Seperti masyarakat Muslim lainnya di seluruh dunia, warga Muslim di Korea Selatan mengisi ibadah puasa Ramadhan dengan memperbanyak membaca al-Quran dan berkumpul di masjid-masjid, terutama pada petang hari menjelang berbuka puasa sampai pelaksanaan salat tarawih.
Pemandangan seperti ini terlihat di Masjid Sentral yang terletak di jantung kota Seoul, ibukota Korea Selatan. Setiap petang masjid ini dipadati ratusan jamaah dari berbagai usia, baik warga Muslim Korea maupun warga negara asing. Saking banyaknya, jamaah bahkan meluber sampai ke luar gedung masjid, sehingga tak jarang mengundang perhatian warga lokal.
Seorang jamaah bernama Zain, asal Pakistan mengatakan, ia selalu menyempatkan diri datang ke Masjid Sentral meski untuk itu ia harus menutup tokonya di kawasan Itaetown. Jamaah lainnya, Seid Issdram asal Maroko yang bekerja di dekat Provinsi Gyeonggi. Ia harus menempuh perjalanan sekitar satu setengah jam setiap hari ke kota Seoul agar bisa menjalankan salat tarawih berjamaah di Masjid Sentral.
Suasana akrab penuh persaudaraan begitu terasa, para jamaah yang datang meski tak saling kenal saling mengucapkan salam. Tak ketinggal para Muslimah berjilbab, banyak juga yang datang ke masjid sementara anak-anak mereka dibiarkan bermain di halaman masjid.
Menurut data Korea Muslim Federation (KMF) yang dibentuk sejak tahun 1967, di Korea Selatan terdapat 120.000-130.000 Muslim, baik dari orang Korea asli maupun warga negara asing. Imigran Muslim di Korea Selatan, kebanyakan berasal dari Pakistan dan Bangladesh. Sementara warga Korea asli yang memeluk Islam jumahnya sekitar 35.000 orang.
Meski demikian, masih banyak masyarakat Korea yang tidak mengetahui bahwa saat ini umat Islam sedang menjalankan ibadah puasa bulan Ramadhan, ibadah puasa yang hukumnya wajid bagi umat Islam.
Seorang remaja Muslim bernama Ahn Tae-hwan bercerita, teman-temannya sering bertanya mengapa ia tidak makan apapun selama beberapa hari ini. Tae-hwan tidak mengatakan bahwa ia sedang puasa bulan Ramadhan, tapi menjawab pertanyaan teman-temannya itu dengan mengatakan bahwa ia sedang diet.
Pemuda Muslim bernama Sun Ju-young mengaku kesulitan untuk memberikan pemahaman pada teman-temannya mengapa ia tidak makan daging babi atau tidak minum alkohol, ketika ia dan teman-temannya sedang jalan-jalan bersama. Teman-teman Ju-young berpikir bahwa ia alergi dengan makanan-makanan itu.
Ali Ahmad, mahasiswa asal Mesir yang sedang kuliah di Seoul National University mengungkapkan, masyarakat Korea tidak banyak tahu tentang Islam. Muslim lainnya, Seid menambahkan, "Banyak orang-orang Korea yang berpandangan negatif pada Muslim, karena sering melihat pemberitaan-pemberitaan tentang terorisme."
Pendapat itu dibenarkan Lee Ju-hwa, Sekretaris Jenderal KMF. "Masyarakat Korea selayaknya tidak berprasangka buruk terhadap Muslim dan mengakui fakta bahwa Muslim adalah bagian dari masyarakat Korea yang hidup dan bekerja di satu negara yang sama, " ujarnya. (ln/iol)