Cuci Otak
Bagi calon budak dari kalangan intelektual sang majikan tahu bahwa kebutuhannya bukan sebatas perut atau dibawah perut. Maka upah yang diberikan juga bukan sebatas dengan uang saja, tapi ada kompensasi lain berupa berbagai macam penghargaan. Karena mereka sangat membutuhkan status sosial dimasyarakatnya, agar memiliki kedudukan yang terhormat.
Majikan akan menyeleksi kaum terpelajar yang masih memiliki mentalitas budak, untuk diberi penghargaan agar bisa menjadi pendukung dan loyalis majikan. Apalagi untuk mereka yang terbukti sudah menghasilkan pemikiran nyeleneh, destruktif, dan pro imprialis, akan sangat mudah mendapatkan fasilatas, beasiswa, gelar dan berbagai bentuk penghargaan.
Hasil dari proses cuci otaknya sangat jelas terlihat. Walaupun sudah sampai gelar S3 akan lumpuh daya analisanya ketika melihat kepentingan majikan. Pembelaan habis-habisan, sampai membabi buta jika sang majikan dikritik. Sedemikian jelas, terang benderang aksi-aksi kejahatan Impreialis, tidak mampu dilihatnya, karena status si Imperialis itu sebagai majikan. Maka kaya apapun tingginya pendidikan tetap saja budak ya budak juga alias jongos.
Pembentukan mentalitas budak dari kaum terpelajar ini tentu memakan waktu lebih lama di banding dari penguasa, politikus, artis dan golongan lainnya. Biasanya melalui proses beasiswa untuk studi terlebih dahulu. Diharapkan setelah menjadi sarjana pola fikirnya sudah tercuci dan sekaligus terwarnai menjadi pembela Imprialisme sejati.