Bulan suci Ramadlan bulan istimewa. Hari-hari di dalamnya hari-hari istimewa. Saat-saat di dalamnya, saat isitimewa. Bulan dibukakannya segala pengampunan, pintu surga, dan ijabahnya do’a-do’a. Bulan ditebarkannya harapan bagi mereka yang berharap kepada-Nya. Bulan diangkatnya segala kesulitan hidup bagi yang meminta bantuan-Nya. Kalau kita dililit utang piutang, maka Allah adalah Dzat Mahakaya yang menjanjikan terkabulnya doa: Dia dengan mudah akan melunasinya. Di bulan inilah pula sebagai wahana memohon pertolongan Allah atas segala kebutuhan hidup kita.
Ujian hidup tidak bisa kita elakkan dari kehidupan ini; ujian senantiasa menyertai. Dari sejak kecil, kita dibesarkan oleh ujian. Baik itu ujian sekolah, organisasi, dan sebagainya. Sesugguhnya itu ujian yang kecil. Di samping itu, ada ujian hidup yang sesungguhnya dapat mematangkan diri kita.
“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga padahal belum datang kepadamu seperti yang dialami orang-orang sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan serta digoncangkan sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: ‘Bilakah pertolongan Allah?’ Ingatlah sesungguh pertolongan Allah itu sangat dekat.” (QS. Al-Baqarah:214)
Jika Allah SWT menyentuhkan sesuatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, maka tak ada yang dapat menolak kurnia-Nya. Dia memberikan kebaikan itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. QS. Yunus (10) : 107
Allah SWT dalam menyebut istilah ujian dalam ayat itu menggunakan kata ‘menyentuhkan’. Musibah kepada kita itu hanya sentuhan bukan pukulan. Adapun ternyata kita merasa sakit, sebabnya kita tidak mau menerima musibah ini. Padahal, jelas-jelas musibah ini sarat dengan berbagai pahala dan hikmah, misalnya bisa menggugurkan dosa, mengangkat derajat keimanan di hadapan Allah SWT. Sehingga, jika saja kita mengetahui dan meyakini tatkala diuji dengan penghinaan sebagai penggugur dosa, maka kita tidak akan merasa demikian perih ketika menerimanya.
Dan juga jangan pernah merasa kita sendirian kapan pun dalam melalui berbagai ujian Allah SWT.
“Dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya.” (QS. Qoof: 16).
Karena Allah-lah yang mengurus kita setiap saat. Yang menyayangi diri kita sendiri, bahkan lebih daripada kita sendiri. Andai kita mengetahui betapa Allah yang menyayangi hamba-Nya, pasti kita tidak akan mengkhianatinya, karena saking malunya. Andai saja kita tahu kekuasaan Allah SWT yang mutlak sempurna, pasti tidak akan ada lagi harapan atau bergantung dan bersandar kepada selain Allah. Andai saja kita tahu perlindungan Allah Maha Sempurna Maha Kokoh, tentunya kita tidak akan minta tolong pada siapa pun, karena meminta kepada seseorang bisa menyebabkan hina harga diri kita. Meminta kepada Allah, akan meningkatkan harga diri kita, dan tidak akan pernah sedikit pun dikecewakannya.
Allah pun demikian menyangi orang beriman, sebagaimana tersurat dalam sirah nabawiyah: Ketika itu, dalam suatu peperangan, pasukan muslimin mendapat banyak tawanan perang. Di antaranya terlihat seorang perempuan yang menggendong bayi dengan menunjukkan kasih sayangnya melalui pelukan, belaian, disusuinya dan sebagainya. Lalu Rasul saw bertanya kepada para sahabatnya, “Bagaimana kiranya menurutmu, ibu tersebut, akan tegakah melemparkan anaknya ke dalam api yang menyala?” “Demi Allah tidak mungkin,” kata para sahabat. “Ketahuilah, Allah mencintai orang yang beriman lebih daripada ibu tersebut mencintai anaknya. Allah tidak mungkin melemparkan yang beriman ke neraka.”
Jadi, sesungguhnya yang mengantarkan kita ke neraka itu kelakuan kita sendiri. Kita diuji dengan sakit, difitnah, dijauhi, kehilangan sesuatu, supaya kita bersih dari dosa-dosa; dosa kita bisa terkikis habis; supaya hati tidak bersandar dan tidak merasa nyaman dengan selain Allah; supaya tatkala pulang ke akhirat kita bisa berjumpa dengan Allah dalam keadaan diridhainya.
Mudah-mudahan Allah SWT menyingkapkan hijab di hati kita, sehingga iman tidak hanya di mulut, melainkan menghujam hingga ke dalam pori-pori hati kita. Setiap saat kita sibuk dengan Allah Yang Maha Gagah. Allah SWT tidak akan pernah mengecewakan hamba-Nya yang hatinya selalu ingat pada-Nya.
“Dan pastilah Allah akan menolong siapa saja yang mau menolong (Dien)-Nya” (QS Al-Hajj : 40)
Tidak ada yang menginginkan kita ke surga kecuali Allah SWT Sang Pencipta. Maka jangan pernah bersuudzon (berburuk sangka) kepada Allah SWT tatkala diuji dari berbagai masalah. Itu semua menunjukkan bahwa kita diuji dan terbukti kita layak masuk surga.