Moral Impact

B. MORAL IMPACTS

Perjalanan hidup Nabi Yusuf sungguh mengagumkan. Dari dirinya memancar sifat-sifat /Characters mulia sehingga menjadi tokoh idola yang mumpuni sepanjang sejarah manusia. Seperti yang telah dijelaskan pada MENTAL IMPACTS yang melahirkan dua sifat mulia yakni, Mampu Mengendalikan Diri dan Memiliki Tanggung Jawab Sosial, kita akan menemukan pula dalam diri Nabi Yusuf tiga sifat mulia lain yang muncul dari MORAL IMPACTS sebagai hasil dari SEI Empowerment benar dan konprehensif. Ketiga sifat (karakter) tersebut ialah :

1. Akhlak Kuat
2. Semua Urusan Teratur (Effective)
3. Manajemen Waktu Sangat Baik (Efficient)

Diangram A berikut menjelaskan pengaruh moral atau MORAL IMPACTS seperti yang di jelaskan di atas.

Diagram A : MORAL IMPACTS

1. AKHLAK KUAT

Dalam SEI Empowerment, kita tidak memakai istilah Akhlaqul Karimah (Akhlak Mulia), melainkan Akhlak Kuat (Matinul Khluq). Sebab, Akhlaqul Karimah adalah values atau nilai-nilai. Value atau nilai adalah buah yang muncul dari sebuah proses pemberdayaan Spiritual, Emotional dan Intellectual (SEI Empowerment) dengan benar dan seimbang. Sebagai contoh, kita sering sulit memahami kenapa seorang yang berpenampilan baik, tiba-tiba kita dikejutkan oleh perilakunya yang sangat bertentangan dengan akhlaqul karimah, seperti membunuh anak sendiri, mencabuli anak sendiri, mencuri uang (korupsi) negara sendiri dan sebagainya. Setelah melakukan pengkajian mendalam terhadap perilaku manusia, kami menyimpulkan, bawa Aklaqul Karimah merupakan nilai yang akan melekat dalam diri kita bila proses pemberdayaan Spiritual, Emotional dan Intellectual benar dan konprehensif. Sebab itu, akhlak tersebut akan menyertai kehidupan tanpa terpengaruh oleh lingkungan dan kepentingan-kepentingan yang tidak sesuai dengan nilai-nilai akhlak itu sendiri. Kondisi tersebut disebut dengan Akhlak Kuat.

Sebagai hasil dari proses pemberdayaan yang benar tersebut maka lahirlah Akhlaqul Karimah yang kuat menemper dalam diri. Tentu kita sepakat, bahwa tanpa Akhlaqul Karimah, pola hidup kita akan sama dengan hewan dan bahkan bisa lebih rendah lagi. Namun, timbul pertanyaan mendasar: Bagaimana Akhlaqul Karimah tersebut dapat melekat dalam diri dengan kuat sehingga menjadi pakaian sejati dalam kehidupan, tanpa terpengaruh situasi, kondisi dan lingkungan? Caranya ialah dengan memberdayakan tiga potensi dasar dan raksasa yang diberikan Tuhan Pencipta kepada kita yakni, Spiritual, Emotional dan Intellectual dengan metode SEI Empowerment yang tersimpul ke dalam empat kata kunci:

• SEI CONNECTION
• SEI MECHANISM
• SEI REFERENCES, sehingga melahirkan
• SEI IMPACTS

Di antara SEI IMPACTS tersebut adalah MORAL IMPACT atau pengaruh terhadap moral yang di antaranya melahirkan Akhlak yang Kuat (Matinul Khuluq)

