Zaman Semakin berputar mengikuti arus kelalaian manusia, terus berlalu secepat kemajuaan pembangunan yang mengubah wajah Dunia, menuju Nubuwat-nubuwat yang telah ditetapkan.
لِكُلِّ نبإٍ مُسْتَقَرٌّ, فَسَوفَ تَعْلَمُوْن
“Untuk setiap berita ( yang dibawah oleh Rasul-rasul) ada (Waktu) terjadinya dan kelak kamu akan akan mengetahui”. [Surat Al-Anaam : 67]
Hari Akhir atau Hari Kiamat merupakan sunnatullah yang digariskan oleh Sang Maha Kuasa yang wajib kita imani, di mana kita percaya bahwa disana terdapat hukum sebab akibat dalam setiap peristiwa dan kejadian yang diskenariokan untuk seluruh ciptaanNya, begitu juga dengan tanda-tanda dan petunjuk yang telah diperlihatkanNya, sebelum menyingkap kebenaran Nubuwat-nubuwat Ilahi, agar manusia mempelajari dan menangkap sinyal Nubuwat yang telah dijanjikan oleh Allah dan RasulNya.
Sesungguhnya perubahan ekstim cuaca yang sedang dialami Planet kita merupakan permasalahan global serius dan gawat, bahkan lingkungan, tumbuhan dan hewan-hewan ikut menerima efek negative yang dihasilkan perubahan drastis ini, tetapi tidakah kita menganggap bahwa fenomena ini bukan sekedar ancaman klimatologi yang mencemaskan banyak Ilmuwan ahli ilmu cuaca dan oseanologi (kelautan) hingga sempat didokumentasikan dalam salah satu filem Hollywood ?!, atau adakah sesekali merenungkan bahwa perubahan alam ini merupakan salah satu sinyal yang sangat relevan dengan informasi yang diabadikan selama lebih dari seribu empat ratus lebih yang lalu, petunjuk Zaman dari Allah SWT yang disampaikan lewat lisan Rasulullah SAW:
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ ” لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ …حَتَّى تَعُودَ أَرْضُ الْعَرَبِ مُرُوجًا وَأَنْهَارًا ”
“Kiamat tidak akan terjadi….sampai dataran Arab kembali menjadi dataran berpadang rumput dan dipenuhi dengan sungai-sungai” (HR. Muslim)
Beranjak dari Teori-teori para Ilmuwan, berbagai bukti Ilmiah dan isu-isu politik Dunia yang akan diulas dalam pembahasan sangat singkat ini, penulis berusaha meramu kesimpulan dari setiap aspek masing-masing hingga mengkaitkan pristiwa-pristiwa Akhir Zaman yang kelak akan dilalui Ummat Manusia.
Benua Atlantik Utara dan The Great ocean conveyor belt
Dalam dekade terakhir ini, isu pemanasan global telah banyak menguras perhatian para Ilmuwan klimatologi yang dari waktu ke waktu semakin memprihatinkan. Pemicu timbulnya pemanasan global dikarenakan adanya karbon dioksida dengan jumlah yang sangat besar di atmosfer serta adanya gas-gas lain bereaksi yang menyebabkan lubang di lapisan ozon, fenomena ini sudah mulai dua dekade yang lalu di mana berdampak pada daerah es yang terletak di Arktik wilayah benua Atlantik Utara, hal tersebut telah terdokumentasikan secara ilmiah.
Foto ini menunjukkan penurunan es dalam beberapa tahun terakhir penurunan es secara berangsur menurut urutan tahun.
Pencairan es tersebut berdampak negatif pada iklim wilayah Atlantik Utara karena berakibat meningkatkan proporsi air tawar dan mengurangi jumlah kadar air asin pada Samudera Atlantik, seperti yang terjadi di Selat Denmark dan Laut Labrador
Penurunan jumlah es menyebabkan perluasan wilayah Laut, dan hal itu akan mengundang terjadinya proses penguapan secara besar-besaran, yang akan diikuti dengan curah hujan setelahnya, dengan kata lain jumlah Air tawar akan terus bertambah dan kadar keasinan air Laut terus berkurang di Wilayah ini. Sebagaimana yang diketahui bahwa sebagian dari samudra laut di Bumi kita ini dalam kondis membeku, dan ketika air laut (air asin) membeku menjadi es maka es itu telah menjadi Air tawar, (Fenomena ini sering dimanfaatkan di beberapa daerah dingin dalam proses desalinisasi (proses pembuatan air laut menjadi tawar) dengan mencairkan es dari air laut).
