Ada banyak hal yang harus kita pahami tentang Allah swt yang telah kita jadikan sebagai Tuhan dalam kehidupan ini. Memahami, mengenal (ma’rifah) Allah akan membuat kita bisa menyesuaikan diri dengan kehendak dan ketentuan-Nya. Bila kita tidak mengenal Allah swt, mana mungkin kita bisa mencintai-Nya. "Tak kenal maka tak sayang, tak sayang maka tak cinta", begitulah pepatah yang sering kita dengar.
Salah satu sifat yang harus kita kenal tentang Allah adalah Dia selalu bersama kita, Dia begitu dekat dengan manusia, hanya persoalannya adalah apakah kita merasa dekat dengan-Nya atau tidak. Lalu, kepada siapa Dia dekat dan makna atau konteks apa yang harus kita tangkap dari kedekatan dan kebersamaan-Nya itu dalam kehidupan ini. Di dalam Al-Qur’an, Allah swt menjelaskan masalah ini sehingga kita perlu memahaminya dengan baik.
1. BERSAMA ORANG YANG BERTAQWA DAN BERBUAT BAIK
Taqwa merupakan perintah Allah swt yang tidak hanya ditujukan kepada orang-orang yang beriman, tapi juga kepada umat manusia secara keseluruhan, karenanya tidak sedikit ayat yang berisi perintah bertaqwa yang dimulai dengan kalimat yaa ayyuhan naas (hai manusia), misalnya pada firman Allah yang artinya: Hai manusia, bertaqwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu; dan dari padanya Allah menciptakan istrinya dan daripada keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak (QS An Nisa [4]:1).
Manakala manusia mau bertaqwa kepada Allah swt dan tetap berbuat baik, maka Allah swt akan selalu beserta mereka sebagaimana yang disebutkan dalam firman-Nya: Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertaqwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan (QS An Nahl [16]:128)
Bila kita teliti rangkaian ayat sebelumnya dengan ayat ini, maka dapat kita simpulkan bahwa dakwah merupakan tugas yang harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, namun ada saja orang yang membantahnya sehingga bila harus membantahpun harus dilakukan dengan bantahan yang baik. Namun sikap keterlaluan mereka yang menentang dakwah membuat mereka melakukan tindakan yang membuat para da’i harus membalas, tapi Allah swt mengingatkan bahwa bila harus membalas, balasan itupun tidak boleh melebihi kejahatan yang mereka lakukan meskipun bersikap sabar jauh lebih baik, karena tidak mungkin Allah swt membiarkan para da’I dalam keadaan teraniaya. Cepat atau lambat, Allah swt pasti akan memberikan pertolongan karena Dia selalu bersama orang yang bertaqwa dan berbuat kebaikan.
Disamping orang yang baik itu digambarkan sebagai orang yang bersikap dan bertindak sebaik mungkin kepada orang-orang yang diajak kepada Islam meskipun mereka menentang da’wah sebagaimana di dalam ayat di atas, orang yang berbuat baik juga adalah orang yang berjihad di jalan Allah guna mendapatkan keridhaan-Nya, mereka terus berjuang di jalan Allah meskipun banyak hambatan dan tantangannya, Allah swt senang kepada mereka sehingga merekapun akan memperoleh petunjuk dan pertolongan Allah swt sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya: Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik (QS Al Ankabut [29]:69).
2. BERSAMA ORANG YANG SABAR
Salah satu sifat yang harus dimiliki orang yang bertaqwa adalah sabar. yakni menahan diri dari bersikap dan melakukan sesuatu yang tidak dibenarlkan Allah swt karena mengharap ridha-Nya. Dalam hidup ini, sabar merupakan sesuatu yang sangat penting, karenanya Allah swt akan menunjukkan kebersamaan-Nya kepada orang yang sabar, hal ini terdapat dalam Al-Qur’an: Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar (QS Al Baqarah [2]:153).
