Fikirannya Sebatas Upah.
Karena sudah kehilangan kendali diri maka sepenuhnya di berikan kepada majikan untuk dapat mengendalikan dirinya. Para budak merasa tidak punya kemampuan dan tidak bisa apa-apa kecuali hanya menggantungkan hidupnya kepada sang majikan. Mengganggap hanya majikanlah yang memiliki pemikiran, solusi, sistem untuk memperbaiki dan mempertahankan diri sibudak tersebut.
Bagi para budak hanya satu konsentrasi fikirannya yaitu bagaimana bisa bertahan hidup, dengan cara menerima pemberian dari majikan, setelah itu siap mengikuti titah perintah sang majikan. Persis seperti sirkus pertunjukan binatang, si pawang selalu saja membawa makanan untuk merangsang insting binatang agar mengikuti apa yang diinginkan sang pawang. Selalu saja makanan itu diberikan sebagai upah setelah si binatang itu berhasil melaksanakan pertunjukannya.
Fir’aun juga memberi upah kepada tukang sihirnya agar bisa membela kepentingannya dari ancaman keberadaan Nabi Musa. : “Dan beberapa ahli sihir itu datang kepada Fir’aun mengatakan: ” Apakah kami akan mendapat upah, jika kamilah yang menang (atas Musa) ?, Fir’aun menjawab: “Ya tentu saja sesungguhnya kamu benar-benar akan termasuk orang-orang yang dekat (kepadaku).” ( Q.S Surah Al ‘Araaf (7) ayat : 113 – 114 )
Jangan heran kalau kemudian si budak menjadi pembela dan sangat loyal terhadap majikannya. Fikiran dan Prasaannya sudah terbelenggu oleh berbagai fasilitas yang membuatnya nyaman. Sudah tidak sanggup lagi berfikir kemerdekaan, harga diri, Kemandirian, serta Pembelaan terhadap bangsanya sendiri.