbanan yang sudah mereka keluarkan, termasuk idealisme keberpihakan terhadap dunia Islam?
Saran dan masukan para pembaca yang budiman, insya Allah, akan memberikan manfaat buat kita semua.