Ini bukan kebetulan. Karena mereka semua memang sedang dirasuki gelora yang cukup sulit mereka definisikan itu. Seperti ada energi yang menarik semuanya untuk bertemu dan saling bercerita. Seperti ada desakan dari sudut paling hening di hati keenamnya untuk berjumpa. Dan akhirnya mereka bersua di warung kopi langganan mereka pada sebuah siang yang terik
Perjumpaan itu laksana telaga yang menyejukkan semua dahaga mereka. Haru semakin memuncak. Gelora menyelubungi. Gelora semakin meninggi. Haru mengiringi. Begitu suasana mereka seharian itu. Tak sudah-sudah. Hafiz tak sendiri. Rasa yang ia pendam penuh haru-biru ternyata merasuki sahabat-sahabatnya; para pekerja yang mengisi waktu senggang dengan meminum kopi dan bersenda-gurau di sebuah warung yang terletak di sudut Ismailiyah
Mereka menyimpulkan bersama gelora dan haru itu; “ini petunjuk Allah”
Mereka memang sedang ditunjukkan jalan kebenaran oleh Pemilik Langit. Dengan pemantik sebuah perasaan indah bernama; terpesona. Dari seorang pemuda santun berusia awal duapuluhan. Yang rutin mengunjungi dan menemui keenamnya di warung kopi tersebut. Yang telaten dan penuh kesabaran mengajak semua yang hadir di situ untuk lebih mendalami Islam, mengingat hari akhir, menyempurnakan akhlak dan menghindari perdebatan pada khilafiyah
Pemuda yang mengajak hati mereka pada keimanan kepada Allah. Pemuda yang mengajak mereka untuk menjaga hati-hati mereka pada ketundukan yang utuh. Pemuda yang dengan kesungguhan dan niat yang ikhlas telah menjadi sebab terbukanya jalan hidayah bagi keenamnya. Tapi, keputusan keenamnya, setelah melalui perbincangan yang paling menyentuh dan atas izin Allah, pada akhirnya-lah yang telah merubah perjalanan banyak manusia di bumi ini