Masalah:
Penulis pernah diminta beberapa orang mahasiswa untuk menanggapi pernyataan-pernyataan satu kelompok, yang menurut pengakuannya, mengajak ummat kepada kebebasan berpikir. Maka penulis menjawab: bila kita menanggapi mereka, pasti mereka akan menjadi besar. Dan itulah yang mereka harapkan. Karena itu janganlah membuang waktu dan energi untuk sesuatu yang kurang berarti. Namun sayang sekali diantara kita ada yang terpancing, hingga terjadilah perdebatan di layar televisi, dan akhirnya terjadilah apa yang diduga sebelumnya. Sebenarnya mereka membuat masalah untuk mendapat perhatian masyarkat. Padahal masyarakat telah menghadapi banyak masalah yang perlu solusi. Mereka berkata:
- Kitab al Qur’an masih diragukan keasliannya, karena baru dibukukan atas perintah Khalifah Utsman bin Affan sesudah Rasulullah saw wafat.
- Al Quran harus dikoreksi segala ketentuan hukumnuya agar sesuai dengan perkembangan zaman kehidupan manusia.
- Dalam perkara yang telah ada ketetapannya dalam alQuran dan al Hadis
- boleh dipertanyakan kebenarannya dan keabasahannnya.
- Dan lain-lain.
Apa yang mereka cari hingga berani menghina al-Quran?
Pembahasan:
Sejak al-Quran turun pada empatbelas abad yang lalu, manusia terbagi dua kelompok, yaitu kelompok yang menerima dan yang menolak. Dan sejak awal, alQuran telah menantang semua pemikir dan ahli bahasa Arab untuk membuat al-Quran tandingan , bila tidak mampu satu Quran maka buatlah sepuluh surat , dan bila tidak mampu juga maka buatlah satu surat saja, ternyata sejak turun al-Quran hingga saat ini tak pernah ada yang berhasil membuat al-Quran tandingan meski mereka mencurahkan segala upaya untuk melakukannya.
Setiapkali mereka mencoba maka yang terjadi hanyalah memperlihatkan kebodohan dan kehinaannya sendiri padahal mereka adalah orang Arab yang ahli dan terkemukan seperti yang pernah dialami Musailimah al Kadzdzab. Karena itu bila saat ini ditemukan kembali kelompok manusia yang menamakan dirinya sebagai kelompok intelektual atau kelompok studi Islam actual atau lainnya, lalu mereka mencurahkan segala upaya untuk merendahkan alQuran, maka sesungguhnya mereka tidak lain kecuali merupakan pelanjut kelompok terdahulu yang akan menjatuhkan dirinya sendiri di kemudian hari, dan membuktikan bahwa mereka belum mengerti al-Quran.
Dan sungguh rasional bila orang Indonesia tidak dapat membedakan antara bahasa Arab manusia dengan bahasa Arab alQuran yang sudah tersusun sejak sebelum orang Arab lahir. Bila orang Arab yang menentang al-Quran bukan karena tidak mengakui ketinggian bahasa al-Quran akan tetapi semata-mata karena terkuasai hawa nafsunya, maka orang Indonesia mengingkari al-Quran bukan saja karena terkuasai hawa nafsu akan tetapi juga karena tidak dapat membedakan mana bahasa Arab susunan manusia dan mana bahasa Arab yang diturunkan Allah kepada hamba pilihan-Nya.
AlQuran diturunkan pada masa Bahasa Arab mencapai puncak kesusasteraannya. Namun demikian para sastrawan dan penyair ketika itu tunduk kepada ketinggian bahasa al-Quran. Seorang sastrawan dan penyair yang tiada duanya di kalangan Quraisy bernama al Walid bin al Mughirah mengakui dan merasakan ketinggian bahasa al-Quran dan kedalaman maknanya.
عن بن عباس رضي الله عنهما أن الوليد بن المغيرة جاء إلى النبي صلى
الله عليه وسلم فقرأ عليه القرآن فكأنه رق له فبلغ ذلك أبا جهل فأتاه
فقال يا عم إن قومك يرون أن يجمعوا لك مالا قال لم قال ليعطوكه فإنك أتيت
محمدا لتعرض لما قبله قال قد علمت قريش أني من أكثرها مالا قال فقل فيه
قولا يبلغ قومك إنك منكر له أو إنك كاره له قال وماذا أقول فوالله ما
فيكم رجل أعلم بالأشعار مني ولا أعلم برجز ولا بقصيدة مني ولا بأشعار
الجن والله ما يشبه الذي يقول شيئا من هذا ووالله إن لقوله الذي يقول
حلاوة وإن عليه لطلاوة وأنه لمثمر أعلاه مغدق أسفله وإنه ليعلو وما يعلى
وإنه ليحطم فاتحته قال لا يرضى عنك قومك حتى تقول فيه قال فدعني حتى أفكر
فلما فكر قال هذا سحر يؤثر يأثره من غيره فنزلت ذرني ومن خلقت وحيدا
Dari ibnu Abas ra bahwa al Walid bin al Mughirah datang kepada Nabi saw. Maka beliau membacakan al-Quran kepadanya hingga hanyutlah qalbunya. Berita ini sampai kepada Abu Jahal. Maka dia mendatanginya dan berkata: wahai pamanku, bawahanmu sepakat mengumpulkan harta untukmu. Dia berkata: untuk apa? Ia berkata: untuk diberikan padamu, karena kamu telah mendatangi Muhammad untuk menyampaikan tawaran yang dapat dia terima.
