Akidah Bersih, Ibadah Benar dan Wawasan Luas sesungguhnya merupakan hasil dari proses SEI Empowerment yang benar, konperehensif dan seimbang sebagimana yang tergambar pada diangram A berikut :
Diagram A :
1. AQIDAH BERSIH
Aqidah yang bersih ialah yang dilandasi konsepsi Tauhid. Lawan Tauhid ialah syirik yang berarti “menyekutukan”. Jika konsep Tauhid mengajarkan Wihdaniyyatullah (mengesakan Allah) sebagi Tuhan Pencipta (Tauhid Rububiyah), Tuhan yang Disembah (Tauhid Uluhiyah atau ‘Ubudiyah) dan mengesakan-Nya dengan nama dan sifat yang telah ditentukan-Nya (Tauhid Asma’ dan Sifat), maka konsep syirik ialah menyekutukan Allah Tuhan Pencipta dalam beribadah, ketaatan maupun dalam menentukan sifat dan nama-nama-Nya. Konsep Tauhid ini merupakan ajaran universal dan abadi. Allah sebagai Tuhan Pencipta manusia dan alam semesta, tidak ridha jika manusia masih saja menyekutukan-Nya dengan apa saja dari makhluk-Nya. Allah mengancam tidak akan menerima amal manusia yang menyekutukan-Nya dan menggolongkan mereka kepada kelompok orang-orang yang merugi.
قُلْ أَفَغَيْرَ اللَّهِ تَأْمُرُونِّي أَعْبُدُ أَيُّهَا الْجَاهِلُونَ (64) وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ (65) بَلِ اللَّهَ فَاعْبُدْ وَكُنْ مِنَ الشَّاكِرِينَ (66)
“Katakanlah: "Maka apakah kamu menyuruh aku menyembah selain Allah, hai orang-orang jahiliyah (yang tidak berpengetahuan atau tidak mau mengetahui tentang sifat-sifatTuhan yang pantas disembah)? (64) Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu: Jika kamu mempersekutukan (Tuhan Pencipta), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi. (65) Karena itu, maka hendaklah Allah saja yang kamu sembah dan hendaklah kamu termasuk orang-orang yang bersyukur". (66).
(Q.S. Az-Zumar (39): 64 – 66)
Kebersihan Aqidah atau keyakinan hidup tentang konsep ketuhanan merupakan hal yang sangat krusial dan tema sentral kehidupan manusia. Kita bisa saja beranggapan, bahwa bersih atau tidaknya keyakinan tentang konsep ketuhanan hasilnya akan sama saja dan tidak banyak pengaruhnya terhadap kehidupan dunia. Cara berfikir demikian bukanlah cara berfikir yang fitri, melainkan sudah dipengaruhi hawa nafsu, ego dan kesombongan sebagaimana yang terjadi pada IBLIS dan para pengikutnya di sepanjang sejarah.
Iblis dilaknat Allah Tuhan penciptanya sepanjang masa dan ditetapkan akan menjadi menghuni neraka karena kesombongan yang dimilikinya dan keengganannya mengikuti perintah Tuhan Penciptanya. Kehancuran dan azab dunia yang dialami umat-umat terdahulu sebelum Nabi Muhammad Saw seperti umat Nabi Nuh, Musa (Bani Israel), Fir’aun, umat Nabi Luth dan Hud As akibat pembangkangan mereka terhadap konsep Tauhid yang dibawa oleh para Nabi mereka. Ajaibnya, bukti-bukti sejarah tentang mereka masih bisa kita saksikan sampai hari ini seperti mayat (mumi) Fir’aun yang berada di Mesir dan sebagainya. Allah, sebagai Tuhan Pemilik jagad raya mengabarkannya kepada kita melalui firman-Nya :
فَالْيَوْمَ نُنَجِّيكَ بِبَدَنِكَ لِتَكُونَ لِمَنْ خَلْفَكَ آيَةً وَإِنَّ كَثِيرًا مِنَ النَّاسِ عَنْ آيَاتِنَا لَغَافِلُونَ (92)
“Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami.” (Q.S. Yunus (10): 92)
Walhasil, kebersihan Aqidah atau keyakinan tentang konsep ketuhanan bukanlah hal sepele yang bisa diabaikan begitu saja. Ia erat kaitannnya dengan perilaku kehidupan manusia di dunia ini. Penyimpangan dalam konsep ketuhanan bisa menjadi faktor turunnya azab dan siksaan dari Tuhan Pencipta seperti yang dialami umat-umat terdahulu. Sedangkan kebersihan konsep ketuhanan terkait dengan kecerdasan intelektual manusia yang mampu membedakan antara Tuhan Pencipta yang Pantas disembah dengan tuhan-tuhan palsu lainnya yang hanya dibangun di atas presepsi keliru berdasarkan perasaan atau keinginan menjaga tradisi nenek moyang. Itu pulalah yang menjadi fokus da’wah dan pemikiran Nabi Yusuf As selama Beliau hidup. Bahkan ketika dalam penjara sekalipun ia tetap memberikan pencerahan intelektual kepada teman-temannya di penjara seperti yang ia ucapkan:
