Rosululloh -Sholallahu Alaihi Wassalam- bersabda, yang artinya:
“Sesungguhnya yang halal telah jelas, yang haram telah jelas dan diantara keduanya banyak perkara syubhat (yang masih samar) yang kebanyakan manusia tidak mengetahui. Barangsiapa berhati-hati terhadap hal yang syubhat, maka sesungguhnya dia telah menyelamatkan agama dan kehormatannya. Dan barangsiapa terjerumus kepada hal-hal syubhat, maka ia telah terjerumus pada hal yang haram, Seperti seorang pengembala yang mengembala di sekitar daerah terlarang, maka hampir-hampir ia terjerumus ke dalamnya. Ketahuilah, bahwa tiap-tiap raja mempunyai larangan. Ketahuilah, bahwa larangan Allah adalah apa-apa yang diharamkan-Nya. Ketahuilah, bahwa di dalam tubuh ada segumpal daging, jika baik, maka baiklah seluruh tubuh; jika rusak, maka rusaklah seluruh tubuh. Ketahuilah, itulah hati.” [Hadits riwayat Muslim [1599] dari Nu’man bin Basyir -Rodliallohu Anhu- ]
“Sesungguhnya yang halal telah jelas, yang haram telah jelas dan diantara keduanya banyak perkara syubhat (yang masih samar) yang kebanyakan manusia tidak mengetahui. Barangsiapa berhati-hati terhadap hal yang syubhat, maka sesungguhnya dia telah menyelamatkan agama dan kehormatannya. Dan barangsiapa terjerumus kepada hal-hal syubhat, maka ia telah terjerumus pada hal yang haram, Seperti seorang pengembala yang mengembala di sekitar daerah terlarang, maka hampir-hampir ia terjerumus ke dalamnya. Ketahuilah, bahwa tiap-tiap raja mempunyai larangan. Ketahuilah, bahwa larangan Allah adalah apa-apa yang diharamkan-Nya. Ketahuilah, bahwa di dalam tubuh ada segumpal daging, jika baik, maka baiklah seluruh tubuh; jika rusak, maka rusaklah seluruh tubuh. Ketahuilah, itulah hati.” [Hadits riwayat Muslim [1599] dari Nu’man bin Basyir -Rodliallohu Anhu- ]
Alloh -Subhanahu Wa Ta’ala- telah memuji ilmu dan orang yang berilmu, serta menyuruh hamba-hamba-Nya untuk berada di atas ilmu dan berbekal diri darinya, begitu juga dengan sunnah yang suci.
Ilmu termasuk amalan shalih yang paling utama, bahkan tergolong ibadah sunnah yang paling utama dan yang paling mulia, lantaran ia adalah satu bentuk dari jihad fisabilillah. Karena sesungguhnya agama Alloh -Subhanahu Wa Ta’ala- hanya tegak dengan dua perkara:
Pertama: Ilmu dan hujjah.
Kedua: Perang dan senjata.
Kedua: Perang dan senjata.
Dua perkara ini harus ada. Agama Allah tidak akan mungkin tegak dan tampak kecuali dengan keduanya sekaligus. Perkara yang pertama (yaitu ilrnu dan hujjah) lebih diutamakan dari perkara yang kedua (perang dan senjata). Karena alasan inilah, Nabi -Sholallahu Alaihi Wassalam- tidak menyerang suatu kaum hingga dakwah kepada Alloh -Subhanahu Wa Ta’ala- telah sampai kepada mereka. Dengan demikian ilmu telah mendahului perang.
Alloh -Subhanahu Wa Ta’ala- berfirman:
“Apakah kamu orang musyrik yang lebih beruntung ataukah orang yang beribadah pada waktu malam dengan sujud dan berdiri, karena takut kepada (adzab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya?…” (QS. az-Zumar: 9).
