Tokyo, 20 Agustus 2010
Banyak cara yang bisa dilakukan dalam mengenalkan Islam pada non muslim, terlebih lagi di bulan romadhan ini. Salah satunya seperti yang telah dilakukan oleh Tokyo University Islamic Culture Society (TUICS) yakni mengenalkan Islam lewat acara buka puasa bersama.
TUICS yang merupakan organisasi muslim bagi civitas University of Tokyo ini mengadakan buka puasa bersama pada tanggal 20 Agustus 2010. Betempat di Gedung Enginering, The University of Tokyo, acara ini dihadiri oleh seluruh warga kampus, baik muslim maupun non muslim. “Acara ini memang diniatkan untuk mensosialisasikan Islam dan kebudayaan Islam kepada orang-orang Jepang di Univesity of Tokyo, agar terjadi kesaling fahaman antar civitas yang berbeda agama”, demikian dikatakan Dedi Nurzaman salah satu perwakilan mahasiswa Indonesia di TUICS.
Dedi yang pada kesempatan buka puasa bersama tersebut mempresentasikan Islam di Indonesia menyampaikan bahwa warga muslim di kampus terbesar di Asia ini tidak ingin hanya sekedar mengadakan puasa bersama untuk sesama muslim, tapi juga ingin menjadikan buka puasa ini sebagai sarana berda`wah, mengenalkan islam dan kebudayaan islam kepada mahasiswa dan dosen di University of Tokyo, khususnya kepada native Japanese. “kami selalu ingin agar masyarakat Jepang, khususnya kaum intelektual di jepang bisa mengenal Islam dengan lebih baik, dengan begitu kita berharap hidayah bisa datang kepada mereka”, jelas Dedi. Dedi juga menambahkan bahwa dalam rangka mengenalkan Islam kepada masyarakat Jepang ini tahun lalu TUICS bersama organisasi Islam di Jepang lainnya mengadakan seminar tentang nabi Muhammad SAW yang dihadiri oleh orang-orang Jepang yang ingin tahu lebih jauh tentang Islam.
Pada acara buka puasa bersama tahun ini, TUICS menghadirkan ustad Maeno, Japanese muallaf yang saat ini aktif mengembangkan da`wah untuk masyarakat Jepang. Acara yang dihadiri oleh sekitar 200an orang ini berlangsung meriah. Peserta non muslim pun tampak sangat antusias ingin mengetahui lebih jauh tentang Islam. Hal ini bisa terlihat dari banyaknya pertanyaan yang muncul selama sesi diskusi berlangsung. Mereka menanyakan berbagai hal tentang Islam, kaum muslimin, termasuk tentang puasa.
Ustad Maeno sebagai muallaf juga ditanya bagaimana perbedaan kehidupannya antara sebelum dan sesudah masuk Islam. Ustad yang pernah belajar Islam di Damaskus Syiria ini menjawab “perbadaan mendasar antara sebelum dan sesudah masuk Islam adalah saya merasakan adanya ketentraman ketika saya memeluk Islam”.
Para peserta juga bertanya tentang banyaknya larangan dalam Islam, seperti larangan makan babi, larangan minum bir padahal semua itu sangat disukai masyarakat Jepang. Banyaknya larangan dalam Islam ini dianggap menjadi salah satu penyebab sulitnya orang jepang untuk masuk Islam. Terhadap pertanyaan ini ustad Maeno menjawabnya dengan lembut. “Cinta dan hutang budi membuat kita mau melakukan apa saja yang diperintahkan kepada kita, begitulah kita kalau sudah mengenal Allah, menyadari betapa banyak nikmat yang telah diberikannya kepada kita, maka kita akan rela melakukan apa saja yang diperintahkan-Nya, tanpa harus bertanya dan kita tidak akan melihatnya sebagai hal yang berat”, demikian jawaban ustad Maeno.
Selain diisi dengan diskusi, acara buka puasa bersama yang melibatkan mahasiswa muslim dari seluruh negara yang tengah kuliah di University of Tokyo ini juga menghadirkan pameran poster yang menjelaskan tentang Islam. Peserta diajak melihat-lihat poster yang berisi sejarah islam, dasar-dasar ajaran islam dan berbagai perkembangan islam di dunia.
Setelah berbuka puasa yang dilanjutkan dengan sholat maghrib berjamaah, peserta diajak makan bersama sambil mendengarkan ceramah tentang interaksi islam dengan non islam oleh Prof. Dr. Salah Sulthan dari Michigan. Dalam paparannya professor asal Mesir yang banyak mengajar di universitas Amerika ini menjelaskan bagaimana interaksi Islam dan non Islam dalam bidang sosial budaya, politik, ekonomi maupun ilmu pengetahuan. “Islam adalah agama yang rahmah, melindungi semua manusia, bukan hanya ummat Islam. Bahkan Allah memeritahkan kita berlaku baik dan bekerja sama dengan semua manusia baik Kristen maupun yahudi sepanjang mereka tidak menganiaya atau mengusir kita dari tanah air yang kita tempati”, demikian jelas Sultan.(mn, Tokyo)