Sudah 11 kali ujicoba sepanjang 8 abad. Kesemuanya gagal. Bahkan di bawah benteng Konstantinopel itu, dimakamkan seorang mujahid yang juga shahabat Nabi; Abu Ayyub al-Anshari radhiallahu anhu. Semua ujicoba itu untuk membuktikan janji Nabi dan meraih kebesaran dalam sabda beliau,
“Kalian pasti akan menaklukkan Konstantinopel, pemimpinnya adalah pemimpin istimewa dan pasukannya adalah pasukan istimewa.” (HR. Ahmad)
Muhammad al-Fatih. Dialah pemenang hadits Nabi tersebut. Anak muda itu dengan sangat dramatik dan heroik menjebol ketebalan dan ketangguhan benteng legendaris Konstantinopel.
Hari Selasa siang. Saat terlihat orang-orang Kristen berjubel keluar dari Gereja Ortodoks terbesar, Ayasophia. Nampak mereka menghela napas lega. Wajah mereka lusuh tapi tidak bisa menyembunyikan kesenangan. Pasti yang terbayang di benak mereka adalah perbandingan antara tentara mereka ketika memasuki negeri muslim yang selalu menumpahkan darah. Sementara siang itu, Muhammad al-Fatih mengumumkan di dalam gereja bahwa mereka semua dibebaskan. Tak ada yang dilukai. Tak ada yang dijadikan budak. Tak ada yang dibunuh. Bebas menentukan langkah. Boleh tetap tinggal di kota itu bersama muslimin atau pindah ke kota lain.
Hari itu tanggal 20 Jumadil Ula 857 H, tepatnya 29 mei 1453 M. Shalat Asar adalah shalat pertama yang dilakukan di Konstantinopel tepatnya di Masjid Ayasophia.
Hampir Saja Kemenangan Itu Sirna
Sebelum kemenangan besar itu, persiapan yang dilakukan oleh Muhammad al-Fatih sangatlah panjang dan serius. Tidak tanggung-tanggung. Dari meriam dengan berat berton-ton dibuat oleh pakar yang sengaja didatangkan dari jauh. Hingga benteng al-Fatih yang besar dan kokoh di pinggir Selat Bosphorus. Tak hanya itu, 400 kapal perang pun diproduksi di sekitar Selat Bosphorus.
Pembangunan benteng dan semua persiapan al-Fatih, sangat mengusik Konstantinopel. Mereka sangat takut dan khawatir, karena mereka tahu berhadapan dengan siapa; negeri muslim yang tidak tertandingi di dunia saat itu. Mereka pun tahu tujuan pembangunan benteng gagah dan pembuatan ratusan kapal perang itu.
Kekhawatiran yang menyeruak di hati para pemimpin Konstantinopel itu membuat mereka memutar otak. Bagaimana caranya agar muslimin menghentikan pembangunan benteng yang masih terus berjalan. Dan mereka pun menemukan jurus ampuh untuk menghentikan semua. Selalu saja jurus itu terulang sepanjang sejarah Islam. Dan selalu saja jurus itu sangat ampuh memporak-porandakan bangunan rapi dan kuat sebuah jamaah Islam. Negosiasi dunia. Ya, menjual umat dan dakwah dengan harta. Menjadi pengkhianat dakwah dan umat.
Pantas jika kemurkaan Allah bertubi-tubi kepada jenis orang seperti ini,
إِنَّ الَّذِينَ يَكْتُمُونَ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ مِنَ الْكِتَابِ وَيَشْتَرُونَ بِهِ ثَمَنًا قَلِيلًا أُولَئِكَ مَا يَأْكُلُونَ فِي بُطُونِهِمْ إِلَّا النَّارَ وَلَا يُكَلِّمُهُمُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلَا يُزَكِّيهِمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
“Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah diturunkan Allah, yaitu Al Kitab dan menjualnya dengan harga yang sedikit (murah), mereka itu sebenarnya tidak memakan (tidak menelan) ke dalam perutnya melainkan api, dan Allah tidak akan berbicara kepada mereka pada hari kiamat dan tidak mensucikan mereka dan bagi mereka siksa yang amat pedih.” (Qs. Al-Baqarah: 174)
4 jenis adzab yang…naudzubillah min dzalik…
Para pemimpin Konstantinopel sangat tahu harus membidik siapa. Siapa lagi kalau bukan para petinggi Kesultanan Turki Utsmani dan pemimpin tertingginya Muhammad al-Fatih. Pundi-pundi harta, perhiasan gemerlapan dalam jumlah yang sangat besar ditawarkan kepada para petinggi negeri muslim itu. Semuanya akan diberikan. Hanya dengan satu syarat: Hentikan jihad!
Nah, kesempatan itu terbuka. Kesempatan ‘manis’ untuk menjadi pengkhianat dakwah dan umat. Kalau saja para petinggi Utsmani tergiur ketika itu, maka tak akan pernah mereka meraih kebesaran yang disampaikan Nabi dalam hadits tersebut di atas.
Tetapi mereka semua adalah orang yang telah komitmen untuk menepis semua pengkhianatan terhadap umat dan memilih kemenangan mulia dari Allah. Di bawah kepemimpinan kuat dan shaleh Muhammad al-Fatih. Dan hasilnya, benteng legendaris Konstantinopel takluk dengan drama yang menakjubkan dan heroik. Kemenangan gemilang itu datang. Kemenangan yang dijanjikan Rasul 8 abad lalu hadir. Dengan dikuburnya pengkhianatan terhadap umat.
