“Kok istrinya nggak diajak, sama temannya kok nggak menghargai, datang tidak sekeluarga, gimana maksudnya?”
Yang ngundang pun sama saja, gitu kok ditanyakan. Wes wes hidup itu sudah nggak ada pilihan.
Makanya kadang ketika saya berdoa itu, “Mpun Gusti, sing penting kulo angger urip ngoten mawon, niki kabeh kersane pengeran”. (Sudah terserah Allah, yang penting saya ini hidup, selain itu semua kehendak Allah).
Terus kamu pilih mana hukumnya, “Mengajak istri cantik, terus dilihat orang jadi dosa. Atau, mengajak istri jelek, terus membuat temanmu mengejek, jadi dosa juga?”
Makanya, dunia ini tidak usah terlalu dipikirkan. Pas hajatan itu ya datang saja, makan, ngopi, salaman terus pulang saja. Sudah gitu aja.
Nak tepak (kalau kebetulan) ada istri ya diajak, kalau tidak ya tidak usah. Pergi sendirian saja. Kalo ditanyai, “Kenapa nggak diajak?”
Jawab saja, “Takdir…!” (Hahaha)
Kalau ditanyai, “Kenapa kok sama istri?” Bilang saja, “Takdir…!”
Sudah bilang takdir saja terus, lama-lama nanti juga jadi wali. Pokoknya: ما شاء الله كان ولم يشأ لم يكن (Maa Syaaa Allahu Kaana, walam Yasya’ Lam Yakun), artinya”Apa yang Allah kehendaki pasti terjadi, yang tidak Dia kehendaki tidak terjadi.”[sindonews]