Taqwa dan Karekteistik Orang-Orang Bertaqwa
Taqwa adalah target utama disyari’atkannya Shaum seperti yang tercantum dalam surat Al-Baqoroh : 183. Sebab itu, saat kita bicara soal Ramadhan dengan segala aktivitasnya, tema taqwa sangat relevan untuk kita bahas.
Taqwa adalah karakter, sikap, prilaku dan kebiasaan. Taqwa adalah hasil, bukan proses. Proses menuju taqwa, di antaranya adalah dengan menjalankan Ramadhan berdasarkan manajemen Rasul Saw. seperti yang sudah kita bahas sebelumnya. Taqwa adalah buah dari keimanan yang mendalam yang melahirkan ketaatan, ibadah, harapan dan ketakutan mutlak kepada sang Pencipta, yakni Allah Ta’ala saat menjalankan kehidupan di dunia yang fana ini.
Sebab itu, taqwa harus dapat dilihat pengaruh dan ciri-cirinya dalam kehidupan. Taqwa harus menjadi tema terpenting setelah iman. Karena iman yang tidak melahirkan taqwa tidak akan bermanfaat banyak dalam kehidupan dunia dan tidak pula di akhirat kelak.
Saking pentingnya, dalam Al-Qur’an tedapat sekitar 158 ayat yang membahas taqwa dan juga puluhan hadits Rasul Saw. Di antara cakupan makna taqwa adalah takut, beribadah, meninggalkan maksiat, mengesakan dan ikhlas kepada Allah.
Dari ayat dan hadits tersebut kita dapat mengetahui dengan mudah karakteristik muttaqin (orang-orang bertaqwa). Di antaranya seperti yang tercantum dalam surat Al-Baqoroh : 3 – 5 dan 177 serta surat Ali Imran : 133 – 138. Dari ayat-ayat tersebut dapat disimpulkan bahwa di antara sifat muttaqin ialah :
1. MENJADIKAN AL-QUR’AN SEBAGAI PETUNJUK HIDUP
2. MEMAHAMI KONSEP KEIMANAN DENGAN BENAR
3. MEMILIKI TANGGUNG JAWAB SOSIAL (BERINFAQ DALAM KEADAAN LAPANG DAN SEMPIT)
4. MENEGAKKAN SHOLAT DAN ZAKAT (AHLI IBADAH)
5. MEMILIKI MORALITAS YANG TINGGI (MENEPATI JANJI, MAMPU MENAHAN MARAH)
6. SABAR MENGHADAPI BERBAGAI KESULITAN HIDUP
7. MAMPU MENGENDALIKAN MARAH / DIRI
8. MEMILIKI SIFAT PEMA’AF
9. BANYAK BERZIKIR & ISTIGHFAR (BERTAUBAT) PADA ALLAH
10. SELALU MUHASABAH DIRI TERHADAP ATURAN MAIN ALLAH
Kunci Sukses Training Manajemen Syahwat Ramadhan
Banyak pertanyaan yang muncul saat kita mejalankan Ramadhan. Di antaranya : Kenapa ibadah Ramadhan, shaumnya sebulan penuh dan berulang setiap tahun? Kenapa malamnya disyari’atkan untuk qiyam (menghidupkan malam dengan berbagai ibadah dan taqorrub ilallah)? Kenapa Ramadhan menjadi waktu yang termahal dan teristimewa bagi kaum Mukmin? Kenapa Lailatul Qadr (malam Qadar) yang nilainya melebihi 1.000 bulan terdapat di malam-malam Ramadhan, khususnya malam-malam sepuluh hari terakhir? Siapkah kita melaksanakan berbagai aktivitas Ramadhan yang dicontohkan Rasul Saw, baik siang maupun malamnya? Sejauh mana kita memahami keistimewaan yang ada dalam bulan tesebut dan sejauh mana kita dapat meraihnya kemudian dapat pula mengimplementasikannya dalam kehidupan kita….
Kalau ada yang bertanya : Kapan waktu termahal, teristimewa dan terindah dalam hidup Anda? Pasti banyak ragam jawaban yang akan kita dengar, tergantung kepada kepahaman dan orientasi hidup masing-masing. Ada yang menjawab, waktu termahal, teristimewa dan terindah dalam hidupnya adalah saat berbulan madu dengan istri/suami yang dicintainya. Ada pula yang menjawab saat ulang tahunnya yang kesekian dan kesekian tahunnya. Ada lagi yang menjawab saat diangkat menjadi pejabat atau meraih target kedudukan atau puncak karir yang dicita-citakannya, atau saat menyambut kelahiran anak yang sudah lama dirindukannya. Tentu ada pula yang menjawab saat meraih nilai kekayaan atau harta yang diimpikannya sejak lama seperti memiliki mobil mahal, rumah mewah, kebun yang luas, dinar dan dirham (uang) yang menumpuk dan sebagainya.