Ketika mencairnya es tersebut maka akan meningkatkan proporsi air tawar.
Semua faktor ini akan mengurangi salinitas air permukaan di wilayah Atlantik Utara.
Dan yang jadi poin penting dari fenomena ini adalah seperti yang diketahui secara ilmiah bahwa air tawar lebih ringan dari air garam sehingga mengapung di permukaan.
Para ilmuwan memperkirakan tingkat penurunan es 9-14 % setiap sepuluh tahun.
Di sisi lain kita akan melihat jumlah air lautan dan samudera akan terus-menerus bertambah hingga menutupi beberapa bagian daratan rendah dan hingga sekarang tidak sedikit penduduk di sejumlah pulau menghadapai masalah dari fenomena ini, bahkan jika hal ini tidak berakibat menengelamkan bagian daratan di suatu Wilayah, kenaikan permukaan laut akan merusak tanah pertanian disebabkan karena kadar garam pada air laut. Dengan meningkatnya permukaan lautan akan mendukung terjadinya peningkatan penguapan pula, dan penguapan air ini menjadi salah satu faktor utama terjadinya pemanasan pada lapisan atmosfer.
Terdapat fenomena lain yang ditemukan para Ilmuwan dalam beberapa waktu, yaitu terdapat gelombang laut yang sangat besar, yang mengalami putaran gelombang di antar samudera-samudera, yang berfungsi membawah suhu panas air dari tepi laut Afrika Utara ke Atlantik Utara, fenomena ini disebut `The Great ocean conveyor belt`.
Dalam gambar ini kita melihat arus pergerakan gelombang ini, warna merah mewakili arus gelombang yang membawah suhu panas air, dan warna biru mewakili gelombang suhu dingin. Juga diketahui bahwa prinsip gerak gelombang ini berlangsung dengan proses penurunan gelombang panas air berasal dari Afrika Menuju arah selatan dengan membawah jumlah besar makan bagi ikan dan dan organisme laut.
Dalam keadaan normal , gerakan ini akan terus berlanjut sepanjang tahun dan suhu panas air laut akan terus tersalurkan ke Eropa, Para ilmuwan memperkirakan jumlah panas ini dalam setahun setara dengan yang dihasilkan oleh jutaan pabrik penghasilkan energi atom. Begitulah yang terjadi jika dalam kondisi normal, namun dalam periode ini dan di tahun-tahun mendatang , para ilmuwan khawatir bahwa peningkatan proporsi air tawar di Atlantik Utara akan menyebabkan penghentian mekanisme gelombang ini, karena seperti yang disebutkan sebelumnya , air tawar lebih ringan dari air asin karena itu proses penurunan gelombang air menuju ke bawah akan berhenti. Mengenai teori ini filem `The Day After Tomorrow` juga memaparkan fenomena ilmiah ini tetapi belum mencapai kerincian klarifikasinya.
Dengan terhentinya gerakan besar ini, secara tidak langsung akan menyetop proses transfer jumlah besar panas ke Eropa utara dan bagian daerah di Amerika dan Kanada bagian timur , yang akan disusul dengan penurunan suhu di Eropa seperti yang diperkirakan oleh para ilmuwan dari 5 sampai 10 derajat Celcius.
Gagasan teori ini diakui oleh banyak Ilmuwan ahli kelautan dan berkata bahwa fenomena alam ini sudah terjadi sejak (kurang lebih) 20 tahun silam, tetapai ada beberapa Ilmuwan mengingkarinya dan mengatakan bahwa fenomena ini tidak akan sampai menghentikan arus gelombang tersebut tetapi hanya akan melambatkan mekanismenya. Tetapi pada akhir dekade ini kebenaran teori tersebut mulai memperlihatkan wujudnya, tepat setahun setelah dirilisny filem The Day After Tomorrow para ilmuwan mememukan reduksi pesat pada The Great ocean conveyor belt tersebut, seperti yang diterbitkan Koran Inggris `The Independent` 01/12/2005 yang bertopikkan tentang penelitian mengenai arus gelombang samudera Atlantik, hasil penelitian ini dipublikasikan dalam jurnal ” Nature ” yang menyimpulkan bahwa arus ini telah menurun 30 % sejak tahun 1992.
Para ilmuwan memprediksikan bahwa penurunan ini akan berkonsekuensikan reduksi kadar rata-rata suhu panas di Inggris dengan ukuran satu sampi dua derajat Celcius. Seorang profesor fisika laut dari Universitas Cambridge juga memperkirakan dampak dari perubahan ini akan sangat mengerikan untuk Inggris dan Eropa dalam beberapa tahun mendatang, entah Eropa akan membeku atau menjadi sangat dingin.
Dan diketahui bahwa belum perna terjadi perubahan pesat terhadap gelombang tesebut selama lima puluh tahun terakhir. Untuk informasi lebih lanjut tentang pergerakan arus glombang besar ini bisa dilihat pada video dokomenter yang betema tentang fenomena ini dan dampaknya terhadap iklim Eropa, dipublikasikan pada 02/12/2004 di situs Discovery atau bisa dicari Yotube, tetapi sangat disayangkan juru bicara Profesor Harry Bryden tidak menyebutkan dalam rekaman itu dampak fenomena ini bagi tanah Arab.
“The Day After Tomorrow”, hanya Sekedar Fiksi Ilmiah ?
Dalam memahami sebuah rencana atau `Hidden agenda` oknum-oknum yang memusuhi Islam, yang bermain di balik nama Hollywood, kita harus menempatkan diri kita pada posisi sebagai reviewer, artinya kita menerima informasi, mengelola, membandingkan, dan menarik kesimpulan dari informasi. Maka tujuan kita menghadirkan film Propaganda produk Amerika ini bersamaan dengan Ayat suci dan Sabda Rasulullah Saw tidak lain untuk mempelajari tanda-tanda atau petunjuk-petunjuk dari `peristiwa` yang diskenariokan oleh Sang Maha Kuasa melaui hukum sebab akibat.
Memang tidak dipungkiri sebagian besar film produk Hollywood banyak disisipi pesan-pesan konspirasi, bahkan perdiksi dan sindiran sosial tentang suatu masyarakat juga kadang disajikan, termasuk dalam film ini, yang sudah tertinggal delapan tahun yang lalu, “The Day After Tomorrow”, sebuah film fiksi ilmiah tetapi tidak bagi ahli geologi dan klimatologi yang mempelajari fakta-fakta sejarah.
Dalam film dipaparkan kesimpulan ilmiah dari seorang Paleoclimatologist bahwa 10.000 tahun yang lalu pemanasan global mengubah iklim bumi ke zaman es, dan hal itu bisa terjadi lagi di mungkin 100 sampai 1.000 tahun jika polusi atmosfer dapat dihentikan, Diberitahukan bahwa mencairnya es di kutub telah menuangkan air tawar ke dalam lautan dan mengurangi tingkat kegaraman yang menyebabkan suhu arus laut turun 13 derajat, film ini diakhiri dengan dua astronot menatap bumi dari Stasiun Antariksa Internasional, menunjukkan sebagian besar belahan bumi utara tertutup es, termasuk seluruh Amerika Serikat di utara negara bagian selatan, dan penurunan besar dalam polusi.
Dan point terpenting harus kita garis bawahi dari film ini yaitu tentang Isu pemanasan global, mencairnya es benua Atlantik Utara, dan yang terakhir adalah predeksi kedatangan Zaman es kedua. Disini kita tidak akan mempermasalahkan fiktif atau aktualnya teori ilmiah ini, tetapi bagaimana kita menyikapi dampak dari Kenyataan fenomena perubahan ekstrim cuaca yang tengah dihadapi oleh Ummat Manusia, di mana terjadinya penyusutan drastis salju dan es tropis di beberapa Negara, terancamnya berbagai pulau disebabkan peningkatan kadar dan perluasan wilayah Laut, hingga telah menghilangkan beberapa pulau, dan rusaknya banyak lahan pertanian dan kehutanan.
Dari semua keterangan ilmiah Ilmuwan klimatologi mengenai data-data predeksi cuaca Dunia di internet, sangat jarang dari mereka menerangkan kondisi cuaca di tanah Arab, seakan mereka diam dengan fenomena penuruna suhu panas di sana. Ataukah mungkin fakta cuaca di tanah Arab sengaja ditutupi ? Wallhu `Alam. Dan lebih disangkan para peneliti Muslim bidang klimatologi seakan acuh tak acuh untuk mengkaji detail seluk beluk fenomena perubahan cuaca di sana dan mengkaitkannya dengan Nubuwat Baginda Rasulullah Saw.
Beranjak dari semua pembahasan Benua Atlantik Utara, fenomena `Great ocean conveyor belt`, dan pemanasan Global.
Maka apakah yang akan terjadi jika arus gelombang yang sangat besar ini terhenti?
Dan konsekuensi apa yang akan ditanggung oleh cuaca tanah Arab jika proses transfer kadar panas air Laut dalam jumlah sangat besar terhenti ?
Analogi yang paling dekat untuk mengambarkan hal ini yaitu jika salah satu di antara kita duduk dalam ruang kantor yang dingin berAC, kemudian AC ini berhenti, Apa yang akan terjadi setelah itu disebut dengan retensi atau kongesti temperatur.
Maka arus gelombang yang membawah kadar panas Laut yang sangat besar, jika terhenti maka terhenti pula proses transfer suhu panas atau hangat laut Utara, dan hal itu akan menjadikan suhu panas tertahan di samudera pada dua area yang sangat penting bagi tanah Arab:
Area pertama adalah Samudra Atlantik di wilayah yang berdekatan dengan pantai Afrika Barat.
Wilayah kedua adalah Samudera Hindia selatan Semenanjung Arab.
Dengan terhentinya arus gelombang ini, proses transfer kadar Dingin air Laut yang melewati pantai Amerika Selatan juga akan terhenti dan tertahan hingga terjadinya kongesti temperatur. Terkadang hal yang serupa terjadi Samudra Pasifik, tatapi hal ini tidak penting untuk dibahas disini.
Secara rasionalnya yang menjadi pertanyaan penting sekarang, apa yang akan terjadi jika kongesti temperature lautan berlangsung di semua Wilayah tersebut ? jawaban logisnya, tentu saja akan terjadi peningkatkan penguapan sehingga udara menjadi jenuh dengan uap air, dan proses penguapan ini merupakan tahap pertama dari pembentukan hujan.
maka kesimpulan klimatologinya ini adalah wilayah Atlantik Utara akan menjadi daerah paling dingin di permukaan Bumi dan tumpukan es salju perlahan-lahan akan menyebar menuju Selatan menutupi bagian utara Eropa, dan bagian timur Kanada dan Amerika Serikat.
Sementara wilayah tengah (mencangkup wilayah laut Maroko dan Mauritania bagian Barat dan selatan, hingga ke garis khatulistiwa, dan juga di Samudera Hindia selatan Semenanjung Arab) akan dilanda dengan penguapan besar-besaran hingga udara jenuh dengan uap air.
Gejala-gejala Prediksi ilmiah ini sudah bisa kita saksikan dalam dekade terakhir ini, apakah film fiksi ilmiah buatan Hollywood tadi merupakan sindiran sosial untuk masyarakat di wilayah yang dimaksud ? jika benar fenomena Alam ini menjadi ancam bagi mereka, bagaimana tindakan para diplomat-diplomat Negara kedepan, apakah ikut-ikutan melantunkan slogan film ini `Where will you be ?`
Sebelum menghadirkan berbagai spekulasi dan Inisiatif para diplomat, politikus, hingga kementrian pertahanan Negara… , ada baiknya sejenak menyegarkan hati dan pikiran kita dengan merenungkan Kebesaran Allah SWT lewat untain sabda Rasullah Saw, menghayati sisi kebenaran Nubuwatnya melalui kesimpulan ilmiah para Ilmuwan dan fakta-fakta histori, pada bagian tulisan selanjutnya. Wallahu `Allam BisSawab.
Ditulis oleh:
Amri Hatta Lc, Mahasiswa Mustafiid di jurusan Ijazul `Ilmy fi Al-Quran Wa As-Sunnah (Scientific Miracles of Qur`an & Sunnah), Al-Iman Universty, Sanaa, Yaman.