Eramuslim – Setelah berhasil membebaskan Kairo dari bangsa Romawi pada tahun 21 Hijriyah atau bertepatan dengan 641 Masehi, sahabat Amr bin Ash yang saat itu memimpin pasukan umat Muslim mengalahkan Romawi segera mendirikan “Masjid Amr bin Ash” sebagai simbol keberadaan Islam di bumi kinanah Mesir.
Bentuk awal masjid ini sangatlah sederhana, tanpa Mihrab dan menara dengan panjang 50 hasta (sekitar 28,9 meter) dan lebar 30 hasta (17,4 meter) serta memiliki enam pintu. Baru kemudian di masa gubernur Maslama bin Mukhallad Al-Anshori ditahun 53 H atau bertepatan dengan 672 M direnovasi dengan menambahkan menara, tangga-tangga dan pagar yang mengelilingi menara.
Renovasi perluasan kedua dilakukan oleh gubernur Abdul Aziz bin Marwan pada tahun 79 H atau bertepatan dengan 698 M, dengan menambaj panjang Masjid Amr bin Ash menjadi 120 meter dan lebar 100 meter.
Menjadi simbol keberadaan Islam dan ilmu pengetahuan, Masjid Amr bin Ash mendapat banyak perhatian dari kalangan pemerintah yang menguasai Mesir dari zaman Khulafaur Rasyidin, Dinasti Umayyah, Dinasti Abbasiyah, Dinasti Ayubiyyah, Dinasti Mamalik, sampai dengan Dinasti Usmaniyah, untuk merenovasi bangunan masjid dengan menambah luas, mempercantik ataupun menambah menara Masjid.
Selain sebagai tempat shalat masjid ini juga berfungsi sebagai pusat pendidikan Islam pertama di benua Afrika sebelum berdirinya Masjid Al Azhar. Tercatat dalam sejarah bahwa Imam Syafi’i pernah mengajar di masjid ini. (Almasryalyoum/Ram)