Ekspedisi penyerangan pertama Shalahuddin, sebenarnya tak gagal total seperti yang banyak dituliskan dalam sejarah. Kegagalan itu lebih sebagai, test case, uji kekuatan. Sejauh mana power lawan.
Perjanjian damai yang dilanggar oleh pasukan salib seakan-akan memberi izin pada Shalahuddin untuk melakukan penyerangan yang kedua kali. Peristiwa penyanderaan saudara perempuan Shalahuddin adalah pemicu peperangan yang lebih besar lagi. Salah seorang anggota kabilah yang luput dari maut berhasil meloloskan diri. Ia melaporkan kejadian tersebut pada Shalahuddin. Demi mendengar perjanjian damai yang dibuat dikoyak-koyak dengan biadab, amarah Shalahuddin langsung memuncak.
Shalahuddin segera mengirim utusan, meminta pihak pasukan salib segera membebaskan tawanan seperti yang tertulis dalam perjanjian. Tak hanya saudara perempuan Shalahuddin yang diminta pembebasanya, semua tawanan Jerussalem, harus segera dibebaskan. Tapi permintaan itu tak mendapat jawaban. Pasukan salib acuh, bahkan menganggap utusan Shalahuddin seperti angin lalu.
Diperlakukan demikian, untuk menjaga wibawa, segera Shalahuddin mengumpulkan kekuatan perang. Pasukan salib pun tak tinggal diam, dengan kekuatan yang besar pula mereka menantang. Dan, perangpun tak dapat dihindarkan.
Gunung Hittin adalah tempat pertemuan kedua tentara raksasa tersebut. Maka, pertempuran dahsyat Shalahuddin versus pasukan salib juga disebut dengan perang Hittin.
Berhari-hari kedua pasukan beradu laga. Kekuatan tak tanggung-tanggung dikerahkan. Dengan izin Allah, pasukan Shalahuddin dapat meraih kemenangan. Tentara musuh yang berjumlah lebih dari 45.000 orang hancur berantakan. Hanya ribuan saja yang tersisa dan segera lari tunggang langgang. Sebagian lagi berhasil tertawan.
Salah seorang yang berhasil ditawan adalah seorang bangsawan, Count Rainald de Chatillon. Semua tawanan diangkut ke Damaskus, dengan perlakuan manusiawi tanpa penyiksaan. Count Rainald yang sebelumnya telah menawan saudara perempuan Shalahuddin dan melecehkan Rasulullah pun mendapat perlakuan baik pula.
“Sekarang bagaimana, apakah telah nampak olehmu, bahwa aku saja cukup untuk mewakili Nabi Muhammad saw? Apakah aku tidak cukup menjadi pengganti dan melakukan pembalasan pada penghinaan yang sudah kau berikan?” Tanya Shalahuddin pada Count Rainald saat ia dibawa kehadapan mahkamah agung.
Dengan kepala tertunduk dan muka merah karena malu Count Rainald de Catillon tak bisa berkata-kata. Shalahuddin mengajak Count Rainald untuk memeluk Islam dan melakukan taubat. Tapi ternyata ia tetap diam saja laksana batu. Maka hukuman pun dijatuhkan, Count Rainald de Catillon dijatuhi hukuman mati karena sudah berani menghina dan melecehkan Rasulullah.
Setelah perang Hittin, kemenangan-kemenangan lain berturut-turut diraih pasukan Shalahuddin Al Ayyubi.
Akhirnya, rencana yang sudah lama dinanti-nanti datang juga masanya. Tujuan besar yang sejak awal memang jadi impian Shalahuddin dan pasukan Islam, yakni membebaskan tanah suci Baitul Maqdis datang juga kesempatannya.
Berbekal segala kebutuhan dan perlengkapan perang, Shalahuddin berangkat menyongsong kemenangan. Kala itu kota Jerussalem dipenuhi oleh banyak pelarian dari perang Hittin. Tak kurang jumlah 60.000 pasukan berkumpul di dalam kota Jerussalem. Mereka siap menanti kedatangan pasukan Shalahuddin yang gagah berani.
Sesampainya Shalahuddin diperbatasan segera ia memerintahkan anak buahnya untuk mengepung dari segala penjuru mata angin. Empat puluh hari empat puluh malam Shalahuddin mengepung Jerussalem dengan pasukan penuh. Dan selama itu pula pasukan musuh hanya berani berdiam diri saja di dalam kota pertahanan. Bersambung…(her)