Kota Potsdam adalah ibukota Propinsi Brandenburg, Jerman. Letaknya di sebelah utara yang berbatasan langsung dengan Kota Berlin. Dahulu kota ini masuk wilayah Jerman Timur yang berafilisasi pada Rusia.
Jumlah kaum Muslimin di kota ini baik yang penduduk asli atau pendatang hanya berkisar 150 orang. Tidak banyak memang. sebab banyak di antara pendatang Muslim yang lebih memilih tinggal di Kota Berlin. Selain karena jumlah komunitas muslim yang sangat banyak, juga di Berlin ada lebih dari 100 masjid. Termasuk di dalamnya adalah Masjid milik komunitas Indonesia, yaitu Masjid Al-Falah. Jarak tempuh antara Postdam dan Berlin juga relatif mudah dengan menggunakan kereta.
Di kota ini berdiri dua masjid. Masjid pertama adalah Masjid El Faruq, terletak di dekat stasiun kereta api dan terminal bus. Saya biasa mengunjungi masjid ini menggunakan sepeda onthel karena letaknya tidak terlalu jauh dengan tempat tinggal saya.
Sholat jum’at, biasanya dihadiri hanya sekitar 50-an jamaah. Mereka berasal dari berbagai negara. Tapi mayoritas dari kawasan berasal dari Semenanjung Arab seperti Maroko, Tunisia, Mesir, Libanon, Yordania, Al-jazair, Yaman dan Palestina. Di luar negara Arab, pengunjung masjid ini juga berasal dari India, Pakistan, Thailand, Afghanistan, dan Turki. Ada juga beberapa Muslim dari kalangan kulit hitam afrika.
Khotbah jum’at menggunakan dwi bahasa. Khotbah pertama menggunakan bahasa Arab sedang khotbah kedua menggunakan bahasa Jeman. Biasanya imam dan khotib berasal dari Maroko atau Palestina. Adapaun Muadzinnya oleh orang kulit hitam dari afrika.
Beda dengan salat jum’at, jumlah jamaah yang datang untuk salat tarawih pada bulan Ramadhan lebih sedikit, hanya berkisar 10-15 orang. Kami melaksanakan salat tarawih 11 rakaat dengan witir diakhiri doa qunut. Setiap kali tarawih imam membaca satu juz Al-qur’an hingga akhir romadhan genap 30 juz.
Kegiatan selama romadhan di kota ini hanya terbatas pada salat tarawih, halaqah al-Qur’an untuk bapak-bapak dan belajar membaca al-qur’an setiap hari ahad untuk anak-anak. Tidak seperti masjid-masjid Arab lainnya, masjid di Postdam tidak mengadakan buka puasa bersama.
Masjid kedua di kota ini adalah Masjid "Muslim Potsdamer." Muslim dari Arab biasanya menyebut masjid ini dengan istilah Masjid Al-Maniy yang berarti masjidnya orang Jerman. Mayoritas jamaah masjid ini adalah orang Jerman asli (mualaf) yang tinggal di kota ini. Jumlah mereka relatif sedikit. Salat Jum’at hanya diikuti sekitar 20 an orang, sedangkan salat tarawih hanya setengahnya saja yang datang.
Yang unik, imam dan khatib di masjid ini adalah seorang Jerman asli, di sini ada seorang ustadz bernama Ustadz Adnan yang mahir berbagasa Arab dan sedikit-sedikit bisa berbahasa Indonesia.
Kegiatan selama Ramadhan di Masjid Postdamer, selain tarawih yang dimulai pukul 22.00 waktu jerman dan berakhir pukul 23.00, juga ada buka puasa bersama setiap hari dengan menu khas Jerman dan kadang menu makanan Spanyol, sebab banyak isteri-isteri Muslimin di kota ini yang adalah berasal dari Spanyol. Setiap hari Sabtu digelar belajar membaca al-Qur’an untuk anak-anak maupun orang dewasa.
Gaya membaca al-Quran kaum Muslimin di kota ini agak berbeda dengan di Indonesia yang menggunakan bacaan al-Qur’an dengan qiroah “hafs”. Di tempat saya tingga bacaan Qur’annya menggunakan qiroah “warsy”.
Demikianlah sekilas aktivitas Ramadhan di kota Postdam. Meski tak begitu semarak seperti di kota besar di Jerman lainnya, warga Muslim di kota ini tetap bersemangat menjalankan ibadah puasa dan menyambut Ramadhan dengan sukacita. (yanuar muharrom/ breite streße nr 5 Potsdam)