Sayyid Quthb dalam tafsirnya ketika menafsirkan ayat di atas menyatakan tentang maksud Allah beserta orang yang sabar, yakni "Allah menguatkan, memantapkan, meneguhkan, mengawasi dan menghibur mereka. Juga Allah tidak menyeru mereka agar putus harapan di tengah jalan atau meninggalkan mereka dengan kemampuannya yang terbatas dan kekuatannya yang lemah. Akan tetapi, Allah akan meneguhkan mereka ketika hilang kekuatannya dan Allah akan memperbaharui keteguhan niatnya ketika jalan perjuangan yang dilalui masih sangat panjang". Oleh karena itu, dalam menjalani kehidupan, apalagi menempuh jalan perjuangan yang penuh kesulitan atau godaan kesenangan, diperlukan kedekatan kepada Allah swt dan kebersamaan-Nya. M. Quraish Shihab menyatakan: "Tanpa kebersamaan itu, kesulitan tidak akan tertanggulangi bahkan tidak mustahil kesulitan diperbesar oleh syaitan dan nafsu amarah manusia sendiri".
3. BERSAMA ORANG YANG MENENTANG KEZALIMAN.
Kezaliman merupakan perbuatan yang sangat tercela, karenanya sepanjang perjalanan sejarah meskipun memiliki kekuatan yang sangat lemah, orang-orang yang zalim selalu bisa ditumbangkan dan mengabikatkan citra mereka yang sangat buruk. Allah swt yang Maha Adil tentu sangat senang dengan pejuang-pejuang penegak keadilan dan penentang kezaliman. Karena itu, Allah swt akan selalu bersama-sama dengan siapa saja yang menentang kezaliman yang berarti Dia siap memberikan pembelaan atau pertolongan kepada mereka, karenanya mereka tidak usah takut, khawatir dan berkecil hati akan kemungkinan bisa mengalahkan orang-orang yang zalim, sekuat apapun mereka dan sebesar apapun pengaruhnya di masyarakat.
Karena itu, satu hal yang harus kita ingat bahwa pertolongan dan pembelaan dari Allah swt seringkali baru diberikan kepada penentang kezaliman pada saat mereka sudah mencapai puncak-puncak kesulitan. Hal ini terjadi pada sang penentang kezaliman, yakni Musa dan Harun serta umatnya dalam menghadapi kezaliman Fir’aun laknatullah, saat itu kondisinya sudah sangat sulit, kedepan laut dan kebelakang Fir’aun bersama pasukannya, maju kena mundur kena. Saat itulah, Allah swt menunjukkan pertolongan-Nya kepada hamba-hamba yang mau berjuang sebagaimana terdapat dalam firman-Nya: Maka setelah kedua golongan itu saling melihat, berkatalah pengikut-pengikut Musa: "Sesungguhnya kita benar-benar akan tersusul". Musa menjawab: "Sekali-kali tidak akan tersusul; sesungguhnya Tuhanku besertaku, kelak Dia akan memberi petunjuk kepadaku". Lalu Kami wahyukan kepada Musa: "Pukullah lautan itu dengan tongkatmu". Maka terbelahlah lautan itu dan tiap-tiap belahan adalah seperti gunung yang besar. Dan disanalah Kami dekatkan golongan yang lain dan Kami selamatkan Musa dan orang-orang yang besertanya semuanya (QS Asy Syu’ara [26]:61-65).
Bahkan secara khusus, kepada Musa dan Harun Allah swt meyakinkan mereka untuk tidak terlalu khawatir dal;am menghadapi keadaan, sesulit apapun keadaan itu, hal ini terdapat dalam firman-Nya: "Janganlah kamu berdua khawatir, sesungguhnya Aku beserta kamu berdua, Aku mendengar dan melihat (QS Thaha [20]:46)
4. BERSAMA ORANG YANG BERJIHAD.
Allah swt yang telah diakui keberadaan dan kekuasaan-Nya dan Islam sebagai agama yang sudah diakui kebenarannya. Sebagai konsekuensi dari pengakuan itu, ajaran Islam bukan sekadar harus diamalkan secara pribadi, tapi harus ditegakkan dalam kehidupan masyarakat, atau dengan kata lain setiap muslim haris berjihad di jalan Allah bagi upaya menegakkan nilai-nilai Islam, bahkan meskipun bentuk jihad itu secara fisik, yakni berperang. Ini merupakan sesuatu yang sangat mulia sehingga seandainya seorang muslim meninggal dunia di medan perang, maka kematiannya disebut dengan syahid yang secara harfiyah berarti saksi, hal ini karena kematiannya menjadi saksi atas kebenaran nilai-nilai yang diperjuangkannya.
