Tafsir Fi Zhilalil Qur’an

Sungguh merinding ketika melihat para peserta Perang Badar membicarakan harta rampasan perang. Padahal, mereka adalah kaum Muhajirin dan Anshar yang luar biasa dalam keimanan dan pengorbanan.

Memaafkan kelemahan orang lain, lemah lembut kepadanya, dan toleran kepadanya merupakan kewajiban orang-orang besar yang perkasa terhadap orang-orang kecil yang lemah.

Sesungguhnya kebanyakan jin dan manusia itu adalah makhluk yang diciptakan untuk isi neraka jahannam! Mengapa begitu? Ada dua pandangan mengenai hal ini.

Demikianlah persepsi islami yang ditimbulkan oleh nash-nash Alquran secara sinergis dan simetris, ketika ayat-ayat itu tidak dipilah-pilah sesuai hawa nafsu masing-masing firqah dan aliran.

Ini adalah perumpamaan bagi ilmu yang tidak dapat melindungi pemiliknya dari memperturutkan hawa nafsu dan keinginannya.

Betapa banyak orang yang mengerti hakikat agama Allah, tetapi kemudian menyeleweng darinya, dan menyatakan yang sebaliknya. Mereka mempergunakan ilmunya untuk melakukan penyelewengan-penyelewengan, dan memberikan fatwa-fatwa murahan kepada penguasa negara.

Seorang manusia yang Allah berikan ayat-ayat-Nya (pengetahuan tentang isi Alkitab) dan meninggikan derajatnya. Namun, ia melepaskan diri dari semua ini, seakan-akan karunia (pengetahuan tentang ayat-ayat Allah itu) sebagai kulit yang membungkus dagingnya.

Bencana terbesar ialah banyaknya orang yang masih sederhana pemikirannya tetapi terpedaya dengan menjadikan orang-orang yang suka membuat-buat dusta atas nabi dan agamanya sebagai gurunya.

Kaum Zionis dan Salibis pada zaman moderen ini semakin meningkatkan dan melipatgandakan serangan dan tipu dayanya melebihi yang mereka lakukan pada abad-abad yang lampau.

Peristiwa ini menjadi saksi mengenai karakter Bani Israil yang meliputi orang-orang baik mereka dan orang-orang yang jahat. Tidak ada perbedaan di antara mereka kecuali sedikit saja.