Tentu tidak sama, …Oleh itulah Allah berfirman:
“…Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang- orang yang tidak mengetahui? Sebenar-nya hanya orang yang berakal sehat yang dapat menerima pelajaran.” (QS. az-Zumar: 9)
“Apakah kamu orang musyrik yang lebih beruntung ataukah orang yang beribadah pada waktu malam dengan sujud dan berdiri, karena takut kepada (adzab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya?…” (QS. az-Zumar: 9).
Tentu tidak sama, …Oleh itulah Allah berfirman:
“…Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang- orang yang tidak mengetahui? Sebenar-nya hanya orang yang berakal sehat yang dapat menerima pelajaran.” (QS. az-Zumar: 9)
Tidak sama orang yang mengetahui dan orang yang tidak mengetahui, sebagaimana orang yang hidup tidak sama dengan orang yang mati, yang mendengar dengan yang tuli, yang melihat dengan yang buta. Ilmu itu adalah cahaya yang manusia dapat mengambil petunjuk darinya dan dengannya pula manusia dapat keluar dari kegelapan menuju cahaya. Dengan ilmu Allah mengangkat derajat hamba-Nya bagi siapa yang dikehendaki-Nya:
“…Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat….” (QS. al-Mujadalah: 11)
“…Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat….” (QS. al-Mujadalah: 11)
Dengan demikian ‘kita mendapatkan bahwa ahli ilmu itu tempat pujian. Tiap kali namanya disebut, orang-orang langsung memujinya. Ini ketinggian yang mereka miliki di dunia, adapun di akhirat maka mereka akan tinggi kedudukannya beberapa derajat sesuai dengan tugas dakwah yang mereka emban dan amal perbuatan yang mereka kerjakan.
Ahli ibadah yang sesungguhnya adalah yang menyembah Tuhannya dengan yakin dan tampak jelas kebenaran baginya. Dan ini adalah jalan Nabi -Sholallahu Alaihi Wassalam-
Alloh -Subhanahu Wa Ta’ala- berfirman, yang arti nya :
“Katakanlah (Muhammad), ‘Inilah jalan-ku, aku dan orang-orang -yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan yakin, Mahasuci Allah, dan aku tidak termasuk orang-orang musyrik.” (QS. Yusuf: 108)
“Katakanlah (Muhammad), ‘Inilah jalan-ku, aku dan orang-orang -yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan yakin, Mahasuci Allah, dan aku tidak termasuk orang-orang musyrik.” (QS. Yusuf: 108)
inilah terjemah dari kitab, “Al-Halal wa Al-Haram fi al islam” karya al-Allamah asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin -rahimahulloh-
Sesungguhnya permasalahan halal-haram dalam Islam merupakan perkara yang vital. la merupakan perkara yang menentukan sempurna atau tidaknya Iman-Islam seseorang. Karena halal-haram tidak hanya menyangkut masalah ibadah dan muamalah, melainkan juga masalah akidah. Halal-haram bisa juga menjadi indikasi selamat dan tidaknya seseorang dari siksa di akhirat, bahkan mungkin siksa di dunia. Dan sudah barang tentu siksa di akhirat jauh lebih berat daripada siksa di dunia.
Buku “Halal-Haram dalam Islam” ini berisi tentang masalah akidah, ibadah, dan muamalah. Banyak permasalahan yang menyangkut tiga masalah pokok tersebut yang tidak diketahui oleh mayoritas umat Islam. Padahal masalah-masalah tersebut menyangkut kesempurnaan Iman dan Islam kita. Jadi sudah selayaknya jika hal itu kita ketahui. Jika demikian adanya, maka untuk mempelajarinya tidak perlu menundanya hingga esok hari. Dan tidak berlebihan jika anda “Perlu” memiliki buku ini.
Judul buku : Halal Haram dalam Islam
Karya : Syaikh Muhammad Shalih al Utsaimin
Penerbit : Pustaka As Sunnah
Harga : Rp 150.000,- ( Belum termasuk ongkos kirim)
Untuk pemesanan hubungi atau sms/email dengan dituliskan nama, alamat dan jumlah pemesanan ke: 085811922988 email : marketing@eramuslim.com