Semua jawaban tersebut sesungguhnya mencerminkan kekurangpahaman terhadap keistimewaan yang Allah ciptakan dalam bulan Ramadhan. Atau bisa saja faham, namun belum atau tidak berdaya melawan belenggu hawa nafsunya. Sebab itu tidak jarang kita lihat Ramadhan berlalu tanpa ada bekas taqwa yang menghiasi kehidupan sehari-hari. Hawa nafsu tetap saja sebagai tuhan yang dita’ati. Spirit ibadah dan taqarrub pada Allah tetap saja melemah kendati sudah melewati Ramadhan puluhan kali.
Kalau saja ibadah Ramadhan dijalankan sesuai manajemen Rasul Saw. baik kualitas maupun kuantitas, maka 8,47 % dari umur kita adalah shiyam dan qiyam (Training Manajemen Syahwat dan Ibadah). Jika ditambah dengan 6 hari bulan Syawal, maka 9,88 % dari hidup kita adalah Training Manajemen Syahwat dan Ibadah. Jika diteruskan dengan Senin, Kamis dan ayyamulbidh, maka 42,93 % dari hidup kita adalah Training Manajemen Syahwat dan Ibadah. Apabila kita tambahkan Ramadhan dengan shaum 6 hari di bulan Syawal dan diteruskan dengan shaum nabi Daud, maka 55,08 % dari umur kita adalah mengikuti Training Manajemen Syahwat dan Ibadah. Alangkah indahnya jika kita mampu melaksanakannya.
Secara kualitas, ada dua hal yang perlu diperhatikan :
1. Makna shaum, yakni menahan diri dari berbagai godaan syahwat. Artinya, jka kita benar-benar serius ingin mencapai derajat taqwa, syahwat harus dikendalikan, bukan hanya terhadap yang diharamkan Allah dan Rasul-Nya, akan tetapi juga terhadap yang halal. Orang-orang bertaqwa, seperti yang dikatakan Arraghib Al-Asfahani : Harus mampu menahan diri dari apa saja yang menyebabkan dosa pada Allah. Yang demikian itu hanya terlaksana dengan meninggalkan apa saja yang dilarang Allah dan meninggalkan sebagian yang dibolehkan jika berimplikasi kepada dosa dan lalai mengingat Allah. Misalnya, dengan mobil mahal, rumah mewah, pakaian bermerek dan sebagainya, jika menimbulkan rasa angkuh, sombong dan merasa lebih tinggi dari orang lain yang di bawahnya, maka berarti hal-hal yang dibolehkan tersebut telah menjerumuskannya ke dalam dosa. Orang-orang yang bertaqwa paham betul hal tersebut akan membahayakannya. Sebab itu dia dengan mudah mampu menghindarinya. Bukan sebaliknya, mencar-cari dalil pembenarannya.
2. Makna qiyam (berdiri tegak dan penuh spirit beribadah kepada Allah). Qiyam Ramadhan mengajarkan kepada kita bahwa hidup ini sepenuhnya untuk ibadah dan ketaatan pada Allah, bukan yang lainnya. Orang yang mampu menghambakan dirinya hanya kepada Allah adalah orang yang beriman kepada-Nya, memiliki ilmu tentang agama / aturan main yang diciptakan-Nya dan mampu memenej syahwat yang ada dalam dirinya. Sebab itu, Manajemen Ramadhan Rasul Saw. tidak cukup dengan shiyam saja atau qiyam saja. Keduanya berjalan seiring dan dilaksakan siang dan malam serta dilandasi iman dan ihtisaban seperti Beliau jelaskan dalam haditsnya. Ramadhan dengan konsep qiyamnya, juga mengajarkan kepada kita bahwa setiap kita harus memiliki ibadah unggulan, di luar ibadah fardhu, yang mungkin kita lakuan dengan intensitas yang tinggi dan kontinyu, sebagaimana para Sahabat Rasul Saw.
Inilah dua kunci utama kesuksesan orang-orang yang menjalankan ibadah Ramadhan, yakni shiyam dan qiyam. Jika kedua hal tersebut dapat terlaksana dengan baik, maksimal dan seimbang di bulan Ramadhan termasuk pada 10 hari terakhir Ramadhan, maka tidak diragukan manfaat Training Manajemen Syahwat selama Ramadhan insyaa Allah efektif dalam pembentukan karakter muttaqin (orang-orang yang bertaqwa).
Semoga Ramadhan kita tahun ini benar-benar menajdi titik tolak perubahan manajemen hidup kita sesuai dengan manajemen hidup Rasul Saw. termasuk manajemen Ramadhannya. Amin
foto: flickr.com