Sementara para pemikul “Arasy dan malaikat di sekitar mempersembahkan doa ini kepada Tuhannya bagi kaum mukminin, kita menjumpai orang-orang kafir berada di suatu tempat di mana setiap diri mencari-cari penolong, sedang penolong itu sangatlah langka. Kita menjumpai orang-orang kafir itu tatkala segala hubungan antara mereka dengan setiap orang dan setiap benda yang ada di alam ini telah terputus. Tiba-tiba mereka dipanggil deri segala penjuru dengan nada menghinakan, membenci, dan menggugat. Tiba-tiba mereka berada di tempat kehinaan setelah sebelumnya berlaku congkak; berada di tempat yang tidak mungkin menggapai harapan,
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir diserukan kepada mereka (pada hari Kiamat), ‘ Sesungguhnya kebencian Allah (kepadamu) lebih besar daripada kebencian kepada dirimu sendiri karena kamu diseru untuk beriman tapi kamu kafir. ‘Mereka menjawab .’Ya Tuhan kami, Engkau telah mematikan kami dua kali dan telah menghidupkan kami dua kali (pula), lalu kami mengakui dosa-dosa kami. Maka, adakah suatu jalan (bagi kami) untuk keluar (dari neraka)?’ Yang demikian itu adalah karena kamu kafir apabila Allah dipersekutukan . Maka, putusan (sekarang ini) adalah pada Allah Yang Mahatinggi lagi Mahabesar.”’ (al-Mu’min : 10 – 12 )
Al-muqtu berarti kebencian yang kuat. Mereka diseru dari segala penjuru bahwa kebencian Allah kepadamu tatkala kamu diseru kepada kaimanan, lalu kamu ingkar, adalah lebih hebat daripada kebencian kamu atas dirimu sendiri. Sekarang kamu mencari-cari sesuatu yang dapat menyelamatkan kamu dari keburukan dan dari sesuatu yang dibenci karena kekafiran dan berpalingan kamu dari seruan keimanan sebelum habis waktunya. Alangkah menyakitkan peringatan dan gugatan ini pada situasi yang menakutkan dan sulit itu.
Sekarang, sedang penutup tipuan dan kesesatan telah jatuh, mereka mengetahui bahwa yang menjadi pusat tujuan hanyalah Allah Ta’ala.
“Mereka berkata. ‘Ya Tuhan kami, Engkau telah mematikan kami dua kali dan telah menghidupkan kami dua kali (pula), lalu kami mengakui dosa-dosa kami. Maka adakah suatu jalan (bagi kami) untuk keluar (dari neraka)? ‘ (al-Mu’min : 11)
Itulah pertanyaan yang hina, putus asa dan menestapa. “Ya Tuhan kami, ” padahal dahulu mereka kafir dan mengingkari-Nya. Engkau telah menghidupkan kami pada pertama kali. Ruh ditiupkan ke benda mati, tiba-tiba hidup , tiba-tiba kami hidup. Kemudian Engkau menghidupkan kami lagi setelah kami mati, lalu kami mengeluarkan kami dari tempat kami ini. Kami benar0benar mengakui dosa-dosa kami . “Maka adakah suatu jalan (bagi kami) untuk keluar (dari neraka)?” Bentuk nakirah ini menyiratkan keletihan dan keputusan yang pahit.
Di bawah situasi nestapa ini, dilontarkanlah kepada mereka alasa sehingga mereka kembali ketempat seperti itu , ” Yang demikian itu adalah karena kamu kafir apabila Allah saja disembah. Dan, kamu percaya apabila Allah dipersekutukan. Maka, putusan (sekarang ini) adalah pada Allah Yang MahaTinggi lagi Mahabesar .’ (al- Mu’min : 12)
Inilah yang menuntunmu ketempat yang hina itu, yaitu keimananmu kepada sekutu dan kekafiranmu kepada keesaan Allah. Keputusan ada di tangan Allah Yang Mahatinggi lagi Mahaagung. Itulah dua sifat yang serasi dengan konteks pemberlakuan keputusan. Yaitu, pengusaan atas segala sesuatu dan keagungan atas segala sesuatu pada maqam keputusan terakhir