وَاتَّبَعْتُ مِلَّةَ آبَائِي إِبْرَاهِيمَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ مَا كَانَ لَنَا أَنْ نُشْرِكَ بِاللَّهِ مِنْ شَيْءٍ ذَلِكَ مِنْ فَضْلِ اللَّهِ عَلَيْنَا وَعَلَى النَّاسِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لا يَشْكُرُونَ (38) يَا صَاحِبَيِ السِّجْنِ أَأَرْبَابٌ مُتَفَرِّقُونَ خَيْرٌ أَمِ اللَّهُ الْوَاحِدُ الْقَهَّارُ (39) مَا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِهِ إِلا أَسْمَاءً سَمَّيْتُمُوهَا أَنْتُمْ وَآبَاؤُكُمْ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ بِهَا مِنْ سُلْطَانٍ إِنِ الْحُكْمُ إِلا لِلَّهِ أَمَرَ أَلا تَعْبُدُوا إِلا إِيَّاهُ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لا يَعْلَمُونَ (40)
“Dan aku mengikuti agama bapak-bapakku yaitu Ibrahim, Ishak dan Yakub. Tiadalah patut bagi kami (para Nabi) mempersekutukan Allah dengan sesuatu apa pun. Yang demikian itu adalah karunia Allah kepada kami dan kepada manusia (seluruhnya); tetapi kebanyakan manusia itu tidak mensyukuri (Nya) (38). Hai kedua teman penghuni penjara, manakah yang lebih baik, tuhan-tuhan yang bermacam-macam itu, ataukah Allah Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa? (39) Kamu tidak menyembah yang selain Allah kecuali hanya (menyembah) nama-nama yang kamu dan nenek moyangmu membuat-buatnya. Allah tidak menurunkan suatu keterangan pun tentang nama-nama itu. Keputusan (tentang) itu hanyalah kepunyaan Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.”(40). (Q.S. Yusuf (12): 38-40)
Oleh sebab itu, misi utama para Rasul yang diutus Allah ke atas muka bumi ini, sejak bumi ini dihuni pertama kali oleh Adam sampai Rasul terakhir Muhammad Saw, adalah menyampaikan konsepsi Tauhid yang mengajarkan Keesaan Tuhan Pencipta, Tuhan Yang Disembah dan Tuhan Yang memiliki Siafat dan Nama-Nama yang Mulia. Hal itu dijelaskan Allah dalam Surat An-Nahl (16): 35 – 36 berikut:
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ فَمِنْهُمْ مَنْ هَدَى اللَّهُ وَمِنْهُمْ مَنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ الضَّلالَةُ فَسِيرُوا فِي الأَرْضِ فَانْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ (36)
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Rsul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan):sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut (syetan dan apa saja yang disembah selain Allah)itu, maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pastikan kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).(36)” (Q.S. An-Nahl (16): 35 – 36)
Ada dua fakta dan kenyataan yang menyebabkan kita harus sangat berhati-hati dalam menjaga kebersihan Aqidah atau keyakinan hidup tentang konsep ketuahan ini.
1. Sejak manusia tinggal di muka bumi ini sampai hari ini, belum ada jin ataupun manusia yang mengaku MENCIPTAKAN bumi, langit dan alam jagat raya yang amat indah dan canggih ini. Kendati Charles Darwin dan orang-orang yang sepaham denganya mencoba untuk tidak mengakui alam semesta ini diciptakan Allah Tuhan Pencipta dengan berkedok ilmu pengetahuan. Namun gagasan dan teori yang diusungnya sudah bangkrut total, khususnya sejak awal abad 20 setelah fakta-fakta ilmiyah baru yang sangat mengagumkan ditemukan seperti Big Bang dan sebagainya. Artinya, keberadaan Tuhan Pencipta sangatlah absolute dan tidak dapat dibantah keculai oleh hawa nafsu dan kebodohan. Sebab itu, menjaga kebersihan Aqidah atau keyakinan hidup agar sesuai dengan konsep Tauhid adalah konsekuensi logis dari eksistensi Tuhan Pencipta.
Sungguh tidak bisa kita bayangkan kemurkaan dan kemarahan-Nya jika hamba yang diciptakan-Nya yang bernama manusia ini tidak mau mentauhidkan-Nya dan bahkan menyekutukan-Nya dalam keyakinan, ketaatan dan ibadah. Sejarah manusia banyak mencatat fakta kehancuran bangsa atau kaum yang durhaka kepada-Nya dan kepada Rasul-rasul-Nya.
