Ramadhan tidak hanya menawarkan transformasi spiritual bagi hamba-hamba yang menjalaninya, tetapi juga transisi sosial. Ibadah-ibadah yang pada umumnya bersifat individual beralih-fungsi menjadi pemrakarsa perubahan kolektif, jika dimaknai secara meluas. Yang perlu dilakukan hanyalah pembubuhan makna dalam nilai-nilai lokal yang tersirat dalam tradisi ritual masyarakat.
Penerapan hikmah-hikmah tradisional, andai saja kita jeli, dapat menjadi obat yang mujarab untuk menyelesaikan persoalan-persoalan bangsa. Maka, di bulan Ramadhan ini, sebuah renungan akan kekayaan nilai-nilai dalam aktivitas masyarakat memang selayaknya dilakukan. Dan untuk menjadi bangsa yang bermartabat, sudah seharusnya kita mampu menghayati hikmah yang ada sebagai bentuk apresiasi terhadap kekayaan budaya kita. Serta memanfaatkan Ramadhan sebagai momentum internalisasi demi sebuah perubahan hakiki.[]
Penulis: Gibran Huzaifah Amsi El Farizy, mantan Ketua Lembaga Dakwah SITH “Muslim Al-Hayaat” ITB