Setelah pondasi-pondasi agama itu kuat dan jumlah mereka banyak, barulah Abdullah bin Yasin menjelaskan kepada mereka tentang perkara jihad. Materi ini tidak diajarkan di awal-awal dakwah, padahal saat itu Shanaja memiliki banyak musuh yang siap menyerang. Karena pondasi yang kuat dan metode Pendidikan yang benar, seruan jihad dari sang guru pun disambut oleh murid-muridnya dengan penuh keyakinan akan balasan di sisi Allah.
Kemudian kalangan bangsawan Shanaja ini menemui keluarga mereka. Mereka mengajak dan mengenalkan Islam kepada anggota keluarga mereka. Namun terjadi penolakan hingga terjadi pertempuran.
Makna Al-Murabithun
Murabithun berasal dari kata ribath. Yang artinya sesuatu yang digunakan untuk menambatkan ternak. Kemudian kalimat ini digunakan untuk mengartikan setiap orang yang berjaga-jaga di wilayah perbatasan musuh demi melindungi pasukan yang berada di belakang mereka. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
رِبَاطُ يَوْمٍ فِي سَبِيْلِ اللَّهِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا عَلََيْهَا
“Berjaga sehari di jalan Allah lebih baik daripada dunia dan seisinya.” (Muttafaq ‘alaih)
Biasanya prajurit penjaga perbatasan itu berjaga di garis batas. Dan mereka tidur di dalam tenda. Apa yang dilakukan oleh Abdullah bin Yasin dan murid-muridnya di tepi Sungai Senegal sama seperti yang dilakukan para murabithun ini. Ada juga yang menyebut mereka dengan al-Mulatsimun (orang yang menutup wajahnya dengan kain). Dan daulah mereka disebut Daulah al-Mulatsimun. Karena mereka menutupi wajah mereka dengan kain.
Pergantian Kepemimpinan
Kian hari kian bertambah saja pengikut Abdullah bin Yasin. Dengan jumlah yang banyak ini, para penentangnya tak bisa lagi berbuat semena-mena menindasnya. Pengikutnya yang banyak, yang dikenal dengan al-Murabithun, siap membelanya. Dan siap mempertahankan wilayah sunyi yang kini mereka huni dan ramaikan. Namun perjuangan mereka pun tidaklah mudah. Di antara mereka pun harus gugur di medan perang. Di antara mereka yang gugur adalah pemimpin orang-orang Murabithun, Yahya bin Ibrahim al-Judali. Ia adalah orang pertama yang menggagas berdirinya al-Murabithun.
Dengan wafatnya Yahya bin Ibrahim, Abdullah bin Yasin menawarkan kepemimpinan kepada Jauhal al-Judali. Namun ia menolak. Kemudian Abdullah menunjuk Yahya bin Umar al-Lamtuni untuk memimpin orang-orang Murabithun. Ia berasal dari suku terbesar kedua di wilayah tersebut. Suku terbesar adalah suku Judalah. Yahya adalah seorang yang pertama-tama mengikuti Abdullah bin Yasin.