Wahai keturunan Adam, sesungguhnya apabila engkau berdoa dan memohon ampun kepada-Ku. Andai dosa-dosamu memenuhi langit dan engkau memohon ampun pada-Ku, maka akan Kuampuni. Wahai anak cucu Adam, andai engkau memiliki dosa kesalahan memenuhi seisi bumi,dan meminta ampun kepada-Ku tanpa pernah menyekutukan-Ku sedikit pun, maka Aku akan berikan ampunan sebanyak dosa yang engkau bawa.
Umar bin Khattab berkata : “Allah lebih menyayangi hambanya yang beriman daripada seorang ibu yang melahirkan anaknya.”
Tiada yang lebih menyayangi, mencintai kita seandainya kita beriman, selain penciptanya. Tiada yang lebih menginginkan kita bahagia dan selamat selain yang mengurus kita setiap saat. Tiada yang menginginkan kita bersih selain Allah. Allah Maha baik Maha Pengampun. Sayang, kita lebih cenderung berbuat zalim terhadap diri sendiri. Kalau kita celaka pasti kitalah yang mencelakakan diri.
Nabi Adam as berbuat salah, beliau memajatkan doa tobat dengan doa. “ …Sekiranya Engkau tidak melimpahkan rahmat kepada kami”
Taubat itu adalah intinya pengakuan diri telah melakukan kezaliman atas diri sendiri, dan bertemu harapan dan ampunan rahmat Allah. Orang yang bertobat tidak mau menyalahkan kepada siapa pun, bahkan kepada setan sekalipun.
Taubat nabi Yunus as : “Tidak ada Tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau. Sedangkan saya ini orang-ornag yang zalim.”
Simaklah dalam kalimat-kalimat mulia tersebut, tidak ada yang ia sebut-sebut menjadi kambing hitam atas ditelannya Nabi Yunus as oleh ikan paus, atau menyalahkan umatnya yang tidak mematuhi seruan dakwahnya. Melainkan hanya pengakuan kedzaliman diri dan pengakuan kesucian Allah.
Semestinya hal tersebut benar-benar menjadi kesadaran kita dan mestilah kita bertafakur atas setiap ujian yang menimpa. Apa ini sia-sia, pasti ada peringatan dari Allah atas musibah yang datang. Allah menakdirkan apa pun pasti presisi tempat waktunya sempurna. Allah Maha perancang sempurna. Tubuh kita sempurna presisinya. Misalnya lidah kita, bila tanpa presisi bisa berbeda dengan orang lain. Tidak ada kejadian sia-sia, tidak ada kejadian tanpa hikmah, tidak ada kejadian dengan kebetulan. Allah menakdirkan apa pun pasti presisinya.
Kalau tidak mau taubat bagaimana yang akan terjadi? Allah akan terus menguji kita sampai kita menyerah; sampai mengakui tiada tuhan selain Allah, tiada penolong selain Alah, tiada pelindung selain Allah. Hingga kita terdesak, bila dalam bahasa sunda kita sudah dalam keadaan ngayekyek.