Assalamu’alaikum wr. Wb.
Pak Ustadz, menyambung pembahasan sebelumnya, jika ada hadist shahih mengatakan setiap bid’ah itu sesat, dan karena sesat itu dekat dengan kekafiran, maka saat imam Malik mengatakan bahwa qunut subuh bid’ah, berdosakah beliau karena secara tidak langsung menuduh muridnya imam Asy-syafi’i sesat? Apakah memang orang setingkat imam malik berhak mengatakan qunut subuh bid’ah?
Mohon penjelasannya,
Jazakallohu khoiron katsiron.
Wassalamu’alaikum wr. Wb.
Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Ketika Al-Imam Malik rahimahullah mengatakan bahwa qunut shalat shubuh itu bid’ah, beliau tidak menuduh muridnya, Al-Imam As-syafi’i sebagai pelaku bid’ah. Tidak ada kata caci maki kotor gaya koboy yang keluar dari mulut ulama besar itu.
Perlu dipahami bahwa para ulama besar di masa salaf itu sangat sopan, rendah hati, tawadhu’, serta beradab. Terutama ketika saat berbeda pendapat dengan sesama ulama lainnya. Tidak terdengar tudingan kepada saudaranya sebagai tukang bikin bid’ah.
Bid’ah qunut shalat shubuh yang dikemukakan oleh beliau adalah semata-mata ijtihad beliau pribadi. Sama sekali beliau tidak bahagia kalau ada orang yang bisa dituding-tuding sebagai pelaku bid’ah.
Sebagai ulama besar, bukan level beliau untuk mencaci maki orang yang pendapatnya tidak sama dengan dirinya. Tindakah anarkis seperti itu hanya keluar dari kalangan awam yang tidak punya ilmu agama. Semangat membenci orang lebih dominan ketimbang kapasitas otaknya.
Maka As-Syafi’i pun sangat segan kepada gurunya itu, bahkan beliau sangat menghormati murid-murid sang guru, meski sang guru telah menghadap Allah SWT. Saling hormat dan saling mengagumi, itulah kira-kira bahasa yang bisa sedikit menggambarkan hubungan antara keduanya imam besar itu. Yang satu mengatakan qunut itu bid’ah dan yang satunya mengatakan qunut itu sunnah muakkadah.
Kalau dua begawan fiqih itu sudah sedemikian mesra, meski hasil ijtihad mereka berbeda, lalu apa urusannya orang zaman sekarang merasa lebih cerdas dari keduanya, dan masih saja memancing di air keruh? Masih saja mempermasalahkan urusan yang sudah selesai sejak dulu, di depan orang-orang awam yang juga tidak paham.
Seharusnya, para tokoh di masa sekarang ini sudah bukan zamannya lagi melempar bola panas di tengah tubuh umat. Kalau ingin mengajarkan fiqih, ajarkan beberapa pendapat dari beberapa ulama, tapi jangan paksakan opini pribadi. Apalagi sampai mencaci dan menggelari orang lain dengan gelar-gelar yang menjijikkan.
Semoga Allah SWT membuka hati kita dan melapangkannya, agar kita dapat hidup rukun dan mesra dengan sesama umat nabi Muhammad SAW. Amin
Wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Ahmad Sarwat, Lc