Satu lagi karya best seller penulis Habiburrahman El Shirazy yang akrab dipanggil Kang Abik ini diangkat menjadi film layar lebar dengan judul yang sama dengan novelnya “Cinta Suci Zahrana.” Dan kali inipun karya Kang Abik diproduksi oleh Sinemart seperti keempat karya-karya sebelumnya; “Ketika Cinta Bertasbih,” Ketika Cinta Bertasbih 2,” dan “Dalam Mirhab Cinta.”
Film “Cinta Suci Zahrana” akan mulai tayang di bioskop-bioskop Indonesia mulai tanggal 15 Agustus 2012, bertepatan dengan menjelang liburan lebaran. Film ini disutradarai oleh Chaerul Umam seorang maestro dibidangnya. Dan untuk penulisan skenario Kang Abik menyerahkannya kepada H. Misbach Yusa Biran almarhum, dengan alasan Pak Misbach adalah dosen dan guru dari para penulis skenario di Indonesia. “Alhamdulillah saya sempat bekerjasama dengan beliau sebelum beliau menghembuskan nafas terakhirnya” ujar Kang Abik. Proses penulisan skenario film ini sempat mengalami tujuh kali perombakan sebelum akhirnya final dan menjadi seperti yang dapat disaksikan di bisokop.
Bagi penggemar karya-karya Kang Abik, tentu sudah hapal novel-novel yang ditulisnya akan bertemakan cinta dan perjuangan yang sarat dengan nilai-nilai Islam. Film Cinta Suci Zahrana berdurasi 180 menit, berkisah tentang seorang perempuan yang luar biasa bernama Zahrana. Seorang perempuan yang punya ambisi yang tinggi dalam karir akademik, dan dia telah meraihnya. Dia telah menjadi dosen teladan, dan telah meraih penghargaan dari lembaga-lembaga bergengsi di tanah air maupun di dunia. Tetapi ada satu yang dilupakan oleh wanita yang luar biasa ini, bahwa perempuan itu juga harus membina kehidupan rumah tangganya. Prestasi gemilang yang diraihnya tidak serta merta membuat kedua orang tuanya bangga dan bahagia, namun justru semakin resah karena diusianya yang telah mencapai kepala tiga, Zahrana belum juga menikah dan malah asik dengan karirnya. Pergolakan batin Zahrana inilah yang menarik, sebagai anak ia sangat ingin menyenangkan hati orang tuanya untuk segera menikah. Tetapi Zahrana tidak memiliki calon.
Perjuangan Zahrana untuk segera menikah dan menemukan calon yang tepat menjadi konflik dan cerita yang menarik. Prestasi dan kepintarannya membuat sebagian menyangsikan Zahrana akan mendapat pasangan yang sepadan, tetapi kecantikannya membuat banyak lelaki tertarik, termasuk atasannya yang seorang duda namun memiliki ahlaq yang kurang baik. Zahrana menyatakan bahwa ia tidak tidak akan memilih pasangan karena pendidikan atau hartanya tetapi ia menginginkan calon suami yang sholeh dan cocok untuk hatinya. Meski cantik dan berprestasi, Zahrana tidak mudah untuk mendapatkan calon suami. Selain usaha-usaha yang telah dilakukan, namun tetap ada kuasa Allah Swt. yang tidak dapat dihindarkan. Zahrana yang tengah bahagia ketika akhirnya menemukan calon suami yang shaleh dan pas di hatinya, tidak dapat menolak takdir Allah Swt. hingga akhirnya ia mendapat trauma yang cukup dalam.
“Saya hadirkan film ini tetap seperti novelnya. Karakternya kita pertahankan, Zahrana, Hasan, dan karakter-karakter lainnya. Karakter-karakter pendukungnya saya ambul dari orang-orang yang sudah jelas kemampuan aktingnya, seperti Amoroso Katamsi, Nena Rosier, Lenny Marlina, El Manik, Sitoremi Prabuningrat, Rahman Yacob, Cici Tegal dan masih banyak lagi. Lokasinya pun kita ambil sesuai novelnya, dengan lokasi utamanya Semarang. Tetapi untuk ramuan dalam filmnya, saya mengambil lokasi tambahan seperti Bandungan, yang memiliki latar pemandangan yang indah.” Tegas Chaerul Umam.
Demi menyajikan film yang mendekati imajinasi pemirsa, kasting terbuka pun diselenggarakan oleh Sinemart untuk mencari pemeran utama yang benar-benar dekat dan tepat dengan karakter dalam novelnya. Akhirnya terpilihlah Meyda Sefira sebagai pemeran Zahrana, Miller Khan sebagai Hasan, Citra Kirana sebagai Nina, dan Faradina sebagai Lina. Pemeran pemuda lainnya juga Kholidi Asadil Alam sebagai Rachmad.
Film Cinta Suci Zahrana sangat sarat dengan pesan-pesan dan nilai-nilai yang ingin disampaikan. Mencari ilmu dan memiliki prestasi akademik yang tinggi tidak menjadi larangan, tetapi jangan sampai hal tersebut melenakan kita dalam pencapaian sisi kehidupan yang lainnya seperti membangun rumah tangga. Dalam film ini diceritakan bagaimana sebaiknya memilih pasangan, tidak hanya melihat status, pendidikan atau harta tetapi yang lebih utama adalah ketaqwaan/kesholehannya. Dan meski usia sudah sangat dewasa, bukan berarti tergesa-gesa dalam memilih pasangan dan asal menerima lamaran dari lelaki yang belum tentu baik agama dan ahlaqnya. Kesabaran dan kepasrahan bahwa hanya Allah Swt. yang memiliki kuasa atas jodoh, rizki dan usia ditunjukkan dalam film ini yang menjadi klimaks dalam cerita.
Secara keseluruhan, kemasan film ini cukup menarik dan mengandung hikmah yang sangat dekat dengan keseharian dan realitas yang ada dimasyarakat Indonesia. Bagi keluarga yang memiliki anak-anak perempuan yang menginjak remaja atau tengah melanjutkan kuliah, film ini dapat menjadi pembelajaran bersama. Orang tua yang memiliki anak perempuan perlu memberikan nasehat kapan usia yang baik untuk menikah sehingga baik anak dan orang tua tidak hanya fokus dengan target-target prestasi akademik atau pekerjaan yang diinginkan. Bagaimana proses yang benar menuju pernikahan (bukan dengan pacaran seperti yang umum terjadisaat ini) yang ditunjukkan dalam film ini juga. Serta bagaimana sebaiknya memilih pasangan. [wn]