Dalan konteks ini, kita bisa melihat bagaimana kekuatan akhlak Nabi Yusuf? Akhlak Nabi Yusuf sungguh sangat luar biasa. Coba kita banyangkan ketika dia digoda oleh Permaisuri yang cantik jelita di dalam istananya untuk melakukan perzinaan, dalam kondisi sangat sepi, pintu-pintu istana sudah dikunci sang Permaisuri dan tidak ada seorangpun yang akan mengetahuinya. Saat godaan itu muncul, Nabi Yusuf masih remaja yang secara biologis sedang dalam kondisi nafsu birahi yang bergejolak. Mari kita bayangkan sekali lagi! Apa gerangan yang akan terjadi jika saja Yusuf adalah pribadi murahan yang mudah tergoda dalam kesepian? Rayuan gombal Permaisuri tidak mempan sedikitpun. Yusuf sama sekali tidak terpancing dan tidak memberikan reaksi apa-apa, bahkan Yusuf menjawab:

وَرَاوَدَتْهُ الَّتِي هُوَ فِي بَيْتِهَا عَنْ نَفْسِهِ وَغَلَّقَتِ الأَبْوَابَ وَقَالَتْ هَيْتَ لَكَ قَالَ مَعَاذَ اللَّهِ إِنَّهُ رَبِّي أَحْسَنَ مَثْوَايَ إِنَّهُ لا يُفْلِحُ الظَّالِمُونَ (23)

“Dan wanita (Zulaikha) yang Yusuf tinggal di rumahnya menggoda Yusuf untuk menundukkan dirinya (kepadanya) dan dia menutup pintu-pintu, seraya berkata: "Marilah ke sini." Yusuf berkata: Ma’azallah (ِAku berlindung pada Allah) dari rayuan dan ajakanmu. Sesungguhnya Tuanku (Suami permaisuri itu) telah memberikan tempat yang terbaik bagiku dalam keluarga ini.” (Q.S. Yusuf (12) : 23)

Secara biologis, Yusuf sebenarnya sudah mersakan gejolak nafsunya. Namun dengan pertolongan Allah dia mampu mengendalikannya. Artinya, kekuatan akhlak yang dimiliki Yusuf seakan mendorong dia untuk berkata dan berprinsip: Tidak mungkin saya mengkhianati suamimu yang telah berbuat baik keapadaku dan mengamanahkan kepadaku tinggal bersama keluarganya. Secara lebih sadar dan matang lagi, dalam dirinya Yusuf berkata : Aku tidak mungkin berkhianat terhadap Allah Tuhan yang sangat aku kenal dengan baik dan penuh keimanan terhadap kontrol-Nya (Muraqabatullah), kendati orang lain tidak melihat dan tidak mengetahuinya.

Permaisuri yang sudah kalap dan dikendalikan setan itu semakin garang mendengarkan jawaban Yusuf yang penuh makna. Dia mencoba dengan cara teror dan intimidasi sambil berkata, “Ayolah!!! Jika kamu tidak mau mengikuti perintahku, kamu akan saya penjarakan.” Yusuf tetap tidak bergeming juga. Akhirnya wanita itu mencoba merangkul dan memeluk Yusuf sehingga terjadilah bentrokan fisik yang tidak dapat dihindarkan. Baju sebelah belakang Yusuf pun robek dalam kejar-kejaran itu. Dalam kondisi keributan itulah sang Raja masuk Istana dan melihat peristiwa itu. Namun dengan kelicikan sang Wanita itu, ia berhasil merayu suaminya agar memenjarakan Yusuf, kendati suamnya tahu persis yang salah adalah isterinya dan Yusuf sama sekali tidak bersalah. Sungguh luar biasa memang kekuatan akhlak Nabi Yusuf dalam menghadapi tipu daya seorang wanita yang juga sangat dahsyat. Kalulah bukan karena kekuatan akhlak yang dia miliki, nicaya Yusuf terjerumus ke dalam lembah kehinaan sebagaimana yang diinginkan oleh wanita tersebut. Allah menjelaskannya :

وَلَقَدْ هَمَّتْ بِهِ وَهَمَّ بِهَا لَوْلا أَنْ رَأَى بُرْهَانَ رَبِّهِ كَذَلِكَ لِنَصْرِفَ عَنْهُ السُّوءَ وَالْفَحْشَاءَ إِنَّهُ مِنْ عِبَادِنَا الْمُخْلَصِينَ (24)

“Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud (melakukan perbuatan itu) dengan Yusuf, dan Yusuf pun telah terdorong (melakukan pula) dengan wanita itu andaikata dia (Yusuf) tiada melihat tanda (dari) Tuhannya. Demikianlah, agar Kami memalingkan daripadanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih (diberikan keikhlasan) (Q.S. yusuf (12) : 24)

2. SEMUA URUSAN TERATUR (EFFECTIVE)

Banyak keluhan klasik yang kita dengar tentang kesulitan mengerjakan pekerjaan yang mengakibatkan pekerjaan tersebut terbengkalai atau tidak bisa mencapai target yang sudah direcanakan. Banyak pelajar yang kesulitan mengerjakan PR sekolah sehingga memerlukan kursus tambahan melalui Bimbel (Bimbingan Belajar) atau private. Akibatnya, sudah pasti menambah waktu dan biaya. Banyak karyawan yang kesulitan mengerjakan pekerjaan kantor sehingga tidak bisa mengejar target yang sudah ditentukan manajemen. Tidak sedikit pula Ibu-Ibu rumah tangga yang kesulitan menuntaskan pekerjaan rumah sendiri sehingga memerlukan bantuan pembantu rumah tangga (PRT), padahal mereka hanya megurusi keluarga kecil. Demikian juga dengan seorang pemimpin redaksi suatu majalah terpaksa harus bekerja 24 jam karena takut tidak bisa mengejar deadline. Demikian juga kita sering melihat para eksekutif, pedagang, pekerja bangunan dan sebagainya yang mengalami kesulitan mengerjakan shalat fardhu di awal waktu atau tepat waktu. Jika dicari jawaban penyebab kesulitan tersebut, maka hampir sama jawabannya, yaitu : Saya sibuk sekali karena pekerjaan saya menumpuk.

Yang menariknya ialah, kesulitan klasik tersebut terjadi berulang-ulang sepanjang umur tanpa ada perubahan yang signifikan. Celakanya, kesulitan yang dihadapi dalam menata pekerjaan mencari kehidupan telah menyebabkan kehidupan itu sendiri terasa berat dan sempit katrena tidak seimbang sehingga, disadari atau tidak, menyebabkan terjadinya pengabaian aspek-aspek lain dari kehidupan yang sama wajib dan tanggung jawabnya.

Bayangkan, seorang eksekutif muda ataupun yang sudah senior yang menjabat direksi di suatu perusahaan, kepala daerah di suatu pemerintahan, seorang menteri dan seorang tokoh masyarakat yang sangat terkenal dalam dakwah atau aktivitas sosial sering kita lihat tidak bisa shalat berjamaah di awal waktu di Masjid. Apalagi seorang presiden atau kepal anegara. Dia tidak juga bisa membagi jatah waktu yang cukup untuk anak-anak dan istri-istri mereka. Alasannya sama dan klasik: “Bapak sangat sibuk”. Timbul pertanyaan mendasar, apakah memang demikian halnya? Atau adakah faktor lain dibalik kesulitan atau kelemahan tersebut?

Jika kita cermati, kesulitan tersebut bukan karena sangat sibuk atau karena pekerjaan yang menumpuk. Akan tetapi, kesulitan itu berawal dari dua hal yang mendasar: Pekerjaan yang tidak teratur dan manajemen waktu yang kacau. Pekerjaan yang teratur bukan hanya pekerjaan yang dimulai dari urutan-urutan pekerjaan itu sendiri, akan tetapi pekerjaan itu dibingkai dengan sebuah konsep yang terpadu (integrated), dikerjakan dengan sistem, dibantu dengan peralatan teknologi canggih – jika memang diperlukan –, dikerjakan berdasarkan action plan (rencana kerja) yang sudah disusun, dimulai dan dikerjakan berdasarkan prinsip skala prioritas dan mampu meninggalkan pekerjaan atau hal-hal yang tidak bermanfaat serta tentukan taget yang logis. (Lihat Tabel A)