Dia berkata: orang Quraisy semua mengetahui bahwa aku adalah orang Quraisy yang terkaya. Ia berkata: kalau begitu, katakanlah satu kalimat yang dapat diketahui bawahanmu bahwa kamu mengingkari (Muhammad) dan membencinya. Dia berkata: apa yang harus kukatakan. Tak ada seorangpun diantaramu yang mengetahui syair, rajaz atau qasidah melebihi pengetahuanku.
Demikian juga pengetahuan tentang syair dari jin. Demi Allah semua itu tidak menyerupai apa yang dia bacakan. Demi Allah sungguh pada apa yang dia (Muhammad) bacakan terdapat yang sangat manis dan menarik. Ia bagaikan (pohon) yang diatasnya penuh dengan buah-buahan dan akarnya tertancap kedalam. Ia sangat tinggi tidak dapat dijangkau. Abu Jahal berkata: kamu akan dibenci rakyatmu hingga kamu mencacinya. Dia berkata: baiklah, beri aku kesempatan untuk berpikir. Setelah dia berpikir, maka berkata: ini adalah sihir yang sangat berpengaruh. Maka turunlah ayat:
ذَرْنِي وَمَنْ خَلَقْتُ وَحِيدًا(11)
Biarkanlah Aku bertindak terhadap orang yang Aku telah menciptakannya sendirian.
Pelajaran dari peristiwa diatas:
- Al Walid sebagai seorang sastrawan yang diharapkan dapat mempengaruhi Muhammad ternyata dia tenggelam dalam kedalaman makna alQuran, dan dia tunduk dihadapan keindahan susunannya.
- Al Walid terus terang kepada Abu Jahal mengungkapakan apa yang ditemukan dan dirsakannya dari al-Quran.
- Al Walid mencabut pengakuannya karena karena takut kehilangan pengikut. Hal ini mnunjukkan bahwa dia ingkar kepada al-Quran bukan karena ragu-ragu akan kebenarannya melainkan karena tunduk kepada tuntutan hawa nafsunya dan patuh kepada akalnya.
Tugas kita sebagai muslim sangat banyak, karena itu kita jangan terjebak dengan pancingan-pancingan dari orang yang mengutamakan membuat masalah daripada mangatasi masalah. Bila kita melihat perjalanan sejarah maka kita akan mengetahui bahwa semua yang mereka kemukakan bukan masalah baru. Walaupun redaksinya baru namun isinya sama dengan yang dikemukakan orang-orang munafiq yang hidup pada zaman Rasulullah dan orang-orang kafir yang hidup pada zaman berikutnya.
Sungguh semua yang mereka kemukakan bukan pernyataan yang muncul dari pemikiran mereka akan tetapi mereka hanya melanjutkan pernyataan yang sudah lama yang telah disampaikan orang-orang yang menjadi hamba hawa nafsu dan mempertuhan akalnya. Mereka pasti menyadari bahwa pola berpikir manusia berbeda-beda antara satu dengan lainnya. Lalu, kalau kita berpedoman kepada hasil pikiran manusia maka hasil pikiran siapa yang mesti dijadikan pegangan hidup bagi semua manusia.
Bila mereka sepakat untuk menentukan susuatu pedoman hidup, maka ketentuan yang mereka sepakati tidak akan sesuai dengan ketentuan yang disepakati kelompok lain. Lalu, kentuan yang mana yang dapat diterapkan untuk kepentigan semua manusia. Dan jika hasil pikiran manusia tidak dapat dijadikan pedoman hidup bagi semua manusia, maka pedoman mana yang akan mereka jadikan sebagai pegangan? Mereka meragukan keaslian kitab al-Quran. Apakah ada kitab lain yang mereka yakini kasliannya selain al-Quran. Atas dasar apa mereka meragukan alqruan dan meyakini yang lain. Apakah mereka tidak melihat bahwa:
- Al Quran adalah satu-satunya kitab suci yang memiliki bahasa yang sama meski pembacanya berbeda bahasa?
- Al Quran adalah satu-satunya kitab suci yang memiliki aturan baca yang tersebar di seluruh dunia dan dipelajari serta diikuti umat di dunia.
