Sejak kelahirannya, tahun 1928, Ikhwan memang tidak pernah lepas dari berbagai intrik dan kekejaman penguasa Mesir. Kemudian penguasa di negeri Spinx itu melarang, dan menjadikan Ikhwan sebagai organisasi illegal. Ikhwan, hakekatnya telah melihat jati diri dan peranannya saat ini, di mana ia menjadi ‘ibu’ dari gerakan politik berbagai jamaah yang lain. Karena, Ikhwan memiliki daya tarik dan pengaruhnya di wilayah Arab dan negara-negara Muslim di dunia.
Sejak lahirnya, para tokoh dan anggota Ikhwan menjalani hidup antara rumah dan penjara, karena opressi (penindasan) penguasa Mesir yang sangat keras terhadap segala hal yang berbau pergerakan Islam. Bersamaan dengan itu, Ikhwan membangun infrastruktur di semua lini, termasuk yayasan dan perusahaan besar, yang kemudian menggambarkan mindset (kerangka berpikir) dan rencana besar Ikhwan. Apalagi, ketika Ikhwan terlibat dalam politik di parlemen secara langsung.
Pendekatan pemerintah Mesir selalu menggunakan pendekatan keamanan, di mana Ikwhan sebagai sebuah kelompok yang secara legal dilarang melakukan aktivitas politik , dan pemerintah berulang kali menghukum Ikhwan, karena dinilai telah melanggar hukum, dan menjatuhkan sanksi. Ikhwan, melalui para Mursyid ‘Aam-nya (Pembimbingnya) menegaskan bahwa semua dokumen dan penangkapan tokoh kunci Ikhwan oleh pemerintah Mesir adalah suatu kebohongan pemerintah semata.
Menghadapi sikap pemerintah Mesir, kemudian, Ikhwan—dengan segala tekanan itu—mendeklarasikan diri bukan semata sebagai partai politik, tapi lebih merupakan sebuah proyek besar yang sifatnya komprehensif, dan politik hanya sebagian kecil dari tujuan pergerakan mereka. Ini semua mengembalikan Ikhwan pada tujuan utama Ikhwan sejak kelahirannya. Kemenangan kursi parlemen yang cukup signifikan di tahun 2005,di mana Ikhwan mendapat 78 kursi justru telah mengubah wajah Ikhwan menjadi begitu lembek dan tak lagi bertenaga, cenderung kompromis dengan penguasa. Meskipun, Ikhwan tetap menjadi kekuatn oposisi terbesar di sepanjang sejarah politik di Mesir.
Apabila, Gerakan Ikhwan lebih terlibat secara utuh dalam pembinaan dan pendidikan masyarakat, maka konfrontasi langsung dengan pemerintah Mesir saat ini, mungkin belum akan terjadi. Mungkin Ikhwan dapat melihat gerakan Jamaah Tabligh yang menyebar secara cepat ke seluruh dunia, dan dalam situasi seperti ini di berbagai belahan dunia, Ikhwan nyaris kehilangan esensi pergerakannya, dari zaman Mahmoud al Nuqrashi Pasha sampai hari ini. Dan, bila dihubungkan dengan kenyataan bahwa Ikhwan adalah sebuah proyek besar luar biasa dalam pembelaannya terhadap umat. Proyek besar Ikhwan ini lebih komprehensif dibandingkan sekedar berkuasa atau menguasai kekuasaan.
Pemerintah Mesir tetap mengharamkan Ikhwan, namun Ikhwan pun tak menghiraukan larangan itu. Apakah perjuangan Ikhwan akan berubah? Di dalam internal Ikhwan kini saling tarik antara kaum muda Ikhwan yang menginginkan Ikhwan berhati-hati dalam urusan politik, bahkan cenderung setuju untuk lebih menguatkan infrastuktur dan pembinaan di tingkat masyarakat bawah, menghadapi generasi lama yang lebih tua yang memilih jalan dengan terlibat langsung dalam politik praktis.
Ikhwan tampaknya sedang dalam proses transisi. Mereka sudah terbukti memiliki pengalaman yang panjang menghadapi opressi yang keras dari penguasa Mesir, dan Ikhwan terbukti sukses. Kedatangan presiden AS, Barack Obama ke Mesir sebagai penjaga politik Timur Tengah, tentu yang paling memilukan drama di Gaza pada Januari 2009, di mana agresi Israel yang menewaskan 1500 orang Palestina sudah menjadi pertaruhan tersendiri bagi Ikhwan. Karna, Ikhwan berada di posisi mendukung Hamas, dan berhadapan dengan Israel, AS, dan pemerintah Mesir. Adakah Ikhwan akan memutar haluan?
Kami mengharapkan partisipasi, pendapat dan pendangan para pembaca di dalam rubrik dialog ini, dan semoga bermanfaat.
****
Demikian rubrik dialog kali ini yang kami sajikan kepada para pembaca. Dan, kami menyampaikan terima kasih atas perhatian dan partisipasinya. Dengan ini rubrik dialog sebelumnya kami tutup. Redaksi.