I’tikaf adalah suatu istilah yang sudah sering kita dengar dan tidak asing lagi di telinga mereka yang sering ke masjid, bahkan mungkin sudah melakukannya berkali-kali, khususnya ketika memasuki sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan, bulan yang penuh rahmat dan berkah dari Allah swt.
Secara etimologis atau menurut bahasa, i’tikaf dapat diartikan dengan menahan diri dari pada sesuatu, atau menetap di suatu tempat walaupun hanya sekejap, baik untuk berbuat kebaikan atau kejahatan.
Sedangkan menurut terminologi atau menurut istilah syara’, i’tikaf dapat diartikan dengan menetap dan tinggal di dalam masjid dengan tujuan beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah swt.
Para ulama sudah ijma’ (sepakat) bahwa i’tikaf itu disyariatkan, berdasarkan kepada perbuatan Nabi Muhammad saw yang artinya: “Sesungguhnya Rasulullah saw beri’tikaf pada setiap Ramadhan selama sepuluh hari, dan pada tahun wafatnya beliau beri’tikaf selama dua puluh hari.” (HR. Imam Bukhari, Abu Daud dan Ibnu Majah).
Diriwayatkan dari Abu Said Al Khudri ra, Rasulullah saw bersabda yang artinya: “Barang siapa turut beri’tikaf bersamaku, hendaklah ia beri’tikaf pada sepuluh hari yang terakhir.” (Riwayat Malik).
Diriwayatkan dari Aisyah ra, dia berkata yang artinya: “Adalah Rasulullah saw bersungguh-sungguh beribadah pada malam yang akhir (dari bulan Ramadhan), tidak seperti apa yang beliau lakukan pada hari-hari yang lainnya.” (HR. Muslim).
Pada saat melakukan i’tikaf banyak kesempatan untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan membaca Al Qur’an, shalat berjama’ah setiap waktu, shalat taraweh, melaksanakan sholat sunnah lainnya, berzikir pagi dan petang seperti yang diajarkan Rasulullah saw, melakukan muhasabah (introspeksi) terhadap perjalanan hidup selama ini, bertafakur, serta berdoa, memohon kepada Allah swt.
Di dalam melakukan i’tikaf dapat juga digunakan untuk memikirkan nasib kaum muslimin, nasib umat Islam, dan sudah sejauh mana pembelaan kita kepada umat Nabi Muhammad saw yang di zalimi oleh musuh-musuh Islam, terutama sekali terhadap kaum muslimin di Palestina dan lebih khusus lagi di Jalur Gaza yang sedang di blokade selama lebih dua tahun oleh rezim Israel dan antek-anteknya.
Momentum i’tikaf adalah kesempatan yang sangat baik untuk kita sebagai hamba Allah yang memiliki jiwa sosial dan kasih sayang, dengan menunjukkan kepedulian, solidaritas dan semangat ukhuwah Islamiyah terhadap rakyat Palestina, khususnya yang berada di Jalur Gaza.
Orang yang sedang melakukan i’tikaf memiliki kondisi ruhiyah yang prima, sangat dekat dengan Al Khalik (Pencipta) dan memiliki banyak peluang doanya dikabulkan Allah swt. Apalagi jika bertepatan dengan malam kemuliaan (lailatul qadar) yang nilainya setara dengan seribu bulan atau 83 tahun 4 bulan, pada saat itu ribuan bahkan milyaran malaikat turun yang siap meng- Amin- kan setiap permohonan hamba Allah yang meminta kepada Tuhannya.
إِنَّا أَنزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ ﴿١﴾
وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ ﴿٢﴾
لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِّنْ أَلْفِ شَهْرٍ ﴿٣﴾
تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِم مِّن كُلِّ أَمْرٍ ﴿٤﴾
سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ ﴿٥﴾
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan. dan tahukah kamu Apakah malam kemuliaan itu? malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. pada malam itu turun malaikat-malaikat dan Malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. malam itu (penuh) Kesejahteraan sampai terbit fajar." [QS: Al Qadr (97) : 1-5].
Janganlah kita menjadi orang yang kikir, bakhil, pelit, pedit, sampili’, ceke atau sebutan yang sejenisnya, sehingga berat rasanya untuk mendokan saudaranya yang sedang menderita, yang sedang susah, yang sedang dijajah oleh rezim Israel.
Padahal doa seorang muslim kepada muslim lainnya mustajab di sisi Allah, apalagi di bulan Ramadhan dan dalam keadaan melaksanakan i’tikaf sepuluh hari terakhir di masjid, insya Allah, malaikat yang berada di dalam masjid siap mengaminkan setiap doa seorang hamba yang diucapkan dengan tulus ikhlas dan mengharapkan keridhaan Allah swt.
“Doa seorang muslim untuk saudaranya (sesama muslim) dari tempat yang jauh (tanpa diketahuinya) akan dikabulkan.“ (HR. Muslim).
“… diatas orang yang berdoa ada malaikat yang mewakili, setiap seorang muslim mendoakan saudaranya pada kebaikan, maka malaikat yang mewakili itu berkata: “ Juga untuk kamu seumpamanya.” (HR. Muslim).
Marilah kita membaca doa yang tercantum di dalam Juz ‘Amma Tajwid Masjidil Aqsha, doa ini senantiasa dibaca oleh saudara-saudara kita di Jalur Gaza, Palestina.
Ya Allah, lindungilah masjid al-Aqsha dari agresi para penjajah dan perampas (tanah air), Ya Rabbana bebaskan al-Aqsha dari kungkungan mereka. Kembalikan tipudaya mereka pada diri mereka sendiri dan jauhkanlah kami dari kejelekan mereka. Anugerahkanlah kepada kami kenikmatan untuk shalat dimasjid al-Aqsha sebelum datangnya ajal kami. Amin.
H. Ferry Nur S.Si, Ketua KISPA
Email: [email protected]