- Al Quran satu-satu kitab suci yang tak pernah berhenti dibaca oleh umat Islam selama duapuluh emapat jam setiap hari. Bila berhenti bacaan di satu tempat maka ditempat lain di dunia pasti ada yang membacanya.
- Al Quran satu-satunya kitab suci yang dipelihara dengan para penghapal yang tidak terhitung jumlahnya, baik didalam atau di luar negri. Adakah kitab lain yang memiliki penghapal secara keseluruhan selain al-Quran. Bila ada kitab lain yang dihapal secara keseluruhan di Barat maka yang dihapal di Timur, meski nama kitabnya sama namun
- Isinya berbeda karena bahasanya berbeda, sehingga kedua penghapal tersebut tidak akan bertemu dalam hapalan yang sama. Berbeda dengan al-Quran siapapun yang mengapal dan dengan bahasa apapun mereka berbicara pasti alQuran yang mereka baca adalah sama.
- Al Quran satu-satunya kitab yang tidak pernah mengalami perubahan bahasa kendatipun para pembacanya berbeda bahasa.
- Al Quran satu-satunya kitab suci yang tetap bertahan tidak pernah mengalami perubahan baik bahasa ataupun susunan kalimat meski tangan-tangan kotor telah berupaya untuk merubah dan merusaknya – Al Quran satu-satunya kitab yang bila dibacakan selalu berpengaruh bagi pendengarnya kendatipun sebagian pendengar tidak mengerti bahasanya.
- Al Quran satu-satunya kitab yang diakui keaslian bahasanya. Karena bahasa Al Quran diseluruh dunia adalah sama. Meski telah diterjemahkan kedalam berbagai bahasa namun tak seorang pun didunia yang mengaku mampu membaca alQuran kecuali dengan membaca bahasa aslinya. Karena itu, orang yang membaca terjemahannya tidak disebut membaca al-Quran.
- Adakah kitab lain yang dapat menandingi al-Quran?
Semua orang yang mengkaji banding antara satu kitab dengan kitab lainnya dengan objektif pasti akan berkata bahwa al-Quran adalah kitab yang tidak dapat disamakan dengan kitab lainnya. Dan kepada yang mengajak berpikir bebas perlu kita tanyakan: Atas dasar apa anda berkata:
- Kitab al Qur’an masih diragukan keasliannya, karena baru dibukukan atas perintah Khalifah Utsman bin Affan sesudah Rasulullah saw wafat. Apakan Anda berkata demikian setelah memaca salah satu buku sejarah? Buku sejarah yang anda baca hanyalah karya seorang penulis yang tidak menyaksikan pembukuan al-Quran. Dan anda pun tidak mengenalnya. Mengapa anda percaya begitu saja kepada buku sejarah yang tidak dapat diteliti kebenarannya? Sementara kepada al-Quran anda ragu-ragu. Padahal pembawa al-Quran tidak terhitung jumlahnya sementara pembawa sejarah dapat dihitung dengan jari. Kemudian anda berkata:
- Al Quran harus dikoreksi segala ketentuan hukumnuya agar sesuai dengan perkembangan zaman kehidupan manusia. Siapakah yang akan mengoreksi ketentuan hukum tersebut? Apakah anda sendiri, dengan keterbatasan ilmu hingga tidak mampu membedakan mana bahasa manusia dan mana bahasa yang telah Allah tetapkan untuk alQuran. Atau anda mengangkat orang lain yang anda percayai, lalu apakah dia mendapat kepercayaan dari para ulama dunia yang telah banyak berbuat untuk umat?
Bila tidak, maka siapa yang akan menerima hasil koreksi tersebut. Kalau tidak ada dapat menyetujui dan mendukung Apakah anda akan terus melakukan hal-hal yang tidak berguna. Sungguh orang yang sehat akan selalu memilih pekerjaan yang berguna bagi umat dan menjauhi yang tidak berguna. Lalu anda berkata:
Dalam perkara yang telah ada ketetapannya dalam al-Quran dan al-Hadis boleh dipertanyakan kebenarannya dan keabasahannnya. Untuk apa anda mempertanyakan hal-hal yang sudah dijadikan pegangan seluruh umat Islam di dunia sejak dahulu? Yang perlu dipertanyakan justru pola berpikir dan keislaman anda kalau anda mengaku seorang muslim.
Bila anda ragu terhadap keaslian al-Quran dan anda memandang hukumnya tidak sesuai dengan perkembangan zaman, dan mempertanyakan kebenaran dan keabsahan ketetapan al-Quran dan hadis, maka siapa yang mau mengakui ke-islaman anda selain segelintir orang yang terjebak dengan ungkapan anda?
Maka sia-sialah semua yang anda kemukakan kepada kaum muslimin. karena semua umat Islam di dunia akan mengetawakan anda. Mereka lebih percaya kepaa para ulama yang telah banyak berbuat untuk umat daripada anda yang tidak dikenal kecuali melalui pernyataan-pernyataan yang menjatuhkan diri anda sendiri.