Allah lah yang menjadikan matahari, bulan, dan bintang-bintang tunduk kepada perintah-perintah-Nya. Sesungguhnya Allah Yang Maha Pencipta, Mahaperkasa, yang mengatur dan yang menggerakkan. Dia adalah “Tuhanmu” .. Dialah yang berhak menjadi Tuhan bagi kalian. Yang mendidik kalian dengan manhaj-Nya, mengumpulkan kalian dengan tatanan-Nya, menetapkan aturan untuk kalian dengan ijin-Nya, dan memutuskan perakra diantara kalian dengan hukum-hukum-Nya. Sesungguhnya Allah adalah Pemilik hak untuk menciptakan dan memerintah.
لَقَدْ أَرْسَلْنَا نُوحًا إِلَى قَوْمِهِ فَقَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُواْ اللَّهَ مَا لَكُم مِّنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ إِنِّيَ أَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيمٍ ﴿٥٩﴾
“Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, lalu ia berkata : “Wahai kaumku sembahlah Allah, sekali-kali tak ada Tuhan bagimu selain-Nya”, Sesungguhnya (kalau kamu tidak menyembah allah), aku takut kamu akan ditimpa adzab hari yang besar”. (QS : Al-A’raf : 59)
Sekarang kita bersama parade keimanan. Inilah simbol dan tanda ciri-cirinya. Inilah rambu-rambu jalannya. Parade itu menghadapi umat manusia dalam perjalannya yang panjang diatas planet bumi ini. Parade iman ini menghadapi mereka setiap kali jalan yang menikung. Setiap kali mereka menyimpang dari jalan Allah yang lurus, dan setiap ada cabang-cabang jalan yang menyesatkannya, dibawah tekanan syahwat yang didorong syetan dari celah-celahnya, sebagai usaha untuk memuaskan dendamnya, melaksanakan ancamannya, dan mengajak Bani Adam dari reruntuhan syahwat menuju jahanam.
Lalu, tiba-tiba datang parade yang mulia ini menghadapi umat manusia dengan membawa petunjuk, memancarkan cahaya kepada mereka, menghembuskan angin surga, mengingatkan mereka akan hembusan angin samun (angin panas) dan godaan syetan terkutuk, musuh klasik manusia.
Sungguh itu pemandangan yang sangat luar biasa mengagumkan. Pemandangan pertarungan yang mendalam, di tengah-tengah kancah kehidupan, sepanjang sejarah manusia. Sejarah manusia berjalan dengan sangat kompleks. Sesungguhnya elemen dasar entitas ini (manusia) adalah gabungan yang kompleks susunannya. Entitasnya terusun dari dua unsur yang paling jauh yang dipadukan oleh kekuasaan Allah dan takdir-takdir-Nya.
Unsur tanah yang menjadi elemen pembentukannya, dan unsur tiupan sebagian ruh Allah, yang membuat tanah liat menjadi seorang insan. Sesungguhnya entitas ini berjalan dalam sejarahnya bersama faktor-faktor yang berjalin-berkelindan sedemikian rupa, sangat kompleks. Dengan wataknya ini, entitas ini terus berinteraksi cakrawala dan interaksi dengan hakikat Ilahiyah : seperti kehendak-Nya, kekuasaan-Nya, takdir-Nya, keperkasaan-Nya, rahmat-Nya, dan karunia-karunia-Nya.
Manusia juga akan berinteraksi dengan al-Mala’ al-A’la (alam tinggi) dan malaikat-malaikat-Nya. Berinteraksi dengan iblis dan bala tentaranya. Berinteraksi dengan alam semesta. Berinteraksi dengan makhluk hidup. Manusia juga akan berinteraksi dengan semua cakrawala dan faktor ini dengan tabiatnya yang seperti itu, dengan potensi-potensinya, baik yang harmoni atau yang kontradiksi dengan berbagai cakrawala ..
Orang-orang yang menafsiri sejarah manusia dengan tafsir ‘ekonomi’ atau ‘politik’, orang yang menafsirkannya dengan tafsir ‘biologis’,k orang-orang menafsirkannya dengan tafsir ‘spiritual’ atau ‘psychologis’, orang-orang yang menafsirkannya dengan tafsir ‘rasional’, dan mereka semua secara naif memandang satu sisi diantara sisi-sisinya yang saling berjalin-berkelindan.
Hanya tafsir Islam terhadap sejarah sajalah yang bisa menjangkau semua sisi yang luas ini, dan dari sana ia memandang sejarah manusia.
Sekarang kita dalam surah ini bertemu dengan parade iman yang panji-panjinya dijunjung tinggi oleh para utusan Allah yang mulia : Nuh, Hud, Shalih, Luth, Syu’aib, Musan dan Muhammad – semoga karunia dan keselamatan Allah senantiasa tercurah kepada mereka semuanya.
Kita menyaksikan bagaimana kelompok mulia ini – dengan arahan dan instruksi dari Allah – berusaha menyelamatkan kafilah manusia dari jurang, karena syetan telah menyeret ke dalamnya dengan dibantu oleh syetan-syetan manusia yang sombong untuk menerima kebenaran di setiap zaman. Disamping itu, kita juga menyaksikan kondisi-kondisi pertarungan antara petunjuk dan kesesatan, antara kebenaran dan kebathilan, antara rasul-rasul yang mullia dan syetan-syetan dari golongan jin dan manusia.
Kemudia kita akan menyaksikan tumbangnya para pendusta di setiap akhir perjalanan dan keselamatan orang-orang mukmin setelah diberi peringatan.
Kisah-kisah yang disebutkan dalam Al-Qur’an tidak selalu mengikuti garis sejarah. Tetapi, di dalam surat ini ia mengikuti garis tersebut. Kafilah manusia sejak penciptaan pertama, memaparkan parade iman yang berusaha memberi pentunjuk kepada kafilah ini dan menyelamatkannya setiap kali tersesat dari rambu-rambu jalan, dan syetan menyeretnya secara total kepada kehancuran secara total, dan pada akhirnya ke neraka jahanam. (bersambung)