Maka kita semakin paham mengapa Rasulullah memuji al-Fatih 8 abad sebelum ia lahir, “…Panglima yang hebat…!”
Muaranya Adalah Rasulullah…
Semua keteguhan al-Fatih dan pasukannya adalah semangat besar yang bisa kita lihat pada Rasulullah. Sumber semua keteguhan. Sumber semua keteladanan.
Dakwah Islam di Mekah ketika itu, tidak bisa dibendung perkembangannya. Berbagai upaya thoghut menghentikan dakwah tidak membuahkan hasil. Bahasa lembut meminta baik-baik agar dakwah dihentikan sudah mereka lakukan. Ancaman kepada pemimpin tertinggi dakwah; Rasulullah, sudah mereka keluarkan. Hasilnya justru mengejutkan. Hanya dalam 3 hari saja, dua tokoh besar Quraisy menyatakan diri bergabung dengan barisan Rasulullah; Hamzah kemudian Umar radhiallahu anhuma. Mekah gempar!
Dakwah tidak bisa dihentikan. Maka, mereka mengeluarkan jurus jitu itu. Setelah kesepakatan rahasia di antara musuh Islam, maka jubir mereka Abul Walid Utbah bin Rabiah menghadap Rasulullah. Membawa segepok tawaran dunia.
Mari kita ikuti ‘kalimat manis’ penghancur dakwah, “Wahai anak saudaraku, sesungguhnya Anda –sebagaimana yang Anda ketahui- berasal dari keluarga yang baik, nasab yang mulia. Anda telah membawa hal baru yang menghebohkan, yang membelah kebersamaan mereka, melenyapkan impian mereka, merendahkan tuhan dan agama mereka, mengkafirkan nenek moyang mereka. Maka dengarkanlah aku, aku tawarkan sesuatu, semoga Anda bisa menerima sebagiannya."
Rasulullah, “Katakan hai Abul Walid, aku dengarkan.”
Abul Walid, “Wahai anak saudaraku, jika yang Anda inginkan dari semua ini adalah harta, kita siap mengumpulkan harta-harta kami untukmu hingga Anda menjadi orang yang paling berharta di antara kami. Jika Anda ingin kemuliaan, kita jadikan Anda tokoh kami dan kami tidak memutuskan masalah tanpamu. Jika Anda ingin kekuasaan, kami jadikan Anda penguasa kami. Tetapi jika itu adalah gangguan yang tidak bisa Anda lawan, kita carikan tabib untuk mengobati Anda. Kita akan keluarkan biaya dari harta kami hingga Anda sembuh.”
Rasulullah, “Sudah selesai hai Abul Walid?”
Abul Walid, “Sudah.”
Rasulullah, “Sekarang, dengarkan saya!”
Dan inilah jawaban Qur’ani yang menegaskan sikap Rasulullah yang tidak mungkin menjadi pengkhianat penjual dakwah.
“Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Haa Miim. Diturunkan dari Tuhan Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Kitab yang dijelaskan ayat-ayatnya, yakni bacaan dalam bahasa Arab, untuk kaum yang mengetahui, yang membawa berita gembira dan yang membawa peringatan, tetapi kebanyakan mereka berpaling, tidak mau mendengarkan. Mereka berkata: "Hati kami berada dalam tutupan (yang menutupi) apa yang kamu seru kami kepadanya dan telinga kami ada sumbatan dan antara kami dan kamu ada dinding, maka bekerjalah kamu; sesungguhnya kami bekerja (pula)." (Qs. Fushshilat: 1-5)
Nabi terus membaca ayat demi ayat hingga sampai ayat sajdah dalam surat tersebut. Nabi pun bersujud. Kemudian berkata, “Abul Walid, Anda sudah mendengar. Itulah Anda!”
Tegas sekali. Rasulullah tegas menolak negosiasi dunia untuk menggadaikan dakwah ini.
Sejarah Pasti Berulang
Kita mesti belajar langsung dari Rasulullah dan dari orang yang dipuji kehebatannya oleh Rasulullah; Muhammad al-Fatih.
Rasulullah wafat dan Madinah telah menjadi negara Islam yang kokoh. Kemenangan demi kemenangan terus diukir oleh para alumni tarbiyah Rasulullah.
Muhammad al-Fatih wafat dan kebesaran kesultanan Turki Utsmani, terutama penaklukan bersejarah benteng Konstantinopel begitu harum dan menyeruak sepanjang zaman.
Rasulullah dan al-Fatih menolak mentah-mentah negosiasi dunia. Tegas mengubur pengkhianatan dengan semua variabelnya.
Kemenangan penuh izzah pun memihak mereka. Kemenangan yang selalu dicatat harum oleh sejarah. Dan sejarah pun berulang. Nashran ‘Aziza (kemenangan penuh izzah) akan diraih oleh muslimin, manakala para petingginya tahan terhadap berbagai macam tawaran gemerlap dunia dari musuh dakwah.
Hari ini, Ayasophia tak lagi berfungsi sebagai masjid. Kita kehilangan simbol besar kemenangan umat Islam di Turki.
Para pemimpin muslimin harus berani berkata tidak pada pengkhianatan dakwah dan umat. Agar kita bisa Shalat Asar di Masjid Ayasophia. Seperti Muhammad al-Fatih.
فاعتبروا يا أولي الأبصار