Asslamualaikum wr. wb.
Pak Ustadz yang saya hormati, perkenankan saya mengajukan beberapa pertanyaan yang selama ini mengganjal fikiran saya tentang masalah shalat. Di dalam Al-Qur’an disebutkan bahwa "Dirikanlah shalat subuh, karena sesungguhnya shalat subuh itu disaksikan para malaikat." Kenapa hanya shalat subuh yang disaksikan para malaikat? Bukankah shalat yang lain dan juga amal perbuatan manusia dicatat oleh malaikat?
Pertanyaan kedua, dalam Al-Qur’an ada anjuran kita untuk berdo’a dg menggunakan Asmaul-Husna. Bagaimana cara mengamalkannya? Mohon pencerahan dari pak ustadz. Terima kasih
Jazakumullah khoiron
Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Tentu saja malaikat menyaksikan semua shalat setiap hamba, bukan hanya shalat shubuhnya saja. Bahkan semua gerak gerik, tindak tanduk serta segala yang tersirat di dalam kepala kita, Allah SWT telah mengetahuinya. Dan tidak lepas dari catatan para malaikat.
Namun mengapa ada firman Allah SWT yang menyebutkan bahwa shalat shubuh itu disaksikan oleh para malaikat?
Pertama, ayat itu tidak boleh langsung ditafsirkan dengan pendekatan mahfum mukhalafah, atau pendekatan terbalik. Kalau Allah SWT menyebutkan bahwa shalat shubuh itu disaksikan oleh para malaikat, bukan berarti shalat selain shubuh tidak disaksikan.
Kedua, penjelasan lebih dalam tentang mengapa Allah SWT mengatakan bahwa shalat shubuh itu disaksikan adalah karena ada momentum khusus yang terjadi saat shalat shubuh.
Dalam salah satu hadits yang diriwayatkan oleh Al-Imam At-Tirmizy disebutkan bahwa salah satu sebab mengapa shalat Shubuh itu disaksikan oleh para malaikat, karena pada waktu shubuh itu disaksikan oleh malaikat malam dan juga oleh malaikat siang.
Mari kita perhatikan hadits berikut ini baik-baik:
Dari Abi Hurairah ra berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda tentang firman Allah SWT, "Wa Qur’anal fajri inna qur’anal fajri kana masyhuda: Disaksikan oleh malaikat malam dan malaikat siang. (HR. Tirmizy dengan derajat hasan shahih)
Jadi momentum yang kami maksud itu adalah adanya dua rombongan malaikat yang menjadi saksi atas shalat shubuh yang dikerjakan seorang hamba. Yaitu malaikat malam dan malaikat siang. Sedangkan shalat lainnya, hanya disaksikan oleh satu rombongan malaikat. Kalau shalat itu shalat malam, maka disaksikan oleh malaikat malam. Sedangkan kalau shalat itu siang hari, maka disaksikan hanya oleh malaikat siang saja.
Selain itu juga ada riwayat yang lebih shahih oleh Al-Imam Al-Bukhari rahimahullah.
Dari Abi Hurairah ra. berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Keutamaan shalat berjamaah dengan shalat sendirian adalah 25 derajat. Dan malaikat malam dan malaikat siang berkumpul pada saat shalat shubuh." (HR Bukhari)
Maka sudah jelas apa yang menjadi pertanyaan anda dengan adanya kedua hadits di atas.
Berdoa dengan Al-Asmaul Husna
Allah SWT itu punya banyak nama. Namun untuk mengetahui nama-nama Allah SWT, hanya boleh lewat riwayat yang shahih baik ayat Quran maupun sunnah yang shahihah.
Haram buat kita untuk memanggil Allah SWT dengan nama yang kita karang sendiri. Sebab belum tentu sesuai dengan penamaan Allah SWT atas diri-Nya.
Namun pernyataan banyak orang bahwa nama-nama Allah itu hanya terbatas 99 saja, adalah sebuah pernyataan yang kurang tepat. Nama-nama Allah SWT ternyata jauh lebih banyak dari 99 buah. Dan rujukannya adalah ayat Quran atau hadits yang shahih.
Selama ada penjelesan tentang nama Allah SWT yang sah dari kedua sumber itu, kita akui sebagai nama Allah. Sebaliknya, bila tidak ada penjelasan resmi dari keduanya, maka haram kita memanggil Allah SWT dengannya.
Di antara manfaat yang secara sah Allah SWT sebutkan dari banyaknya nama-nama Allah SWT itu adalah agar kita menyapa dan memanggilnya dalam berdoa kepadanya. Demikian Allah SWT perintahkan kepada kita dalam firman-Nya.
Hanya milik Allah asmaa-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan. (QS. Al-A’raf: 180)
Katakanlah, "Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai al-asmaaul husna dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara kedua itu."(QS. Al-Isra’: 110)
Ketika seseorang mengharapkan rahmat dan kasih sayang Allah SWT, maka dia berdoa dengan memanggil nama Allah yang terkait dengan sifat rahman dan rahim-Nya. Sedangkan ketika meminta agar musuh-musuh Islam dihancurkan misalnya, maka kita berdoa dengan memanggil nama-Nya yang terkait dengan kekuatan dan kedahsyatan-Nya. Dan demikian seterusnya sehingga kita bisa meminta sesuai dengan konteksnya.
Wallahu a’lam bishshawab, wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Ahmad Sarwat, Lc.