Imam Malik dilahirkan di Madinah, Kota yang pernah ditinggali Rasulullah Shallallahu Alaihi wa sallam. Adalah Madinah lokasi turunnya wahyu, negeri tujuan hijrah dan tempat berkembangnya risalah Islam . Di kota ini pula kebenaran mendominasi , Negara berdiri serta mercusuar agama meninggi dan menebarkan sinarnya, dari Madinah pula, berbagai negeri ditaklukan dan para pendahulu muncul silih berganti.
Di Madinah kota Nabi Muhammad SAW ini dan para sahabatnya, kebenaran tampil dalam bentuknya yang murni dan agama tampak dalam wajahnya yang sejati. Para malaikat senantiasa menjaga setiap celah Madinah, sehingga tidak dapat dimasuki Dajjal ataupun wabah penyakit.
Madinah juga merupakan tempat tinggal ke tujuh ahli fikih yang kesohor. Di kota tersebut, agama Islam berdiri tegak, As-Sunnah dikenal luas dan para ulama banyak dijumpai.
Di tengah lingkungan yang sarat iman dan ilmu yang murni inilah Imam Malik dilahirkan. Ia tumbuh dan berkembang di sama. Di antaranya pepohonan Madina, Imam Malik meretas jalan untuk menghadiri berbagai halaqah (pengajian) keilmuan dan hadits. Ia duduk menghadiri majelis keilmuan para pakar ilmu pada masanya. Imam Malik ketika itu adalah anak muda yang pandai, luar biasa banyak hafalannya, teguh , disiplin, tekun , berbakti dan bertaqwa.
Imam Malik selalu menghadiri majelis keilmuan salah seorang ulama Madinah, Abdurrahman bin Hurmuz, selama tujuh tahun penuh. Selama rentang waktu tersebut, ia benar-benar mendapat pengaruh dari sang Guru Ibnu Hurmuz. Selain itu Imam Malik juga menghadiri majelis keilmuan Rabi’ah bin Abdrurrahman dan Nafi’maula (mantan budak) Ibnu Umar.
Imam Malik meriwayatkan sekitar 80 hadits dari Nafi’. Periwayatan hadis Imam Malik dari Nafi’ dikenal dengan istilah As-Silsilah Adz Dzahabiyyan (rantai emas). Malik berkelilingi menyambangi para ulama di zamannya untuk menuntut ilmu dan mendengarkan hadits dari mereka.
Demikianlah , Imam Malik terus menerus menapaki tangga keilmuaan, sehingga ia menginjak anak tangga puncak, serta menjadi Imam Dar Al Hijrah (negeri hijrah yaitu Madinah) dan panji keilmuan terdepan. Tidak terhitung lagi banyaknya onta yang dipacu para pengunggangnya dari negeri paling jauh menuju Imam Malik, guna mendengarkan paparan keilmuan darinya dan menyiarkan segenap fatwa, penjelasan dan pendapatnya.
Ada sebuah hadits yang diriwayatkan Imam Tirmidzi, Imam An Nasa’i dan Imam Al Hakim dari Abu Hurairah Rahiyallahu Anhu bahwa Rasulullah SAW bersabda, “ Hampir datang suatu masa ketika orang-orang bergegas pergi dari negeri yang jauh dalam rangka mencari ilmu, lalu mereka tidak menemukan orang yang lebih berilmu daripada seorang alim di Madinah.” Banyak ulama hadits mengartikan orang alim tersebut sebagai Imam Malik.
Pasalnya Imam Malik sama sekali tidak pernah pergi meninggalkan Madinah kecuali untuk melaksanakan ibadah haji saja. Adalah ia orang yang dituju para pencari ilmu dari segala penjuru. Sejumlah khalifah dari Dinasti Abbasiyah, semisal Al Mahdi dan Ar Rasyid, pernah mencoba membujuk Imam Malik agar mau tinggal di Baghdad, namun ia menolak. Ia tidak pernah membayangkan selain Madinah sebagai tempat tinggalnya. Imam sy Syafi’i menyebutnya sebagi An Jahm Ats Tsaqib (bintang bersinar). Imam Asy –syafii juga berkata tentang Imam Malik, Tidak seorang pun bisa mencapai derajat Imam Malik , dipandang dari aspek hafalannya, kecermatannya dan kehati-hatiannya . Malik kujadikan sebagai buktiku di hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala.