Oleh : Khaerul Amri H
Allah Swt telah mengaruniakan `Bukti-Bukti Nyata` kepada setiap Utusan dari para Rasul-Nya, sebagai peneguh Risalah yang dibawanya dalam memikul beban Dakwah dan menyeru kepada ummat manusia menuju penyembahan Allah Swt semata.
لَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلَنَا بِالْبَيِّنَاتِ…..
Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata….(Al-Hadiid: 25)
Para Ulama menamakan `Bukti-Bukti Nyata` itu dengan istilah `Mukjizat`, dan sudan menjadi sunnahtullah bahwa Mukjizat-mukjizat yang dikaruniakan pada setiap Rasul harus sesuai dengan kondisi ummat yang diserukan, sesuai dangan wawasan dan pemikiran mereka agar memberi pengaruh kuat dalam mengajak mereka ke jalan yang benar. Seperti pada Zaman Firaun, ketika kaum paganis Mesir Kuno dahulu sangat mengagungkan kekuatan Sihir, maka dengan Mukjizat-Mukjizat nyata Nabi Musa A.s dapat mengalahkan Ilusi-ilusi para penyihir untuk membebaskan Bani Israel dari cengkraman Firaun, dan tatkala Nabi akhir zaman Muhammad Saw diurus untuk seluruh Manusia, Allah Swt mengaruniakannya dengan beraneka ragam Mukjizat yang sesuai dengan Kondisi, wawasan dan pemikiran Ummat manusia dari setiap generasi-generasi hingga hari Kiamat. Seperti Pada zaman Arab Jahiliah, ketika kefasihan tutur kata tertuang dalam bait-bait Syair yang sangat dibanggakan oleh bangsa Arab, maka Al-Quran tampil dengan gaya literatur yang karismatik dan tak tertandingi yang seketika melumpuhkan lidah-lidah para pujangga besar Arab dalam menentang dan mengingkari keajaiban kesastraan Mukjizat Nabi Muhammad Saw. Tidak berhenti sampai di sini, setelah Beliau wafat bukti-bukti kebenarannya masih terus bermunculan dari generasi ke generasi, betapa banyak kejadian yang membuktikan kebenaran Nubuwat-Nubuwat Baginda Rasulullah ?, Bukti kebenaran tersebut akan terus bermunculan bahkan pada era modern saat ini, ketika kejayaan sains melahirkan teknologi dan penemuan-penemuan yang menakjubkan Allah Swt kembali memperlihatkan kebesaran-Nya lewat Mukjizat Nabi Akhir Zaman ini yang terdapat dalam Al-Quran dan As-sunnah. Diantara Mukjizat paling spektakuler yang menyikap keterlambatan Ilmu pengetahuan dan banyak mengislamkan para Ilmuwan Besar (1) adalah Mukjizat tentang tahapan-tahapan penciptaan manusia dalam janin (Embriologi) yang akan kita ketahui dalam beberapa bagian tulisan InsyaAllah.
Ketika berbicara tentang Embriologi dalam prespektif Al-Quran dan As-Sunnah terdapat beberapa fase atau tahapan dasar yang akan dilalui embrio sebelum berevolusi menjadi manusia, Mengenai tahapan evolusi embrio Allah Swt berfirman:
وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنسَانَ مِنْ سُلَالَةٍ مِنْ طِينٍ(12)ثُمَّ جَعَلْنَاهُ نُطْفَةً فِي قَرَارٍ مَكِينٍ(13)ثُمَّ خَلَقْنَا النُّطْفَةَ عَلَقَةً فَخَلَقْنَا الْعَلَقَةَ مُضْغَةً فَخَلَقْنَا الْمُضْغَةَ عِظَامًا فَكَسَوْنَا الْعِظَامَ لَحْمًا ثُمَّ أَنشَأْنَاهُ خَلْقًا آخَرَ فَتَبَارَكَ اللَّهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِينَ(14)
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah (12) Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim) (13) Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik (14)”( Al-Muminun: 12-14)
Dari ayat ini, Fase penciptaan Manusia terbagi dalam beberapa tahapan yaitu: Fase pertama: sperma (Air mani), Fase kedua: Segumpal darah dan daging, Fase ketiga: pembentukan tulang belulang dan pembungkusan (dengan) daging, Fase Keempat: pembentukan Manusia.
Fase Pertama-Sperma
Di antara permasalahan yang sukar nan kompleks sepanjang perjalanan sejarah embriologi adalah Penemuan mengenai urutan dan tahapan-tahapan pembentukan Embrio, dianggap rumit dikarenakan keterbatasan sarana dalam meneliti eksistensi embrio yang berukuran sangat kecil terkhusus pada minggu-minggu pertama kehamilan, hingga ditemukannya Mikroskop pada abad ke tujuh belas yang mendorong para Ilmuwan untuk menyimpulkan bahwa sel sperma pada lelaki dan sel telur pada perempuan memiliki peranan mendasar dalam pembentukan embrio.
Namun pada hakekatnya, Al-Quran ( yang kembali ke abad ketujuh silam) adalah referensi pertama yang menjelaskan secara detail tahapan-tahapan eksternal embrio, dan proses-proses internal penting yang terjadi dalam setiap tahapannya. Dengan pengistilahan Komprehensif yang sangat fleksibel Al-Quran telah menguraikan fakta Ilmiah tersebut.
Ada pun Fase pertama yang akan kita bahas pada bagian tulisan kali ini adalah Tahapan Sperma (air mani) atau Spermatozoid (النطفة )
Definisi istilah
Kata نطفة Sperma dalam bahasa Arab dapat diartikan dalam beberapa makna, diantaranya: Sedikit atau setetes air. Dan Ibnu Manzur menafsirkan bahwa: Sperma disamakan dengan setetes air (2)
Sepeti yang diisyaratkan dalam Hadist riwayat Imam ahmad dari Abdullah bin Masud ra bahwa: seorang yahudi pernah berlalu sementara Rasulullah Saw tengah berbincang dengan para sahabatnya, lalu berkatalah Kafir Qurais kepadanya: “Wahai Yahudi, sesungguhnya orang ini (Nabi Muhammad) mengaku dirinya sebagai Nabi”, Yahudi berkata: “akan kutanyakan kepadanya tentang sesuatu yang tidak diketahui kecuali para Nabi”, maka ia pun datang dan duduk di hadapan Beliau kemudian bertanya: “ wahai Muahmmad, dari manakah Manusia diciptakan?, Rasulullah Saw menjawab: “Wahai yahudi,(diciptakan) dari setiap Air mani Laki-laki dan Perempuan” (3)
Dari hadist ini dapat dikatakan bahwa istilah air mani mencangkup Sel sperma dan Ovum, yang akan berakhir pada proses implantasi (penanaman) dan ada pun prose-proses yang akan dilalui sperma sebagai berikut:
1. Air yang terpancarkan ( ماء دافق )
Sperma pada Pria keluar dengan terpancarkan, seperi yang diisyaratkan dalam Al-Quran:
فَلْيَنظُرْ الْإِنسَانُ مِمَّ خُلِقَ(5)خُلِقَ مِنْ مَاءٍ دَافِقٍ(6)
“Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah dia diciptakan? (5) Dia diciptakan dari air yang dipancarkan (6) (Ath Thariq: 5-6)
Yang perlu diperhatikan dari ayat ini bahwa kata `Pancar` disandingkan dengan `Air` yang menunjukkan makna: sifat pancaran yang kuat pada Air (4)
Di era Modern kini, ilmu pengetahuan menemukankan bahwa sel-sel sperma yang terdapat pada air mani pria harus berkriteria organisme yang aktif dan bergerak memancar, karena hal itu merupakan syarat terpenuhinya proses inseminasi (pembuahan). Juga ilmu pengetahuan berkesimpulan bahwa Air mani perempuan yang mengandung Ovum (sel telur) bergerak memancar sewaktu keluar menuju saluran rahim (Tuba Fallopi) dan karakteristik Ovum harus berjenis organism aktif dan bergerak merambat untuk mencapai proses pembuahan.
Maka makna dari `Air yang dipancarkan` yang dijelaskan dalam Al-Quran telah mewakili sifat cairan dari sperma dan Ovum sebelum proses pembuhan.
Gambar 1: sperma atau Air Mani yang diperbesar 450 kali, setiap sel sperma memiliki kepala berbentuk Oval dengan sedikit menonjol, dengan tubuh pendek dan ekor bergerak membantu membawanya mencapai tempat pembuahan.
Gambar 2: Ovum yang diperbesar (100) kali, proses penarikan sel telur ke bagian dalam saluran. Nilsson et al, A Child is Born, New York, Delacorte Press, 1982
2. Saripati ( سلالة )
Lafaz سلالة Saripati dalam bahas Arab digunakan dalam beberapa makna, diantaranya:
Sesuatu yang tercabut atau terlepas secara perlahan-lahan (5)
Juga bisa bermakna: ikan panjang (6)
Salah satu Ahli tafsir mengatakan bahwa Kata المهين (yang hina) yang dimaksud dalam Ayat adalah cairan lelaki (7)
ketika kita memperhatikan dengan seksama bentuk sel-sel Sperma maka bisa kita simpulkan bahwa sel Sperma adalah: Saripati yang berasal dari sperma laki-laki berbentuk ikan panjang dari cairan yang hina (Air mani) (Lihat Gamabar 1), semua hal itu telah tercantum dalam firman-Nya:
ثُمَّ جَعَلَ نَسْلَهُ مِنْ سُلَالَةٍ مِنْ مَاءٍ مَهِينٍ
Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina (As-Sajadah: 8)
Dengan masuknya sel sperma pada sel telur, maka keduanya akan membentuk نطفة الأمشاج atau setetes mani yang bercampur (antara benih lelaki dengan perempuan) (Lihat gambar 4). Dalam salah satu Hadist Nabawi menjelaskan bahwa proses pembuahan tidak akan terjadi dari semua sel-sel sperma yang terdapat pada Air mani lelaki, Rasulullah Saw Bersabda:
ما من كل الماء يكون الولد
“Tidaklah dari setiap Air (akan) menjadi Anak” (HR. Muslim) (8)
Uraian Hadis Nabawi di atas sangat tepat dengan apa yang diungkapkan oleh ilmu pengetahuan saat ini bahwa proses penyeleksian yang dialami sel-sel sperma terjadi sebelum tahapan penciptaan.
Gambar 3: Ovum yang dikelilingi oleh sel-sel Sperma yang aktif menuju ke aranya, Dan ketika salah satu dari sel-sel itu berhasil mencapainya (pembuahan) maka tahapan Saripati akan membuahkan نطفة الأمشاج atau setetes mani yang bercampur.
Gambar 4:Diperoleh dari Mikroskop Elektronik, Gambar dari proses pembuahan Sel telur dan sel sperma yang selanjutnya akan membentuk نطفة الأمشاج atau Zigot. Permission from Nilsson et al, A Child is Born, New York, Delacorte Press, 1982
3. Setetes mani yang tercampur ( نطفة الأمشاج )
Bentuk Ovum yang telah terbuahi mensimulasikan bentuk `Setetes Air`, wujud ini persis dengan makna نطفة (sedikit atau setetes air) seperti yang telah dijelaskan.
Adapun makna dari نطفة الأمشاج adalah: setetes cairan yang telah tercampuri, dan setetes campuran ini dapat diketahui pada awal proses pembentukannya (Zigot).
Mengenai tetesan cairan ini Al-Quran telah menyinggungnya dengan istilah `Setetes Mani` dalam Ayat:
إِنَّا خَلَقْنَا الْإِنسَانَ مِنْ نُطْفَةٍ أَمْشَاجٍ نَبْتَلِيهِ فَجَعَلْنَاهُ سَمِيعًا بَصِيرًا
Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat. (Al-Insan: 2)
Adapun uraian penting yang terdapat dengan ayat ini, yaitu kata `Setetes` yang merupakan kata tunggal bersandingan dengan kata أمشاج (kata jamak ) yang berfungsi sebagai sifat dari kata `Setetes`, dalam qaidah bahasa Arab menjelaskan bahwa kedudukan sifat harus mengikut dengan yang disifati baik itu dalam keadaan Tunggal, rangkap, atau jamak (lebih dari satu).
Dan pengistilahan نطفة الأمشاج sebagai mana yang dipahami oleh para Ulama Tafsir bahwa : نطفة bermakna tunggal, tetapi dalam arti Jamak (9)
Dan kata أمشاج dalam perspektif Ilmiah memiliki signifikansi yang sangat mendetail yaitu : ibarat Organisme tunggal yang terdiri dari berbagai campuran dan membawah unsur karakteristik leluhur dan cucu-cucu pada setiap Janin.
Dalam tahapan ini pertumbuhannya akan terus berkembang dalam wujud `Setetes Air` yang terdiri dari berbagai sel kecil yang disebut Blastomer, dan setelah Empat hari akan terdiri dari bulatan-bulatan sel yang dinamakan Morula yang kemudian menjadi Blastocyst.
Melalui Mikroskop, tampak gambar نطفة pada berwujud Morula
Selama tahapan ini, istilah نطفة الأمشاج sangat cocok untuk mengambarkan perkembangan yang dilalui sel sperma dan Ovum hingga menjadi Zigot.
Demikianlah spesifikasi Al-Quran yang begitu menakjubkan, Dengan mengunakan pengistilahan yang menyeluruh dan pengambaran yang mendetail, Al-Quran telah menguraikan fase pertama tentang penciptaan Manusia (yang masih berlanjut pada tiga tahapan dalam Zigot di bagian tulisan selanjutnya) , jika tanpa dilengkapi dengan alat pendeteksi yang mutakhir mustahil Ilmu pengetahuan bisa mengungkapkan misteri Embrio yang telah terkubur selama berabad-abab, Dan dengan kemajuan teknologi dan Ilmu pengetahuan hal itu Justru menjadi saksi atas kebenaran Mukjizat Al-Quran dan As-sunnah. Dengan seiring berjalannya waktu Allah Saw akan terus memperlihatkan kebesarannya lewat penemuan-penemuan Umat Manusia itu sendiri.
وَلَتَعْلَمُنَّ نَبَأَهُ بَعْدَ حِينٍ
“Dan sesungguhnya kamu akan mengetahui (kebenaran) berita Al Quran setelah beberapa waktu lagi”(Shaad: 88)
Catatan kaki:
(1) –http://islamstory.com/ar/greats-converts-to-islam
–http://quran-m.com/container2.php?fun=artview&id=1080
(2) Lisanul Arab 9:335
(3) Musnad Ahmad 1: 465
(4) lihat Tafsir Al-Qurtubi 20:4, juga dalam Hasyiah Jumal – Jalalain 4:517, Fathul Qodir 5:419
(5) Lisanul Arab jilid 11 hal 338, Kamus Muhit 3:407 , Tajul Lugah 5:1731, Tajul `Urus 7-377 / 378
(6) Kamus Muhit 3:407, Tajul `Urus 7-377 / 378
(7) Tafsir At-Thobary 21:59, Tafsir Qurtuby19:159
(8) diriwayatkan oleh Muslim dalam Sahihinya, (dari hadis yang panjang ) 2:1064
(9) Tafsir Al-Qurtubi 19:121, Hasyiah Showi – Jalalain 4:273, Fathul Qadir –AsSykhani 5:344