Jum’at ini (3/10) ada yang tidak biasa di masjid kami, Masjid Al Falah 2 baris kursi ditata di depan layar TV di salah satu ruangan masjid. Sementara di ruang lain dekat pintu masuk sebuah meja telah teralasi dengan kain lengkap dengan sajian kue dan minuman di atasnya. Tak berapa lama menjelang sholat Jum’at dimulai, beberapa wajah ‘asing’ tampak memasuki masjid dan beberapa di antara mereka dipersilahkan menempatkan diri pada deretan kursi-kursi tersebut. Sementara beberapa yang lain tampak langsung berbincang dengan jamaah dan pengurus masjid.
Hari ini memang hari yang istimewa bagi kaum muslimin di Jerman. Selain masih dalam suasana perayaan Idul Fitri, hari ini adalah pelaksanaan yang ke-12 kalinya "Tag der offenen Moscheen" atau secara harfiah "Hari Masjid-masjid Membuka Pintu" bagi para non-muslim warga Jerman lainnya. Kegiatan ini pada awalnya dipelopori oleh Zentralrat der Muslime in Deutschland (semacam Dewan Syuro kaum muslimin Jerman) dan sekarang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan antar-agama di Jerman. Ribuan masjid dan perkumpulan Islam di Jerman pada tanggal ini, setiap tahun mengundang warga lain untuk mengunjungi masjid, mendengarkan pidato, berdiskusi atau sekedar belajar dan mengenal kehidupan serta ritual ibadah kaum muslimin.
Jum’at ini, masjid Al Falah pun menyiapkan acara khusus bagi para tamu yang datang. Khutbah yang biasanya disampaikan dalam bahasa indonesia, hari ini disampaikan pula intisarinya dalam bahasa jerman. Selepas sholat Jum’at diadakan presentasi 1.) tentang Indonesia, keanekaragamannya, termasuk dalam hal agama, 2.) tentang yayasan yang membawahi kegiatan masjid kami, sekilas sejarah dan kegiatan-kegiatannya, serta 3.) tentang Islam, ajaran-ajaran pokoknya, rukun islam dan rukun iman. Untuk kegiatan ini Kedutaan Besar RI di Berlin, melalui Atase Bidang Pendidikan dan Kebudayaan membantu kami memberikan gambaran tentang Indonesia kepada pengunjung.
Sementara itu, sahabat-sahabat kami dari Deutschsprachige Muslim Kreis (Ikatan Muslimin Berbahasa Jerman) dan M-Jot (baca: em-yot, Muslimische Jugend in Deutschland atau Pemuda Muslim di Jerman) menyiapkan presentasi tentang Islam dan melayani pertanyaan atau diskusi tentang Islam dalam bahasa Jerman. Di akhir acara, pengunjung berkesempatan untuk melihat-lihat ruangan masjid. Dan dengan berkumandangnya adzan waktu Ashar serta sholatnya, maka berakhirlah acara open house masjid kami.
Acara serupa dilakukan juga oleh lebih dari 2500 masjid dan 1000 organisasi Islam di seluruh pelosok Jerman. Menurut perkiraan, tamu pada tahun ini berkisar 50 ribu orang. Bahkan di kota-kota besar seperti Cologne, Mannheim, dan Berlin, pengunjung mencapai 2000-an orang. Mereka memanfaatkan kegiatan ini untuk lebih mengenal islam dan kaum muslimin secara lebih pribadi. Para pencetus kegiatan ini sengaja memilih tanggal 3 Oktober bukan tanpa alasan. Tanggal tersebut di Jerman diperingati sebagai hari Penyatuan Jerman dan merupakan hari libur nasional. Dengan memilih tanggal ini diharapkan masjid menjadi sarana pertemuan antar warga jerman yang berbeda agama dan terjalinnya saling pengertian yang lebih baik. Sebagai informasi, saat ini sekitar 3,3 juta orang warga muslim tinggal di Jerman.
Masih ada beberapa orang berwajah ‘bule’ yang bertahan di masjid kami hingga usainya sholat Ashar. Bahkan salah seorang di antara mereka tampak duduk bersimpuh di samping saya sepanjang pelaksanaan sholat. Ia tampak dengan tenang dan seksama memperhatikan sholat dan dzikir kami. Tampaknya tema open house masjid tahun ini yang berbunyi: Moscheen – Orte der Besinnung und des Feierns (Masjid – Tempat Bertafakur dan Berlebaran) telah tertangkap dengan baik oleh satu pengunjung ini. Semoga acara semacam ini menjadi jalan masuknya hidayah Allah ke lebih banyak orang lagi. (Habib Rijzaani/rd)