Assalamu’alaikum wr. wb.
Pak Ustadz, dari kecil sampai lulus madrasah aliyah cara salat saya sama seperti kebiasaan muslim lainnya (kami tumbuh dari lingkungan NU). Dewasa ini saya (35 th), baca buku "SIFAT SHOLAT NABI" karya Muhammad Nashiruddin al-Albani (ulama zaman siapa?). Sedikit demi sedikit saya mulai mempelajari isinya, dan ternyata selama ini salat saya kurang selaras dengan isi buku tersebut (bila perbandingannya memakai buku tersebut) dan saya yakin ajaran salat yang selama ini saya dapatkan juga tidak bisa diklaim suatu kesalahan (keutamaan).
Mohon penjelasan apakah cara salat saya mengikuti yang sudah-sudah ataukah mengikuti ‘textbook’ dari buku tersebut, karena buku tersebut dasar hujjahnya (hadist) baik sekali (banyak yang sahih).
Jazakumullah kh. kts.
Wassalamualaikum wr. wb.
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
بسم الله الرحمن الرحيم الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله ، وبعد
Syeikh Nashiruddin Albani adalah seorang ulama yang banyak menekuni masalah hadits dan kritik sanadnya. Beliau termasuk ulama zaman sekarang dan baru saja wafat beberapa tahun yang lalu. Beliau lahir tahun 1914 atau 1333 hijriyah dan wafat tahun 1999 atau tahun 1420 hijriyah.
Secara mazhab fiqih, beliau adalah seorang yang lahir dan dibesarkan dalam mazhab Hanafi. Ilmu hadits yang beliaubanyak didapat dari membaca majalah Al-Manar yang berisi tulisan Asy-Syaikh Rasyid Ridha. Juga dari banyak membaca di perpusatakaan, di mana idarah maktabah memberikan beliau kunci perpustakaan sehingga beliau bisa masuk kapan saja beliau mau. Di dalam perpustakaan itulah beliau banyak membaca kitab hadits dan melakukan berbagai penelitian.
Beliau termasuk produktif dalam menulis, terutama yang terkait dengan masalah kritik hadits. Banyak menaqid hadits, termasukhadits-hadits yang sudah terhimpun di dalam kitab-ktab induk hadits.
Ketekunan beliau banyak diakui oleh para ulama lainnya, termasuk syeikh Abdul Aziz bin Baz, mufti Saudi Arabia di masa lalu. Dalam salah satu komentarnya beliau mengatakan tentang Syeikh Nashiruddin Al-Albani ini, "Saya belum pernah melihat di kolong langit ini di zaman ini orang seperti Albani."
BahkanSyeikh Bin Bazmengomentari tentang hadits Rasulullah SAW yang menyebutkan bahwa pada tiap 100 tahun Allah akan membangkitkan orang yang akan memperbaharui agama ini, maka untuk masa sekarang ini, Al-Albani-lah orangnya. Sedangkan Syeikh Muhammad Shalih Al-Utsaimin mengomentari beliau sebagai orang yang sangat menjaga amal sunnah dan memerangi bid’ah. Baik dalam bidang aqidah maupun dalam bidang amaliyah.
Buku Shifat Shalat Nabi yang anda baca itu adalah salah satu di antara kitab tulisan beliau yang paling populer bahkan boleh dibilang fenomenal. Sebab beliau menulis apa adanya sesuai dengan nalar beliau sendiri, tanpa terikat dengan kitab-kitab fiqih mazhab atau pun pendapat orang lain. Bahkan bahasa beliau termasuk cukup lugas ketika mengambil sebuah kesimpulan. Tanpa sungkan-sungkan beliau seringkali memvonis sebuah pendapat yang dianggapnya bertentangan dengan kesimpulannya sebagai bid’ah dan keluar dari sunnah.
Bahkan meski harus berhadapan dengan kesimpulan hukum yang sudah diakui oleh para imam mazhab besar sekalipun. Buat beliau, kalau pendapat sebuah mazhab dianggap bertentangan dengan kesimpulan dari dirinya, boleh dijatuhkan vonis bid’ah atau sesat.
Banyak orang yang kagum dengan kelugasan bahasanya, meski tidak sedikit juga yang menyayangkan cara demikian. Sebab sebagai seorang pengeritik hadits, -menurut mereka – bukan pada tempatnya beliau langsung menjatuhkan vonis bid’ah pada hal-hal yang terkait dengan masalah khilafiyah fiqhiyah. Sebab ketika sudah sampai kepada masalah penyimpulan hukum, ada banyak hal yang perlu dijadikan acuan dalam mengambil kesimpulan, tidak boleh asal vonis. Dan pada wilayah itu, kecenderungan terjadinya perbedaan kesimpulan hukum sangat besar terjadi.
Maka seharusnya bukan bahasa bid’ah yang beliau kembangkan, melainkan bahasa khilaf fiqihiyah. Sebab bahasa itulah yang umumnya digunakan ketika bicara tentang kesimpulan hukum oleh para fuqaha syariah. Adapun beliau sebagai penaqd hadits, tugas beliau lebih kepada bagaimana memberikan status dan derajat suatu hadits saja.
Memang apa yang beliau tulis itu meninggalkan pro dan kontra di kalangan para ulama di masa sekarang ini. Meski demikian, jasa beliau tidak bisa dikatakan sedikit. Ada sekian banyak jilid buku yang bermanfaat dan perlu untuk dibaca buat umat Islam, terutama dalam masalah ilmu hadits.
Pendapat-pendapat beliau itu banyak benar, namun bukan berarti 100% pasti kebenarannya. Apa yang beliau katakan sebagai bid’ah mungkin ada benarnya, tetapi sekali lagi, semua itu adalah ijtihad beliau. Apa yang diajarkan oleh para ulama dan guru kita pun juga ijtihadiyah sifatnya. Shalat yang pernah anda pelajari sejak kecil itupun punya landasan syariah yang sebenarnya hasil dari proses ijtihad yang tidak sembarangan. Para ulama di masa lalu telah mengeluarkan tenaga dan memeras keringat untuk bisa mendapatkan apa yang sekarang ini kita nikmati.
Kita menghormati beliau dalam ijtihadnya namun tidak diwajibkan bertaqlid buta kepada ijtihad seorang manusia. Sebagaimana kita juga menghormati para ulama lainnya yang barangkali tidak sejalan ketika menyimpulkan hasil ijtihad mereka.
Semoga amal beliau dijadikan Allah sebagai pemberat timbangannya di akhirat dan ilmu yang beliau ajarkan dijadikan bukti jasa beliau di hadapat Allah SWT. Amien ya rabbal ‘alamin.
والله أعلم بالصواب والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Ahmad Sarwat, Lc.