Tulisan ini datang dari salah satu daerah paling utara, sebuah kota kecil bernama Trondheim, di negara Norwegia. Kota ini tepatnya berada pada 63,25′ lintang utara dan 10,23′ bujur timur, hanya 500 km jaraknya dari polar circle/ lingkar kutub utara.
Karena letaknya yang nyaris di ujung utara bumi, daerah ini beriklim dingin, dengan suhu udara terendah sepanjang tahun 2008 mencapai 14,5°C di bawah nol! Pada saat siang terpanjang di musim panas matahari menyinari Trondheim hingga 22 jam. Kapan matahari terbit dan tenggelam nyaris tak bisa disaksikan mata. Datangnya malam hanya ditandai dengan semburat merah di langit mencipta cahaya alam yang remang-remang. Sebaliknya di musim dingin, dalam sehari cahaya matahari mampir hanya beberapa jam, lalu gelap berkawan suhu dingin menusuk tulang.
Berpenduduk sekitar 165.000 jiwa, Trondheim dikenal sebagai pusat pendidikan dan penelitian teknologi di Norwegia. Beberapa tahun terakhir jumlah mahasiswa Indonesia yang belajar di kota ini, tepatnya di Norwegian University of Science and Technology terus meningkat. Sebagian besar yang merupakan mahasiswa Muslim menambah pula angka komunitas muslim Indonesia yang tergabung dalam Keluarga Muslim Indonesia di Trondheim (KMIT). Saat ini KMIT beranggotakan kurang lebih 80 orang yang terdiri dari para profesional dan mahasiswa Indonesia beserta keluarga.
Berpuasa di daerah yang dekat dengan wilayah kutub sangatlah berbeda dengan di tanah air dimana pergantian siang dan malam berputar stablil sepanjang tahun. Di Trondheim, bulan Ramadhan tahun ini jatuh di akhir musim panas dimana waktu siang rentangnya cukup panjang. Di awal Ramadhan lama puasa di daerah ini mencapai 16 jam, dimulai pukul 04:30 pagi hingga 20:30 malam. Sebuah perjuangan yang cukup menguji iman. Kondisi ini pula yang kemudian membuat keluarga Muslim Indonesia di Trondheim tidak begitu leluasa merancang program Ramadhan dengan kegiatan buka puasa atau tarawih bersama secara rutin. Namun begitu, Ramadhan di Trondeim tak kalah syahdunya. Tetap sarat silaturrahim dan suasana keislaman yang kental.
Tak ingin mengurangi kesempatan meningkatkan amal ibadah di bulan Ramadhan, teknologi internet kiranya menjadi solusi yang sangat membantu untuk berkomunikasi satu sama lain. Karena tak mudah untuk berkumpul secara nyata, di alam maya dirancang kegiatan bersama. Tilawah Al-Quran Online digelar setiap hari sebelum masuk waktu berbuka puasa. Dalam program ini peserta tilawah terhubung dengan program teleconference di jaringan internet, lalu membaca Al-Quran secara bergiliran. Salah seorang menjadi host dan moderator untuk mengatur lalu lintas anggota tilawah di jaringan. Satu juz bacaan per hari ditargetkan, hingga inshaallah khatam Alquran terwujud di akhir bulan suci.
Dalam prakteknya tilawah dengan memanfaatkan teknologi ini kadang juga mengalami kendala. Mulai dari jaringan yang tiba-tiba terganggu, perangkat yang kurang menunjang kualitas suara, atau jumlah peserta yang pada suatu waktu tiba-tiba membludak melebihi kapasitas, sehingga perlu di pecah menjadi kelompok-kelompok kecil. Hal-hal seperti ini kiranya menjadi pengalaman yang juga menarik dan perlu trik-trik tersendiri untuk mengatasinya.
Dua kali seminggu, pada hari Senin dan Rabu, diadakan pula Kajian Keislaman Online bersama keluarga muslim Indonesia di Skandinavia. Silih berganti para dai muda yang sedang menuntut ilmu di negara-negara Skandinavia memberikan tausyiah bagi muslimin Indonesia yang tersebar di Norwegia, Swedia dan Denmark.
Akhir pekan merupakan waktu yang selalu dimanfaatkan kaum Muslimin untuk berkumpul. Sebagaimana juga di luar Ramadhan, setiap minggu siang digelar Kajian Rutin KMIT, dilengkapi kegiatan TPA untuk anak-anak. Di Indonesia tentunya keberadaan TPA adalah sesuatu yang sudah sangat biasa. Namun di Trondheim, karena umat Islam tak banyak jumlahnya menjadikan peranan TPA semakin besar untuk menciptakan atmosfir keislaman dalam perkembangan anak-anak Muslim yang sehari-hari berada di lingkungan sekolah yang berbudaya lokal. Tidak saja untuk menunjang tugas utama orang tua dalam mengajarkan tentang dienullah, namun juga sejak dini menanamkan rasa kebersamaan dan persaudaraan antar anak-anak muslim sebagai saudara seiman.
Forum kajian rutin mingguan dibuka dengan tilawah Al Quran secara bergiliran, sambil saling mengoreksi bacaan dan menyempurnakan tajwid. Sesi kedua adalah kultum yang di sampaikan secara bergantian oleh para anggota setiap minggu. Materi utama di sesi ketiga mendapat porsi waktu terbesar dengan pembahasan seputar tauhid, ibadah, atau muamalah. Sejak mulanya hanya satu dua orang diantara anggota yang menjadi pemateri utama, kini inshaallah telah semakin tumbuh kader-kader dai dari kalangan anggota yang di asah untuk menggali ilmu-ilmu keislaman dan memantapkan langkah dalam da’wah Islamiyyah.
Di samping untuk mengkaji ilmu-ilmu agama, forum KMIT juga menjadi wadah untuk memusyawarahkan berbagai hal untuk kemaslahatan bersama. Bagi yang ingin menuntut ilmu lebih mendalam, setiap Sabtu malam digelar pula forum khusus kajian tafsir Al-Quran. Tak ketinggalan perpustakaan mini dikelola secara virtual dengan memberdayakan buku-buku koleksi pribadi dari para anggota.
Sedikit berbeda dengan bulan-bulan lainnya, di bulan Ramadhan ini kajian rutin difokuskan pada materi seputar Ramadhan: puasa, shalat malam/tarawih, zakat fitrah dan shalat Ied. Dengan menggali materi tersebut secara mendalam, kiranya ibadah Ramadhan dapat dimaksimalkan. Tak lupa pengumpulan zakat, infaq dan sadaqah menjadi agenda rutin dan terkoordinir, mengingat keberadaan Muslimin sebagai kaum minoritas di Norwegia menuntut juga kemandirian dan inisiatif yang tinggi agar dapat melaksanakan tuntunan agama secara optimal.
Kini Ramadhan sampai di penghujung, Idul Fitri menjelang. Suasana hari kemenangan di Trondheim kiranya jauh suara beduk dan gema takbir yang gemuruh, seperti lazimnya di tanah air. Namun hati kaum muslimin yang terpaut erat inshaallah sanantiasa suka cita dalam ukhuwwah Islamiyyah yang indah. Taqaballaahu minna wa minkum! ( Yeni Mulia/Trondheim, Norwegia)