Eramuslim – PUASA dalam bahasa Arab disebut “as-Shiyaam”, yang berarti imsak atau menahan diri. Sebetulnya kata “Puasa” yang kita kenal dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Sanskerta yakni upawasa, menutup atau menghentikan segala kebiasaan (Leksikon islam jilid 2, Pustaka Azet, 1988, hal 613).
Pokoknya tiap membahas ibadah puasa, dari SD sampai menginjak perguruan tinggi, dalil ini pasti muncul. “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan bagimu berpuasa, sebagaimana telah diwajibkan pada orang-orang sebelum kamu. Mudah-mudahan kamu bertakwa” (Al-Baqarah:183).
Ayat tersebut menjelaskan dengan gamblang, betapa puasa adalah ibadah yang telah dikerjakan oleh umat sebelum kaum Nabi Muhammad SAW, bahkan sejak Nabi Adam as turun ke bumi.
Pasca tragedi pohon Khuldi, Nabi Adam bertobat dan melaksanakan puasa selama 3 hari dalam satu bulan. Puasa tersebut selanjutnya dikenal dengan nama puasa putih yang dikerjakan setiap tanggal 13, 14, dan 15 bulan Islam (Hijriah). Kekasihku, Rasulullah SAW mewasiatkan kepadaku tiga perkara: puasa tiga hari setiap bulan, dua rakaat salat duha, dan salat witir sebelum tidur (Bukhari-Muslim).
Namun, ada versi lain kalau Nabi Adam hanya melakukan puasa khusus pada hari Jumat untuk mengenang peristiwa penting. “Sesungguhnya Allah menjadikan Adam pada hari Jumat, diturunkan di bumi pada hari Jumat, dia bertobat kepada Allah atas dosanya memakan buah khuldi pada hari Jumat dan wafat pun pada hari Jumat.” (HR Bukhari).