Oleh karena itu, setiap muslim yang berjihad tidak boleh merasa takut dalam menghadapi musuh, hal ini karena Allah swt telah menyatakan kebersamaan-Nya kepada setiap pejuang di jalan-Nya sehingga Ia akan memberikan pertolongan, itulah yang terjadi pada perang Badar sehingga yang terjadi justeru muncul rasa takut dikalangan orang-orang kafir, Allah swt berfirman yang artinya: (Ingatlah) ketika Tuhanmu mewahyukan kepada para malaikat : "Sesungguhnya Aku bersama kamu, maka teguhkanlah (pendirian) orang-orang yang telah beriman". Kelak akan Aku jatuhkan rasa ketakutan ke dalam hati orang-orang kafir, maka penggallah kepala mereka dan pancunglah tiap-tiap ujung jari mereka (QS Al Anfal [8]:12)
Ayat di atas merupakan pendorong kepada kaum muslimin untuk terus berjuang di jalan Allah swt, karena dengan keterlibatan secara aktif dalam perjuangan itu membuat seorang memperoleh nilai manfaat darinya, paling tidak ia telah membuktikan kesungguhannya dalam beriman. Bagi Allah swt tidak masalah bila seorang muslim tidak mau berjihad, karena mudah bagi Allah untuk menolong Nabi Muhammad saw, hal ini ditegaskan-Nya di dalam Al-Qur’an: Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (Musyrikin Makkah) mengeluarkannya (dari Makkah) sedang dia salah seorang dari dua orang ketika ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya: "Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita". Maka Allah menurunkan ketenangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Allah menjadikan seruan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi, Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana (QS At Taubah [9]:40)
Dengan demikian, dalam berjuang, seorang muslim tidak boleh didominasi oleh rasa takut, bahkan seandainya resiko perjuangan menimpa dirinya, ia tidak boleh menyesali jalan perjuangan atau berduka cita.
5. BERSAMA SELURUH MANUSIA.
Manusia diciptakan Allah swt bukanlah untuk main-main, tapi untuk mengabdi kepada-Nya. Oleh karena itu, seluruh sikap dan tingkah laku manusia akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah swt di akhirat kelak. Untuk itulah, Allah swt akan selalu menyertai manusia sehingga tidak ada satupun perkara termasuk pembicaraan yang bisa disembunyikan manusia, apalagi sampai luput dari pengawasan Allah swt, hal ini ditegaskan Allah swt di dalam Al-Qur’an: Tidakkah kamu perhatikan, bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi?. Tiada pembicaraan rahasia antara tiga orang, melainkan Dialah yang keempatnya. Dan tiada (pembicaraan antara) lima orang, melainkan Dialah yang keenamnya. Dan tiada (pula) pembicaraan antara (jumlah) yang kurang dari itu atau yang lebih banyak, melainkan Dia ada bersama mereka dimanapun mereka berada. Kemudian Dia akan memberitakan kepada mereka pada hari kiamat apa yang telah mereka kerjakan. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu (QS Al Mujadilah [58]:7).
Meskipun sudah sedemikian tegas pernyataan Allah swt di atas, tapi tetap saja ada manusia yang sudah merasa aman dari keburukan dan kejahatan yang dilakukannya hanya karena ia bisa mengecoh manusia dan bersembunyi dari kejaran dan pertanggungjawaban manusia, padahal ia tidak bisa bersembunyi dari pengawasan Allah swt, hal ini ditegaskan di dalam Al-Qur’an: Mereka bersembunyi dari manusia, tetapi mereka tidak bersembunyi dari Allah, padahal Allah beserta mereka, ketika pada suatu malam mereka menetapkan keputusan rahasia yang Allah tidak ridhai. Dan adalah Allah Maha Meliputi (ilmu-Nya) terhadap apa yang mereka kerjakan (QS An Nisa [4]:108).
Setelah kita memahami dan menyadari tentang kebersamaan Allah Swt, maka tugas kita berikutnya adalah bagaimana bisa selalu menyesuaikan diri dengan segala keinginan dan ketentuan Allah Swt dalam menjalani kehidupan ini.
Drs. H. Ahmad Yani
Email: [email protected]