يَا بَنِي آَدَمَ قَدْ أَنْزَلْنَا عَلَيْكُمْ لِبَاسًا يُوَارِي سَوْآَتِكُمْ وَرِيشًا وَلِبَاسُ التَّقْوَى ذَلِكَ خَيْرٌ ذَلِكَ مِنْ آَيَاتِ اللَّهِ لَعَلَّهُمْ يَذَّكَّرُونَ (26) يَا بَنِي آَدَمَ لَا يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطَانُ كَمَا أَخْرَجَ أَبَوَيْكُمْ مِنَ الْجَنَّةِ يَنْزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْآَتِهِمَا إِنَّهُ يَرَاكُمْ هُوَ وَقَبِيلُهُ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْ إِنَّا جَعَلْنَا الشَّيَاطِينَ أَوْلِيَاءَ لِلَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ (27)
“Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutupi auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat. Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh setan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapamu dari surga, ia menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya ‘auratnya. Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin-pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman.” (QS Al-A’raf [7]: 26)
Panggilan ini hadir di tengah naungan pemandangan kisah yang telah dipaparkan sebelumnya. Yaitu pemandangan ketelanjangan, terbukanya aurat, dan menutupinya dengan sekedarnya dengan daun surga. Ini adalah buah dari kesalahan. Kesalahan tersebut mengambil bentuk durhaka kepada perintah Allah, dan menyentuh larangan Allah. Ini bukan kesalahan yang dikisahkan oleh mitos-mitos dalam ‘kitab suci’! Kesalahan yang mewarnai persepsi artistik Barat yang bersumber dari mitos tersebut, dan dari pengaruh-pengaruh Frued yang beracun. Kesalahan itu bukan karena makan ‘pohon pengetahuan’, seperti yang diceritakan dalam mitos Perjanjian Lama.
Ia juga bukan kecemburuan Allah Subhanahu wa Ta’ala terhadap manusia dan ketakutan-Nya sekiranya Adam makan pohon kehidupan sehingga ia menjadi salah satu tuhan, seperti yang didakwakan mitos-mitos tersebut. Mahasuci Allah dari apa yang mereka sifatkan dengan kesucian yang sebesar-besarnya. Kesalahan tersebut juga bukan karena hubungan sekstual, sebagaimana imajinasi seni eropa selama ini berkutat pada lumpur seks untuk menafsirkan sehingga aktivitas kehidupan, seperti yang diajarkan Freud si yahudi kepada mereka!
Dalam menghadapi pemandangan telanjang yang terjadi akibat perbuatan dosa, dan dala menghadapi ketelanjangan yang senantiasa dipraktikkan orang-orang musyri di masa jahiliyah, maka konteks seruan ini mengingatkan nikmat Allah pada manusia yang telah mengajari mereka, memudahkan mereka, dan juga mensyariatkan bagi mereka pakaian untuk menutupi aurat yang terbuka. Selain untuk menutupi aurat, pakaian juga menjadi perhiasan dan keindahan, menggantikan buruknya ketelanjangan. Karena itu Allah berfirman, “Kami turunkan.” Maksudnya adalah kami syariatkan bagi kalian di dalam wahyu. Kata libas terkadang digunakan untuk sesuatu yang menutupi kemaluan, dan itu adalah pakaian bagian dalam. Sedangkan kata risyan terkadang digunakan untuk menutupi seluruh tubuh dan berhias, dan itu adalah pakaian bagian luar. Sebagaimana kata risyan digunakan untuk arti kehidupan yang sejahtera, nikmat dan harta benda. Semua makna ini saling berjalinan dan saling menguatkan.
“Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutupi auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan.”
Demikian pula, konteks surat di sini menyebutkan kalimat “pakaian takwa”, dan memberinya sifat “yang paling baik”.
“Dan pakaian takwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah…”
Abdurrahman bin Aslam mengatakan, “Maksudnya ayat ini adalah bertakwa kepada Allah dengan menutup auratnya. Itulah yang dimaksud dengan pakaian takwa.”
Ada hubungan antara pensyariatan Allah terhadap pakaian untuk menutup aurat dan untuk perhiasan dengan takwa. Keduanya sama-sama pakaian. Yang satu menutup aurat hati dan menghiasi hati, sedangkan yang lain menutupi aurat tubuh dan menghiasi tubuh. Keduanya saling berhubungan. Karena dari rasa takut dan malu kepada Allah itulah muncul rasa jijik dan malu terhadap ketelanjangan tubuh. Barangsiapa yang tidak malu dan takut kepada Allah, maka tidak ia tidak peduli untuk telanjang dan mengajak orang lain untuk telanjang. Telanjang dari rasa malu dan takwa, telanjang dari pakaian, dan membuka aurat!
Sesungguhnya menutup aurat karena rasa malu bukan sekedar kebiasaan lingkungan—seperti klaim para propagandis yang berusaha memengaruhi rasa malu masyarakat dan kesucian mereka untuk menghancurkan kemanusiaan mereka. Ini sejalan dengan rencana keji Yahudi yang termuat dalam program pemerintah Zionis. Rasa malu adalah fitrah yang diciptakan Allah dalam diri manusia, dan pakaian adalah syariat yang diturunkan Allah kepada manusia. Allah memberi mereka kemampuan untuk melaksanakan syari’at tersebut dengan berbagai kekayaan dan rezki di bumi yang ditundukkan Allah kepada mereka.
Allah mengingatkan anak-anak Adam tentang nikmat-Nya pada mereka ketika mensyariatkan pakaian dan menutup aurat. Syariat ini bertujuan untuk menjaga kemanusiaan mereka agar tidak runtuh kepada tataran kebiasaan hewan! Selain itu, Allah mengingatkan mereka akan nikmat-nikmat-Nya dengan tujuan untuk mendukung mereka dengan kemudahan yang diberikan kepada mereka.
“Mudah-mudahan mereka selalu ingat.”
Dari sini seorang muslim dapat menghubungan antara serangan dahsyarat yang diarahkan kepada rasa malu dan akhlak manusia; ajakan secara gamblang untuk telanjang secara fisik atas nama perhiasan, peradaban dan cinta; antara program Yahudi untuk menghancurkan kemanusiaan mereka dan mempercepat dekadensi mereka, untuk mempermudah Yahudi dalam memperbudak mereka!
Selain itu, seorang muslim juga dapat menghubungkan semua ini dengan program yang ditujukan untuk mengikis habis sisa-sisa akar agama ini dalam bentuk emosi yang terpendam di lubuk jiwa! Sampai sejauh inilah upaya-upaya penghancuran yang mereka lakukan, dengan serangan keji untuk mengajak kepada telanjang jiwa dan fisik, seperti yang disuarakan media-media yang bekerja untuk setan-setan Yahudi di setiap tempat!
Sesungguhnya perhiasan “insani” adalah perhiasan dengan menutup tubuh, sementara perhiasan “hewani” adalah dengan cara telanjang. Tetapi umat manusia pada hari ini telah kembali ke dunia jahiliyah yang menjatuhkan mereka ke tataran binatang!