Bayanat DPP PKS tentang pilpres yang dikeluarkan tanggal 25 Mei 2009, yang lalu, antara lain, tertera lima butir pokok, bahwa ‘Terkait dengan pribadi Boediono, beliau adalah muslim, dan tidak berpandangan neo-liberal (Neolib).
http://pk-sejahtera.org/v2/index.php?op=isi&id=7424
Kemudian, atas keputusan Majelis Syuro PKS ke XI, dan tercapainya kesepakatan dengan Presiden SBY dan Partai Demokrat, maka diwajibkan (fardu ‘ain) kepada seluruh kader memperjuangkan pasangan SBY-Boediono untuk kemaslahatan (masholih) dakwah, umat, bangsa dan negara’.
Namun, dalam kesempatan lainnya, capres SBY meminta tim suksesnya agar tidak kampanye politik simbol dan SARA. Pernyataan SBY itu disampaikan didepan 2.500 tim suksesnya di Arena Pekan Raya Jakarta (PRJ), Kemayoran, Jakarta Pusat, Sabtu (30/5/2009). “Akan tak baik demokrasi kita, kalau diajukan politik simbol, politik SARA”, ucap SBY. Pernyataan SBY ini, sebagai akibat polemik dikalangan masyarakat luas, tentang perbandingan istri JK-Win, yaitu Ny. Mufidah dan Ny.Uga, yang keduanya menggunakan jilbab (kerudung), dibandingkan dengan istri SBY-Boediono, yaitu Ny.Kristiani dan Ny.Herawati, yang keduanya tidak menggunakan jilbab.
Lebih lanjut, Presiden SBY, menambahkan ‘Kalau kampanye itu hanya menjual simbol atau SARA, justru merugikan diri sendiri. Malah, penggunaan politik simbol dan SARA membuat konflik yang seharusnya tidak perlu. Idoelogi nasional sudah jelas, yaitu Pancasila dan UUD’45’. Selanjutnya, SBY menegaskan, “Jelas bahwa Pancasila sebagai ideologi. Kalau kembali konflik, jelas kita akan mundur kembali”, tegasnya. (Republika, 31/5/2009).
Di bagian lain, Presiden PKS, Ir. Tifatul Sembiring, mengatakan, ‘Sebagian kader PKS beralih pilihannya kepada JK-Win, lantaran melihat Mufidah Kalla dan Uga Wiranto berjilbab. Kedua istri JK-Win itu lebih Islami dibandingkan dengan Ani Yudhono dan Herawati Boediono yang tidak menggunakan jilbab. Hal senada, juga dikemukakan, Wakil Ketua Fraksi PKS, menyatakan, ‘Ya, elektabilitas suara JK-Win terus meroket. Salah satunya berkat pesona jilbab ‘loro’ (dua) dari Mufidah Kalla dan Uga Wiranto. Lebih lanjut, Zul menambahkannya, ‘Sebagian kader PKS kepincut JK-Win,karena pesona jilbab muslimah dua ibu calon RI-3 dan RI-4 itu, tambahnya.
Sementara itu, JK merasa gembira, karena dia kaget menerima hasil survei dua surat kabar nasional yang menunjukkan dukungan kepadanya mencapai 50 persen, bahkan bukan hanya survei media massa nasional, tapi juga survei internal PKS, yang menunjukkan tingkat dukungan kepada JK-Win terus naik, sementara itu, dukungan terhadap SBY-Boediono menurun.
Namun, faktanya, soal jilbab ini, secara tegas dari Partai Demokrat, Ahmad Mubarok, menolak. “Keberagamaan itu sifatnya bathiniah, jadi kalau sekarang pakai jilbab hanya untuk kampanye, itu malah menunjukkan ketidak ikhlasannya”, ucap Mubarok. Ditambahnya, “Biarkan beliau memutuskan sendiri, apakah akan memakai jilbab atau tidak. Jangan memakai jilbab itu,karena menurut keinginan orang. Kesannya jadi pura-pura, jadi biarkan saja begitu”, tambah Mubarok. Akhirnya, lagi, Presiden PKS, Ir.Tifatul Sembiring, memberikan komentar lebih keras dari Mubarok, ‘Apa kalau istrinya berjilbab masalah ekonomi selesai? Apa pendidikan, kesehatan, jadi lebih baik’, katanya. "Soal selembar kain saja kokok dirisaukan". (Tempo,1-7/6/2009)
JK yang istrinya Mufidah menggunakan jilbab, menolak dikaitkan dengan isu SARA, dan ia mengecam dan mempertanyakan tudingan politisasi agama. Memang, sejak sebelum pilpres pun, istri JK-Win sudah menggunakan jilbab. Jadi, tidak ada kaitannya dengan politisasi agama.
Dalam kesempatan lain, JK menanggapi pernyataan Anas Urbaningrum, yang menyatakan, agar tidak ada politisasi agama dalam kampanye pilpres. “Berarti, ada fihak yang meminta istri saya dan istri Pak Wiranto agar membuka jilbab. Kalau memang ada yang mau begitu, bilang saja. Itu harus dicurigai, mau apa”, kecam JK. Lebih lanjut, “Masak istri saya dan Pak Wiranto dibilang salah mengenakan jilbab”, tambah JK, disertai nada yang tinggi.
Menanggapi polemik sekitar masalah jilbab yang sekarang ini berkembang luas itu, dan adanya sebagian kader PKS, yang condong memilih pasangan JK-Win, seorang anggota Dewan Syariah PKS memberikan pandangannya, ‘Islam itu tidak hanya diukur dengan jilbab yang bersifat pribadi, tapi masholih mursalah bagi dakwah yang harus dikedepankan.’
Pandangan tersebut mirip atau merujuk pada tulisan taujih syar’i di website DPP PKS.
http://pk-sejahtera.org/v2/?op=isi&id=7427
Terlepas dari berbagai polemik yang sekarang berkembang dikalangan masyarakat luas, soal jilbab ini, maka perlu dipahami perintah Allah Ta’ala di dalam al-Qur’anul Karim :
"Dan katakanlah kepada para perempuan yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali yang (biasa) terlihat. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung (jilbab) ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau para perempuan (sesama Islam) mereka, atau hamba sahaya yang mreka miliki, atau para pelayan tua, yang tidak memiliki keinginan (terhadap perempuan), atau anak-anak yang belum mengerti aurat perempuan. Dan, janganlah mereka menghentakkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan, bertobatlah kamu semua kepada Allah, wahai orang-orang beriman, supaya kamu beruntung”. (An-Nur : 31).
****
Demikianlah para pembaca. Kami sajikan rubrik dialog baru, dan semoga bermanfaat dan membuka wawasan. Kami mengucapkan banyak terima kasih atas perhatian, dan tanggapannya di rubrik sebelumnya. Dengan demikian rubrik sebelumnya kami tutup. Redaksi.