وَقَالُوا اتَّخَذَ الرَّحْمَنُ وَلَدًا (88) لَقَدْ جِئْتُمْ شَيْئًا إِدًّا (89) تَكَادُ السَّمَاوَاتُ يَتَفَطَّرْنَ مِنْهُ وَتَنْشَقُّ الأَرْضُ وَتَخِرُّ الْجِبَالُ هَدًّا (90) أَنْ دَعَوْا لِلرَّحْمَنِ وَلَدًا (91) وَمَا يَنْبَغِي لِلرَّحْمَنِ أَنْ يَتَّخِذَ وَلَدًا (92) إِنْ كُلُّ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالاَرْضِ إِلا آتِي الرَّحْمَنِ عَبْدًا (93) لَقَدْ أَحْصَاهُمْ وَعَدَّهُمْ عَدًّا (94) وَكُلُّهُمْ آتِيهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَرْدًا (95)
“Dan mereka berkata: Tuhan Yang Maha Pemurah mengambil mempunyai) anak". (88) Sesungguhnya kamu telah mendatangkan sesuatu erkara yang sangat mungkar, (89) Hampir-hampir langit pecah karena ucapan itu, dan bumi belah, dan gunung-gunung runtuh (90) karena mereka menganggap Allah Yang Maha Pemurah mempunyai anak (91) Dan tidak layak bagi Tuhan yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak. (92) Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi, kecuali akan datang kepada Tuhan yang Maha Pemurah selaku seorang hamba.(93) Sesungguhnya Allah telah menentukan jumlah mereka dan menghitung mereka dengan hitungan yang teliti. (94) Dan tiap-tiap mereka akan datang kepada Allah pada hari kiamat dengan sendiri-sendiri.(95) (Q.S. Maryam (19): 89-95)
2. Kehidupan manusia bukan hanya di dunia yang ditempatinya sekarang. Dunia ini telah ditetapkan Tuhan Penciptanya bersifat fana. Kehidupan di dunia ini hanya satu dari lima periode kehidupan yang pasti dilewati manusi. Bahkan, bumi yang diciptakan Allah sebagai tempat tinggal manusia yang penuh fasilitas ini tidak akan abadi. Suatu saat pasti akan mengalami kehancuran atau kiamat sesuai kehendak dan ketentuan Tuhan Pencipta. Dan yang kekal selamanya hanyalah Dia.
كُلُّ مَنْ عَلَيْهَا فَانٍ (26) وَيَبْقَى وَجْهُ رَبِّكَ ذُو الْجَلالِ وَالإِكْرَامِ (27)
“Semua manusia yang ada di bumi itu akan binasa. (26) Dan tetap kekal Wajah Tuhan Penciptamu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan. (27). (Q.S. Arrahman (55): 26 -27)
Kita diberi jatah hidup di dunia ini umumnya maksimal sampai enam puluh tahun atau lebih. Kalapun ada yang lebih dari itu, tidaklah banyak jumlahnya dan sudah tidak berada dalam masa prima. Dalam masa yang sangat singkat tersebut kita telah pula diharuskan melalui fase-fase berikut ini:
– zero, yaitu ketika kita bukan apa-apa dan entah ada di mana, kendati berada dalam alam ruh, namun tidak ada apa-apa sama sekali
– saripati tanah
– sperma dan ovum
– pembuahan
– zigot, kemudian menempel di dinding rahim ibu (‘alaqoh)
– Kemudian berkembang bagaikan sepotong daging yang digigit (mudh-ghoh) dan terus hidup dan berkembang dalam rahim lebih kurang sembilan bulan
– Kemudian Allah keluarkan kita dari rahim ibu kita ke dunia sesuai bentuk, warna yang Dia tentukan. Kita sama sekali tidak bisa memilih
– Lahirlah kita sebagai bayi
– kemudian tumbuh menjadi balita
– anak-anak
– remaja
– dewasa
– kemudian lanjut usia (lansia)
Semua proses penciptaan manusia tersebut murni sebagai kehendak Tuhan Pencipta dengan sistem-Nya yang sangat menakjubkan dan serba otomatis. Sungguh Maha Suci Allah, Tuhan Maha Pencipta.
Allah telah merancang kehadiran kita di dunida ini. Kehadiran kita di dunia ini adalah satu dari lima periode yang harus kita lewati. Pertama, kita melewati periode kematian pertama yang terdiri dari tig afase, fase zero (0) atau sebelum kita jadi apa-apa, fase raw material, dan fase sperma dan ovum. Kemudian periode kehidupan pertama, yang juga terdiri dari tig afase, fase pembuahan, fase dalam rahim dan fase setelah lahir kedunia. Periode berikutnya ialah periode kematian kedua yang terdiri dari tiga fase pula, yakni fase sakratulmaut, fase kematian dan alam Barzah (pemisah antara dunia dan Akhirat). Setelah itu kita akan melewati periode kehidupan kedua yang terdiri dari enam fase, yakni fase kematian total makhluk yang bernyawa, kebangkitan, kiamat (kehancuran alam semesta), mahsyar (berkumpul), perhitungan/timbangan dan fase penentuan jaza’ (balasan) nasib berikutnya. Terakhir, kita akan melalui periode kembali kepada Tuhan Pencipta atau ke negeri Akhirat yang di sana hanya ada dua tempat tunggal abadi, yakni syurga dan neraka.
Ini adalah fakta yang telah dan sedang kita lalui. Sedangkan sisa perjalan hidup kita setelah mati pasti akan kita jalani. Lantas, apakah kita masih menganggap persoalan kebersihan Aqidah berdasarkan konsep Tauhid adalah masalah sepele yang tidak banyak menentukan? Mari kita renungkan firman Tuhan Pencipta berikut ini tentang ancaman yang akan diberikan-Nya sebagai akibat kekeliruan manusia dalam memilih konsepsi ketuhanan dan tidak mau mengerti akan kebenaran konsep Tauhid :
أَفَرَأَيْتَ الَّذِي كَفَرَ بِآيَاتِنَا وَقَالَ لأُوتَيَنَّ مَالا وَوَلَدًا (77) أَطَّلَعَ الْغَيْبَ أَمِ اتَّخَذَ عِنْدَ الرَّحْمَنِ عَهْدًا (78) كَلا سَنَكْتُبُ مَا يَقُولُ وَنَمُدُّ لَهُ مِنَ الْعَذَابِ مَدًّا (79) وَنَرِثُهُ مَا يَقُولُ وَيَأْتِينَا فَرْدًا (80) وَاتَّخَذُوا مِنْ دُونِ اللَّهِ آلِهَةً لِيَكُونُوا لَهُمْ عِزًّا (81) كَلا سَيَكْفُرُونَ بِعِبَادَتِهِمْ وَيَكُونُونَ عَلَيْهِمْ ضِدًّا (82) أَلَمْ تَرَ أَنَّا أَرْسَلْنَا الشَّيَاطِينَ عَلَى الْكَافِرِينَ تَؤُزُّهُمْ أَزًّا (83) فَلا تَعْجَلْ عَلَيْهِمْ إِنَّمَا نَعُدُّ لَهُمْ عَدًّا (84) يَوْمَ نَحْشُرُ الْمُتَّقِينَ إِلَى الرَّحْمَنِ وَفْدًا (85) وَنَسُوقُ الْمُجْرِمِينَ إِلَى جَهَنَّمَ وِرْدًا (86) لا يَمْلِكُونَ الشَّفَاعَةَ إِلا مَنِ اتَّخَذَ عِنْدَ الرَّحْمَنِ عَهْدًا (87)
“Maka apakah kamu telah melihat orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami dan ia mengatakan: Pasti aku akan diberi harta dan anak. (77) Adakah ia melihat yang gaib atau ia telah membuat perjanjian di sisi Tuhan Yang Maha Pemurah?,(78) Sekali-kali tidak! Kami akan menulis apa yang ia katakan, dan benar-benar Kami akan memperpanjang azab untuknya, (79) dan Kami akan mewarisi apa yang ia katakan itu, dan ia akan datang kepada Kami dengan seorang diri. (80) Dan mereka telah menjadikan tuhan-tuhan (yang disembah) selain Allah, agar tuhan-tuhan itu menjadi pelindung (kebanggaan) bagi mereka.(81) Sekali-kali tidak. Kelak mereka (tuhan-tuhan) itu akan mengingkari penyembahan mereka terhadapnya, dan mereka (tuhan-tuhan) itu akan menjadi musuh bagi mereka (yang menyembahnya). (82) Tidakkah kamu lihat, bahwasanya Kami telah mengirim setan-setan itu kepada orang-orang kafir untuk menghasut mereka berbuat maksiat dengan sungguh-sungguh?, (83) Maka janganlah kamu tergesa-gesa memintakan siksa terhadap mereka, karena sesungguhnya Kami hanya menghitung datangnya (hari siksaan) untuk mereka dengan perhitungan yang teliti.(84) (Ingatlah) hari (ketika) Kami mengumpulkan orang-orang yang takwa kepada Tuhan Yang Maha Pemurah sebagai delegasi yang terhormat, (85) dan Kami akan menggiring orang-orang yang durhaka ke neraka Jahanam dalam keadaan dahaga.(86) Mereka tidak berhak mendapat syafaat kecuali orang yang telah mengadakan perjanjian di sisi Tuhan Yang Maha Pemurah.” (87) (Q.S. Maryam (19): 77 – 87)